Share

MENGEJAR SANG PENGUASA

Penulis: Ema Ryosa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 00:38:45

"Silahkan duduk."

Dengan setengah hati wanita itu mempersilahkan Samantha duduk.

Melihat penampilan Samantha yang sederhana dan tidak mengikuti mode mungkin dia berpikir Samantha akan kikuk dengan sekeliling yang meneriakkan kemewahan.

Samantha tidak pernah gentar dengan kekayaan, semewah apa pun, semegah apa pun, akan tetapi siang hari ini memang dia tidak terlalu percaya diri karena dia tidak sepenuhnya jujur dan itu tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Jadi dia gugup dan nervous, akan tetapi jika dia tidak melanjutkan rencananya dia takut Tristan akan diambil darinya.

Dia tahu Tristan bukan haknya tapi dia ingin memastikan Tristan mendapat perawatan dan mendapat kasih sayang yang baik sebelum dia melepaskannya.

Samantha pun mengambil majalah yang kebetulan memasang wajah Tina, sang super model sebagai covernya.

Tampilan Tina di cover itu begitu ceria karena foto itu diambil jauh sebelum Tina masuk rumah sakit.

Samantha merasa matanya basah.

Untungnya setelah mempersilahkan Samantha duduk maka sekretaris itu langsung menuju pintu di sebelah kanan yang tertutup rapat.

"Mr Navarell maaf_"

"Aku sudah bilang padamu, Jangan ganggu aku, Leda!"

"Maafkan saya, akan tetapi wanita di luar sana memaksa saya untuk mengatakan...ehm untuk menyampaikan pesannya_"

"Perintahku bukan dengan pengecualian, catat, Da! Bahkan Johana sekali pun harus kau tolak, khusus hari ini tanpa pengecualian... mau dia wanita atau pria atau banci, membawa pesan atau tidak, tidak ada bedanya. Jadi sekarang keluarlah suruh dia buat janji dulu! Setelah itu kamu kembali ke sini... aku mau pesan makan siang, tidak ada waktu untuk keluar makan."

"Yes, Sir." Sebenarnya perintahnya sudah jelas, bahkan teman dekat Mr Navarell yang terakhir, yaitu Johana juga dilarang mengganggu, apalagi wanita lain, dari alam maya pula.

Leda keluar dari ruangan menutup pintu dengan perlahan, lalu menemui wanita yang menurutnya menarik dan segar, walau tidak cantik dan dandanannya tidak mengikuti mode yang berlaku, seperti ketinggalan zaman tapi tetap terlihat memikat dengan caranya sendiri.

Dengan langkah tegap, Leda menghampiri wanita yang terlihat sedang menatap wajah di cover majalah.

'mungkin dia sedang berkhayal seandainya dia menjadi wanita itu maka semua pintu tidak akan tertutup baginya tak terkecuali pintu Mr Navarell yang baru saja menolaknya,' kata Leda dalam hati.

"Ehm ehm...." Leda berusaha menarik perhatian wanita itu dan berhasil. Kini wanita itu balas menatapnya.

"Saya sudah menyampaikan tentang kedatangan Anda akan tetapi Mr Navarell masih sangat sibuk jadi tidak bisa menemui Anda saat ini."

Nampak wanita itu menganggukkan kepala sambil berpikir.

"Beliau bilang Anda harus buat janji dahulu, atau jika penting saya bisa sisipkan dipertemuan besok, Anda mau pagi banget atau malam di atas jam 8?"

Mendengar penawaran Leda nampak wanita itu membuka mulutnya akan mengatakan sesuatu tetapi mendadak dia menahannya dan kembali mengatupkan rahangnya.

Leda bisa melihat ada kesedihan di mata wanita pirang lembut dihadapannya, juga ada kemarahan, kejengkelan.

"Kau sudah menyampaikan pesanku bahwa aku wanita dari Alam Maya dan dia tetap menolak ku?"

Dengan ragu-ragu Leda menganggukkan kepalanya.

"Baiklah seperti janjiku tidak akan membuat keributan, hanya tolong sampaikan pesanku dan kutip setiap kata persis seperti apa yang aku katakan yaitu : kau akan menyesal karena pernah menolak...DIA!"

Setelah mengatakan hal itu, wanita itu pun meninggalkan ruangan dan menuju lift, sebelum masuk, Leda sempat melihatnya menghampiri security dan berbincang, Leda menebak mungkin dia minta petunjuk arah pulang.

Leda melihat wanita itu untuk terakhir kali, lalu berbalik kembali ke ruangan Mr Navarell.

"Jadi, Anda ingin makan yang berat? Sedang? Atau ringan, Sir?"

"Sedang."

"Baiklah."

Bukannya pergi Leda malah bertahan sambil samar terlihat menggerakkan kakinya.

"Kenapa?" tanya Chase yang sudah hafal dengan bahasa tubuh sekretarisnya.

"Wanita itu sudah pergi."

"Bagus, berarti tugasmu sudah selesai, jadi kenapa kau malah berdiri di situ?"

Leda bingung harus menjawab apa.

"Wanita itu sudah pergi tanpa meninggalkan jejak parfumnya seperti biasa?" Chase berkata sambil tersenyum sinis, dia bisa mengira siapa wanita-wanita yang gemar sekali datang tanpa perjanjian, wanita yang mungkin pernah diajaknya makan malam atau memang pernah berkencan dengannya akan tetapi sebenarnya mereka semua sudah tahu bahwa tidak akan pernah ada lanjutan tapi seringkali mereka mencoba keberuntungannya dengan datang tanpa janji.

Leda menggeleng lalu tersenyum.

"Kenapa kau tersenyum?"

"Sebenarnya wanita itu menyampaikan pesan kedua, tapi karena Anda masih sibuk saya akan menyampaikannya besok saja, Mr Navarell."

"Apa pesan keduanya? Nomor kamar? Nomor ponsel? Lenyapkan, tidak usah kau simpan."

Kembali Leda menggeleng lalu mulai membuka mulutnya dan mengatakan sama persis seperti apa yang diperintahkan oleh wanita itu.

"Aku harus menyampaikan pesan ini sesuai instruksinya dia bilang kamu kutip persis seperti aslinya yaitu : kau akan menyesal karena pernah menolak dia."

Chase duduk tegak dikursinya.

'ada yang aneh, biasa wanita wanita itu akan berkata menyesal karena membuang mereka, tapi menyesal karena membuang...dia? Apa maksudnya?' pikir Chase.

"Wanita itu pernah ke sini? Kau tahu siapa dia?"

Tanya Chase dengan tubuh kembali bersandar di kursinya. Leda menggeleng.

"Tentu saja aku tidak mengenalnya, dia dari...alam lain."

Chase mencerna kalimat Leda, dan sontak Chase berdiri.

"Apa pesannya yang pertama?"

"Katakan wanita dari Alam Maya ingin bert_"

Belum selesai kalimat Leda, dia melihat Mr Navarell menghambur ke pintu dan melangkah menuju ke lift.

Melihat lift yang masih jauh dari lantai l, Chase menuju tangga melingkar, Chase bukan menuruni anak tangga satu demi satu akan tetapi beberapa sekaligus.

Dengan cepat Chase turun hingga sampai di lantai 17 perjalanannya harus terhenti.

"Maaf Pak, sedang ada perbaikan, mohon meneruskan perjalanan lewat lift atau tangga darurat, Pak." Dengan sopan mandor itu memberi solusi tanpa dia tahu siapa orang sedang dihadapinya.

Tanpa sadar Chase mengacak-acak rambutnya sambil berjalan ke arah lift.

Para karyawan yang sedang antri di depan lift segera menepi, memberi kesempatan bos besar mereka untuk masuk lift duluan.

Bukannya kembali naik, Chase malah turun.

Lalu dia teringat sesuatu.

Cepat-cepat Chase mengeluarkan ponsel dari sakunya.

Dia mengirim pesan singkat dan jelas.

(Kembalilah!)

Chase menunggu.

{Terlambat}

(Kau dimana?)

{Di jalan}

(Aku ke tempatmu)

{Akan ku pertimbangkan}

(Shittt)

{Mengumpat? Bukankah itu harusnya dalam hati saja?}

Chase tersenyum, wanita bermulut tajam ini selalu bisa membuatnya tersenyum, tanpa usaha bahkan tanpa dia tahu.

(Kembali! Kita akan bicara)

{Tunggulah}

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   SURPRISEEEE....

    Chase terkejut.Dalam bayangannya dia melihat istrinya terbaring lemah tak berdaya bahkan mungkin masih belum siuman.Akan tetapi yang ada di depan matanya sungguh luar biasa, membuatnya terkejut karena ternyata Samantha sedang duduk bersandar dengan baju hamil (?) berwarna peach yang lembut dan saat ini dia sedang tersenyum mesra.Chase menutup matanya lalu kembali membukanya dengan perlahan. Kali ini dia melihat senyum Samantha semakin lebar. "Sweetheart, ini masih rumah sakit kan?"Tanya Chase sambil memandang ke sekeliling mereka. Samantha mengangguk. "Aku terlalu cemas membayangkan apa yang akan terjadi sehingga aku mengancam dokter yang merawat mu, bahkan aku berniat membuat perjanjian dengan para malaikat_""Kemarilah, Sayang." Potong Samantha.Chase mendekat, duduk di sisi ranjang sambil memegang kedua tangan Samantha yang berada di atas pangkuannya. "Apa yang terjadi di luar?" Giliran Samantha yang bertanya. Chase mem

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   SOMETHING HAPPEN

    Chase seketika berlari keluar kamar, begitu sampai di depan kamar Chase tertegun karena dia melihat Samantha terduduk di anak tangga."Sweetheart?" "Kepleset." Bisikan lirih yang Samantha sampaikan bagaikan suara bom yang menerjang gendang telinga Chase. Seketika Chase melesat mendapatkan Samantha, menggendongnya sambil berlari turun langsung menuju ke garasi. Chase seperti kesetanan apalagi saat dia merasa tangannya yang membopong Samantha...basah.Kecemasan Chase tidak mereda walau mereka telah sampai di rumah sakit. Dokter segera menerima Samantha, membawanya ke ruang periksa kemudian Samantha pindah ke ruang one day care. Selama proses itu Chase masih belum boleh menjenguk istrinya. Chase terduduk di kursi tunggu, saat itulah dia ingat belum memberi kabar ke orangtua dan sanak saudara akan tetapi teleponnya tertinggal di rumah. Jadilah Chase sendirian di ruang tunggu. Satu jam, dua jam, tiga jam...Ruang one day care t

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   HANYA BERSAMAMU...

    Hasrat Samantha makin menjadi-jadi ketika lidah Chase menyapunya perlahan. Ini tidak cukup dan tidak lagi bisa ditahan, dia bisa gila. "Sayang...Papa Daddy..." Samantha mendengar tawa teredam yang berusaha Chase tahan, namun ia terlalu terhanyut oleh sentuhan dan permainan lidah Chase sehingga pikirannya teralihkan untuk mencari tahu apa yang terjadi. Ia merasa sudah hampir sampai, ia bisa membayangkan saat pelepasan melandanya ia akan hancur berkeping-keping saking kuatnya hasrat yang melanda dirinya. Chase masih sibuk dengan lidah dan bibirnya, mendarat di kulit hangat Samantha, mencicipi bagian-bagian yang menuntut perhatiannya. "Yeah...yeah...Sayang." Kembali Samantha mendesis ketika lidah Chase memberinya lebih banyak tekanan, membuat pinggulnya otomatis melenting. "Sayang..Daddy, jangan menyiksaku terlalu lama, please Sayang...please!" Samantha merasa tubuhnya telah luar biasa panas. Sedikit lagi. Hampir samp

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   HOT AND SMOOTH 9 : PIJAT ++

    "Setelah ini? Apa?" Chase bertanya dengan perasaan melambung di udara. Sejak hamil memang istrinya sudah tak terhitung berapa kali mengambil inisiatif duluan agar mereka bercinta. Yah mungkin hormon kehamilan yang membuat istrinya begitu bergairah."Setelah ini PIJAT ya." Pijat???? 'Astagaaa, ternyata perkiraannya salah total,' pikir Chase. "Ok Sayang, mau pijat tradisional, pijat urat, pijat akupuntur, pijat kecantikan?""Pijat plus plus." Seketika senyum Chase merekah.Ternyata....sesuai dengan dugaan awal. "Oke," jawab Chase dengan suara parau.Chase membalikkan tubuh Samantha menghadap ke wastafel. "Cuci tangan dulu ya."Chase menyalakan keran air lalu membawa kedua tangan Samantha dan meletakkannya di bawah kucuran air hangat. Lalu sesaat kemudian tangan Chase berpindah ke dada Samantha. Samantha tersenyum dan memandang kaca, dia melihat tangan kecoklatan yang sedang menangkup kedua dadanya, kepala suaminya menunduk sedang mengecup bahunya. Pemandangan yang memicu gair

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   MASA BAHAGIA

    "Bukan nggak mau minggir." "Lalu?" Dengan perlahan Samantha berbalik dan memandang wajah suaminya yang aura maskulinnya tumpah ruah. "Bukan nggak mau, Daddy...tapi kuncinya ilang." Chase masih mencerna panggilan Daddy yang mendatangkan kebahagiaan ketika kalimat terakhir meresap di benaknya. "Kuncinya hilang?" "Hilang." "Hilangnya dimana?" "Nggak tahu, Sayang." "Kok balik lagi, tadi kan udah Daddy!" Samantha tertawa. 'Yang hamil siapa, yang aleman siapa.' Samantha hanya tersenyum tanpa menyuarakan apa yang ada di pikirannya."Masa Tristan panggil Papa, adiknya panggil Daddy, ntar anak ke 3, ke 4, manggil apa?" "Father, Bapak, Papi, Abi, Momo, masih cukup panggilannya sampai anak ke 7." Samantha bahagia membayangkan dirinya dikelilingi oleh anak-anaknya. Sambil terkekeh-kekeh Samantha berusaha bersuara. "Yang standard dong, kalau panggilan nggak standart ya sampai anak 50 juga nyampai." Chase membelalakkan matanya. "Anak lima puluh? LIMA PULUH? Mau nandingi Ku

  • Bertanggung Jawablah, Bos Arogan!   TAK TERLUPAKAN

    Hari-hari yang Chase lalui begitu berbeda. Memiliki Samantha dan Tristan dalam hidupnya sudah lebih dari yang dibayangkan, apalagi kini akan hadir buah cintanya dengan Samantha! ASTAGAAAAA... Rasanya tak terkatakan! Rasanya luar biasa.Chase tak pernah berpikir bahwa dia bisa berubah begitu tidak masuk akal.Dia tidak akan membiarkan Samantha capek sedikitpun, bahkan Chase membawa semua bawaan Samantha hingga Samantha ngambek dan protes. "Biarin Samantha beraktifitas normal dong. Kalau nggak boleh bawa apa-apa malah bingung, hamil apa sakit?"Chase hanya terdiam, lalu maju dan memeluk istrinya."Kehamilan anak pertama itu harus dijaga dengan hati-hati, kan belum pengalaman.""Samantha udah pengalaman rawat Tristan." Bisik Samantha. "Itu kalau udah lahir, pas hamil kan belum, ayolah Sayang tenangkan hatiku, biarkan aku menjagamu." "Kamu bukan menjagaku, Sayang. Kamu terlalu memanjakan aku.""Ok, nanti kalau sudah lahir aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status