Walaupun tadi di depan Revan dia berusaha tegar, tapi begitu sampai di ruangannya pecah juga tangisannya.'Revaaan ... dia bukan Revan yang aku cintai dulu, diaaa ... sudah berubah!' lirihnya dengan mata yang sudah berair.'Keputusanku ternyata memang sudah benar, aku harus segera keluar dari sini! Sudah cukup hari ini aku mendapatkan hinaan yang menyakitkan seperti ini! Tega sekali dia bersikap seperti itu padaku!''Baiklah, aku akan menyelesaikan laporan ini secepatnya, dan aku tinggal pergi dan tak akan kembali ke sini!' tekad Jelita sambil terus mengusap pipinya yang basah.Dengan perasaan yang tidak baik-baik saja, Jelita berusaha menyelesaikan pekerjaannya, hingga dia sama sekali tak makan siang."Kamu sendiri aja Han, aku mau selesaikan kerjaan aku.""Tumben Jel, kamuuu ... gak makan siang?""Kamu gak tahu yah Han, tadi aku disemprot habis-habisan sama Pak Revan Han, aku benar-benar gak enak, baru kali ini aku merasa gak nyaman kerja di sini.""Hah! Pak Revan bentak-bentak kamu
"Jel, ikut saya!" titah Revan pada Jelita yang baru saja tiba tiba di parkiran.'Jel? Hahaha ... bahkan Kamu memanggilku Jel, sama seperti yang lainnya! Ke mana panggilan sayang itu?!' Jelita tersenyum kecut."Mau ke mana Pak? Maaf ini hari-hari terakhir saya ke sini, jadi saya tidak mau bolos!" tolak Jelita tak mengindahkan perintah Revan."Udah ikut saja, ini perintah!!" paksa Revan."Enggak!!" "Kalau kamu engga mau, aku cabut lagi izin resign kamu!!" ancam Revan."Mana bisa kayak gitu! Surat pengunduran diri itu udah di ACC sama pusat!!" Jelita tak terima."Bisa saja, kamu gak tahu siapa aku?!""Memangnya Pak Revan itu siapa?""Aku menantu dari pemilik supermarket ini, dan yang aku pegang bukan hanya cabang ini, ada beberapa cabang lainnya." Revan tersenyum bangga."What! Jadi mertua Pak Revan itu pemilik supermarket ini?!" Jelita terperanjat, dia kira selama ini Revan hanya sebagai kepala toko saja, rupanya kedudukannya lebih tinggi dari itu."Iya, makanya kamu harus ikut saya se
"Kak Ryuuu ...!!" Jelita menatap takjub, begitu pangling melihat laki-laki tampan di depannya itu.'Ya Tuhaaan ... Kak Ryu, dia sangat tampan, orang yang pernah aku taksir dulu begitu aku masuk SMA. Ya ampun ... kenapa aku bisa ketemu dia lagi di sini pula? Oh Tuhaaan ... dia dua kali lebih tampan dibandingkan waktu SMA.' Jelita tak sadar, dia sampai tak berkedip menatap pria tegap itu.Ryuga adalah ketua OSIS kala itu, dia duduk di kelas tiga sementara Jelita saat itu baru saja masuk SMA.Sebenarnya Ryuga adalah lelaki pertama yang Jelita sukai, begitu juga Ryuga dia pun menyukai Jelita, beberapa kali mengirim salam padanya, tapi begitu Revan masuk di semester dua, dia menjadi dekat dengan Jelita dan meyakinkan kalau yang dia rasakan pada Ryuga hanya kagum saja hanya cinta monyet, apalagi sikap Ryuga yang berubah hingga acara perpisahan tak ada kata apapun pada Jelita hingga dia pun meyakini kalau Ryuga tidak ada rasa padanya."Hei, udah mandangin akunya?" tegur Ryuga sambil menjenti
Ceklek! pintu dibuka, terdengar suara perempuan."Iya Van, ada apa malam-malam begini ke kamarku?"'Ya Tuhaaan ... itu suara Jelita, mau apa dia malam-malam ke kamar Jelita?' gumam Ryuga merasa khawatir."Aku ingin bicara Sayang!" Jelita melihat ada yang tak beres dengan Revan, cara bicaranya persis orang yang sedang mabuk, wajahnya terlihat kusut, matanya agak memerah dan bau alkohol yang sangat menusuk di hidung."Kamu mabuk, Van? lebih baik kita bicara di luar saja." Jelita tak mau ambil resiko, orang mabuk akan sangat nekat karena otaknya dipengaruhi alkohol."Kamu gak izinkan aku masuk, Sayang?""Enggak, kita bicara di sini saja.""Tapi aku ingin masuk, Sayang!" Revan menerobos begitu saja masuk ke dalam kamar."Hei, jangan masuk!" Jelita mengganjal pintu dengan sepatunya, jaga-jaga kalau saja Revan berbuat yang tidak-tidak. Walaupun tegang, Jelita berusaha tenang menghadapi Revan. "Vaaan ... kenapa kamu mabuk seperti ini?""Liii ... apa benar kamuuu ... sudah tidur dengan lak
"Kamu jangan gila Van, sadarlah!!" Jelita makin ketakutan saat tangan kekar itu hendak menyentuh bagian sensitifnya yang masih tertutup kain berenda."Kurang ajaaaar ...!!!" terdengar teriakan seseorang dengan menggelegar di belakang mereka."Kak Ryu!" Jelita merasa lega, bantuan akhirnya datang, padahal tadinya dia sudah putus harapan akan terjadi sesuatu pada dirinya.Ryuga menarik paksa Revan dan langsung menghajarnya, Revan yang tak siap tentu saja dia tidak dapat mengelak serangan dadakan itu.Jelita segera menutupi tubuhnya dengan selimut.Bug! Bug! Bug!Pukulan demi pukulan dilayangkan Ryuga, Revan tidak dapat menandingi kekuatan Ryuga apalagi dia dalam keadaan mabuk."Brengsek, kamu Revan!!" Ryuga terus menghajarnya, hingga tubuh Revan ambruk."Liliii ...!" lirih Revan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya."Sudah Kak! Sudah!" Jelita menghentikan aksi Ryuga yang akan tak puas menghajar Revan."Pergilah Van, sebelum aku menelepon bagian keamanan!" ancam Ryuga."Sebaiknya Kak R
"Ooh ... kenalkan saya Ryuga, dulu saya kakak kelasnya Jelita sewaktu SMA ... kebetulan kami bertemu di tempat seminar. Maaf, saya hanya mengantarnya pulang, tidak ada maksud lain. Kasihan tadi pagi dia merasa gak enak badan, sementara bosnya tidak bisa mengantar karena acaranya memang belum selesai." Ryuga langsung menjawab, dia tahu saat ini suami Jelita tengah curiga, terlihat dari tatapannya yang kurang ramah pada dirinya."Oooh ... saya Arman, suaminya Jelita." Mereka pun berjabat tangan, tapi tatapan Arman masih belum berubah. Matanya memindai Ryuga dari atas sampai bawah, Ryuga yang tampak gagah dengan kemeja polo yang berwarna putih yang begitu pas di tubuhnya, sehingga tubuh kekarnya tercetak, mungkin karena memang rajin berolahraga, tubuhnya begitu atletis. Karena melihat raut wajah tak ramah dari Arman, Ryuga langsung berpamitan dia tak ingin menimbulkan masalah di rumah Jelita."Oh iya maaf, saya hanya mengantarnya pulang, tidak ada maksud lain. Kalau begitu saya pamit pu
Esok paginya ..."Kamu kenapa Sayang?" tanya Arman saat Jelita seperti tidak bersemangat."Kepala aku sedikit pusing, Mas.""Kalau pusing, gak usah kerja aja.""Tanggung Mas, tinggal beberapa hari lagi. Kayaknya gara-gara kurang tidur nih, kepalaku jadi pusing!""Maafin aku yah Sayang, gara-gara aku yah, kamu jadi begadang semalam." Arman merasa sedikit bersalah karena semalam dia mengajak Jelita tempur sampai dua kali."Tuh nyadar, hmm!" "Maaf yah, Sayang... malam ini libur dulu deh, sampai kamu benar-benar keluar kerja, hehehe ...!""Janji yah! Jangan kayak yang udah-udah, ingkar Mulu!" "Hehe ... iya swear!""Kalau gak hilaf, hehe!" ucapnya setengah berbisik.****Selama tiga hari, Revan tak terlihat di kantor. 'Ke mana dia yah, apa dia sedang menyesali perbuatannya kemarin? Jadi belum sanggup bertemu aku!' gumam Jelita saat melihat ruangan Revan yang selalu kosong.Jelita menanyakan keberadaan Revan pada Pak Harun, tapi Pak Harun pun menggeleng, dia sama sekali tak mendengar kaba
Selepas makan siang ..."Kamu kenapa Li, kok kayak gak nafsu makan tadi aku lihat, makanan kamu masih banyak?" tanya Hanny."Enggak tahu nih, Han. Beberapa hari ini kepala aku agak pusing, makan juga bawaannya gak selera, jadinya males makan.""Kamuuu ... pusing, mual gak?""Mual sih enggak, hanya pusing.""Terus kamu udah telat belum?" tanya Hanny lagi."I-iya sih,""Haaa ... jangan-jangan, Jel," tebak Hanny."Jangan-jangan Hamil gitu?""Eeeh ... siapa tahu, Jel. Bulan madu kemarin itu membuahkan hasil.""Mama aku juga bilang gitu sih.""Periksa aja Jel, siapa tahu lho.""Gimana nanti aja deh. Aku mau beresin kerjaan dulu.""Iya deh." Hanny pun tak berkata apa-apa lagi, dia kembali ke area supermarket.*****Setelah jam pulang, Jelita bersiap pulang, mejanya sudah dibereskan."Mil, aku pulang yah," ucap Jelita sambil menyambar tasnya."Iya Jel."Di luar Jelita berpapasan dengan Hanny, "Ini udah aku beliin tadi, semoga sukses! Cepetan masukin tas!" Hanny memberikan plastik kecil."Apa