‘Kakek licik itu sengaja mengutus Tuan Sanjaya kemari supaya aku bersedia datang. Tidak masalah. Aku akan datang sesuai keinginanmu tapi bukan berarti akan berlutut dan menjadi bonekamu. Kejadian ibuku sudah cukup.’ “Apa itu ayah?” Yuriana yang duduk di atas tempat tidur, hanya memperhatikan Erland yang bicara dengan seseorang di luar tapi dia tahu bahwa itu adalah ayahnya. Pertanyaannya hanya untuk memastikannya saja. Erland yang masih berdiri di dekat pintu, beralih memperhatikan Yuriana yang menunggu jawabannya. Namun, dia tidak menjawab itu, malah bicara hal lain. “Bersihkan dirimu, baru kita pergi sarapan.” Yuriana buru-buru beranjak dari tempat tidurnya dan mengejar Erland yang melangkah ke arah kamar mandi. “Tunggu sebentar.” Erland menghentikan langkahnya ketika dirinya nyaris membuka pintu kamar mandi. Dia memutar kepalanya, melihat Yuriana yang kini berdiri di depannya. “Kenapa?” “Mau sarapan di mana?” “Di restoran bawah.” “Aku nggak punya pakaian ganti selain pakaian
Yuriana dan Erland kini menuju restoran mewah yang ada di lantai bawah hotel itu. Seperti biasa, Erland hanya memakai kemeja putih dipadu dengan celana hitam pekat, sementara Yuriana memakai gaun panjang model sederhana namun terlihat anggun dan cantik ditubuh Yuriana. “Jadi, kita sarapan sama semua orang? Bahkan ada orang tuaku juga?” Sebelumnya, Yuriana tidak tahu jika dia dan Erland diundang sarapan bersama oleh Tuan Besar. Erland baru mengatakannya ketika mereka keluar dari kamar. Yuriana tentu kaget tapi itu bukan masalah baginya karena mereka semua adalah keluarganya. Hanya saja, dia masih sedih dan kecewa jika melihat Emran. Dia masih bingung cara menghadapi Emran setelah pertengkaran terakhir mereka. Erland merasa aneh dengan sikap Yuriana yang seolah tidak senang sarapan bersama mereka hingga ketika hampir sampai disebuah ruangan private di restoran itu, Erland malah berhenti dan malah menoleh melihat Yuriana. “Kenapa? Tidak suka sarapan bersama mereka karena tidak sanggup
“Erland, tunggu sebentar!”Erland terus berjalan menjauh dari restoran dengan langkah cepat. Yuriana sulit menyusul dengan kakinya yang tidak sepanjang Erland hingga dia berlari kecil sembari berseru memangil suaminya. Namun, pria itu tetap berjalan tanpa berniat berhenti, bahkan menoleh pun tidak dilakukannya. Sehingga ketika Yuriana berhasil mendekati suaminya, dia langsung menahan Erland dengan meraih tangan lelaki itu.Erland akhirnya menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, melihat Yuriana yang begitu serius menatapnya. “Ada apa?”“Harusnya aku yang tanya sama kamu. Kenapa kamu pergi dari sana? Padahal sarapannya, baru saja dimulai.”Meski Yuriana tahu bahwa Erland bersikap tidak hormat di meja makan karena tidak akur dengan Tuan Besar tapi dia tetap penasaran dengan alasan ketidakcocokan mereka hingga dia bertanya. Mnurutnya, dia harus tahu alasan itu dari suaminya.“Kalau lapar, kita sarapan saja di rumah. Makanan di rumah lebih enak dari makanan restoran ini.” Erland t
Di sebuah rumah mewah bergaya barat, terlihat Erland berada di taman yang dipenuhi bunga. Taman yang berdinding kaca itu, berada di samping rumah dan tamannya menghadap ke depan jalan. Pria itu sibuk merapikan beberapa bunga ke pot-pot kecilnya.Mobil Erick-sang adik, masuk melewati pagar rumah itu. Karena luasnya pekerangan rumah hingga mobil Erick bisa masuk sampai di depan taman. Dia menghentikan mobilnya dan turun dari mobil tapi sang pria yang sibuk di taman tidak menoleh sedikit pun meski mendengar suara klakson mobil Erick.“Kak Land!” seru Erick.Erland menoleh sebentar kemudian melanjutkan kesibukannya yang tadinya menanam bunga, kini pria itu menyirami bunga-bunganya.“Sepertinya kakak tidak berhasil membawa kakak ipar kemari,” ucap Erick sembari duduk di salah satu kursi yang ada di taman itu.“Dia tidak ingin kembali bersamaku. Dia lebih senang tinggal bersama dengan Pak Tua yang menyebalkan itu.” Erland menjawab tanpa melihat lawan bicaranya. Dia tetap sibuk dengan bunga-
“Ayo mulai makan!” sahut Tuan Besar.Mendengar perintah Tuan Besar, Yusita pun menjadi diam. Namun bukan berarti dia menyerah untuk mengusik mental Yuriana dengan membuat Yuriana iri pada hubungannya bersama Emran. Dia pun membalik piring Emran lalu mengulurkan tangannya mengambil nasi ke piring Emran. Dia melayani suaminya dengan semangat. Bibirnya tersenyum ketika memberikan nasi dan lauk ke piring Emran. Sekalipun, dia tidak membiarkan tangan Emran bergerak untuk mengambil sesuatu. Dia sudah seperti pelayan untuk Emran. Hal itu memang harus dilakukannya untuk menunjukkan di depan Tuan Besar bahwa dia adalah istri yang baik. Tidak seperti Yuriana yang hanya duduk makan saja di sana.Yuriana tidak mengangkat wajahnya menatap sepasang pengantin baru di depannya. Melihat keharmonisan mereka, malah membuat hatinya sakit. Terlebih dia hanya duduk sendiri seperti orang bodoh. Yuriana memilih diam menikmati makanannya di sana.“Ada lagi yang kau inginkan sayang?” tanya Yusita pada suaminya
Yuriana tidak ingin langsung pulang ke rumah. Dia ingin menenangkan dirinya terlebih dulu agar bisa tenang menghadapi Tuan Besar yang mungkin akan kecewa dengan dirinya. Dia malah mampir di sebuah supermarket. Supermarket itu cukup terkenal di sana. Sebab, tidak hanya menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari tapi pusat perbelanjaan itu menyediakan tempat untuk bersantai sambil menikmati berbagai macam kopi hangat. Ada beberapa kursi dan meja di depan dan juga dua pasang kursi di dalam untuk para pelanggan yang ingin duduk menikmati kopi hangatnya, layaknya di cafe.Yuriana kini berjalan masuk untuk memesan kopi. Namun, ada seorang lelaki yang berdiri di depan kasir dengan pakaian santai. Pria itu juga sedang memesan kopi hingga Yuriana hanya bisa berdiri menunggu di belakang pria itu sambil memperhatikan pria tersebut. Dia memperhatikan pakaian sang pria yang memakai kaos hitam dipadu celana training serta sepatu olahraga. Keringat masih belum kering di kepala dan leher belakang sa
“Kau adalah istriku. Siapa lagi? Atau kau ingin menghilangkan statusmu itu setelah menandatangani perjanjian kita?”“Aku bukan orang yang senang mempermainkan pernikahan Tuan Erland. Jadi walau aku menikah kontrak denganmu, aku tetap menghargai statusku sebagai istrimu karena bagaimanapun juga, pernikahan kita sah dimata hukum. Justru, kamulah yang tidak menghargai pernikahan ini.” Yuriana bicara begitu tegas dengan matanya yang begitu tajam melihat Erland sehingga Erland sangat yakin bahwa Yuriana sakit hati dengan kebohongannya semalam.“Aku tahu kau marah tentang semalam. Aku minta maaf. Dan sebagai bentuk kesalahanku padamu, bagaimana kalau kita bersenang-senang hari ini seperti waktu malam pertama kita di hotel.” Erland mengingat malam pertamanya bersama Yuriana. Bukan hanya dirinya saja yang senang dan menikmati malam panas itu. Yuriana juga menikmatinya dan berpikir bahwa Yuriana senang tidur dengannya. Terlebih, tak ada perempuan yang menolak pesonanya di atas ranjang. Mereka
Yuriana yang berada di taksi menuju Kediaman Oberon, teringat tentang suaminya sampai dia menatap cincin pernikahannya itu. ‘Aku tidak menyangka kalau aku akan menikah kontrak dengan pria kasar seperti dia. Kupikir, aku akan tenang setelah menikah dengan Erland walau dia punya masalah dengan tubuhnya. Setidaknya, dia bisa menghargaiku walau tidak saling mencintai tapi ternyata, dia sebrengsek itu. Entah dosa apa yang sudah kulakukan di masa lalu sampai nasibku seburuk ini?’Tak lama, taksi itu berhenti di depan Kediaman Oberon. Yuriana turun dari mobil setelah memberikan ongkos taksinya. Saat masuk melewati gerbang rumah, mobil Erick datang dari dalam. Mobil itu berhenti di depan pagar sembari membunyikan klakson mobilnya.Yuriana tahu bahwa Erick sudah seperti asisten Erland. Padahal pria itu adik kandung Emran hingga dia kesal melihat Erick yang sering dia temui di Kediaman Oberon tapi jarang menyapanya. Erick membuka jendela kaca mobilnya lalu melempar senyumannya pada Yuriana.“Ku