Suara roda ranjang yang dorong berderak melewati setiap lorong rumah sakit, genggaman tangan Lucas mengerat memandangan Alexa yang terbaring kesakitan.Seorang dokter menahan langkah Lucas yang akan ikut memasuki ruangan bersalin, "Maaf Tuan, silahkan tunggu."“Aku ingin menemani isteriku, dia membutuhkan aku!” Geram Lucas tidak suka dengan siapapun yang mengahalangi keinginannya.“Anda ikuti prosedurnya, dengan begitu semuanya akan berjalan lebih cepat,” ucap dokter tersebut masih dengan ketanangan.“Tuan, sebaiknya ikuti apa yang di katakan Dokter. Biar Nyonya Alexa lebih cepat di tangani,” usul Shwan mengusap bahu Lucas agar tuannya bisa lebih tenang.Kemarahan Lucas sedikit berkurang, dengan terpaksa dia mundur dan memberi jalan dokter tersebut. Ketegangan dibahu Lucs mengedur, perlahan Lucas terduduk di kursi, memandang daun pintu yang masih tertutup rapat. Ledua tangannya saling bertautan memanjatkan do'a dan berusaha meredakan kecemasan juga rasa takutnya. “Nyonya Alexa akan
Di tengah malam yang gelap dan panas, tepatnya di sebuah kompleks bangunan kosong kota Tuen Mun. Di sudut kompleks yang kekurangan pencahayaan itu terdapat pria tua tengah merintih begitu tersiksa, napasnya mulai melemah saat cengkeraman kuat menusuk setiap urat nadi di lehernya. Pria tua itu berdiri kaku dalam cengkraman seorang pria . “A.. ampun Tuan,” pria tua itu merintih memohon meminta belas kasihan di sisa usianya. Lucas menyeringai puas, dia melepaskan cengkeramannya perlahan dan berhenti bermain-main dengan pria tua yang hampir sekarat. “Segera tinggalkan Hong Kong, atau kupenggal lehermu,” bisiknya dengan liar. “Bereskan dia!” perintah Lucas pada seseorang di belakangnya. Dalam satu gerakan Lucas langsung membalikan badan, pria itu langkahnya lebar menuju sebuah mobil yang sudah menunggunya. Begitu melihat Lucas yang kembali dengan cepat, dengan sigap pengawalnya membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk. Lucas terduduk di kursinya sambil mengusap telapak tangannya
Lembaran dokumen berada di tangan Lucas, dokumen itu berisi semua kegiatan dan informasi tentang Alexa. Lucas harus mengatur strategi sebelum melenyapkan gadis itu. Lucas William, di balik kesuksesannya dalam berbisnis, dia berkepribadian sangat buruk, berdarah dingin. Beruntungnya, Lucas sangat menyayangi orang tuanya, karena itu Lucas tidak bisa menolak lebih keras keinginan orang tuanya karena takut membuat mereka bersedih. Lucas berpikir, membunuh Alexa Housten mungkin menjadi jalan keluar terbaik untuk Lucas terlepas dari rencana perjodohan ini. “Daripada membunuhnya dengan meninggalkan jejak secara langsung, kau bisa memikirkan racun terbaik yang bisa membuat dia meninggal seperti terkena serangan jantung.” Shwan menelan salivanya mendengar usulan Lucas, tidak ada kata yang bisa Shwan ucapkan, ini terasa menakutkan untuknya meski sudah sering menghabisi nyawa seseorang. “Kau paham Shwan?” tanya Lucas. Shwan mengangguk. “Saya akan mencari racunnya.” “Bagus, lakukan dengan
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas)LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa)Sudah dua jam berlalu, Alexa dan Lucas duduk dalam kebingungan sampai membuat kedua tidak tahu harus berbicara apa karena tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka saat ini.Ini bukan keajaiban, ini sesuatu yang aneh bahkan tidak mudah di jelaskan dengan kata-kata.Alecas menangis terisak-isak di ujung sofa, dia tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi. Pikirannya terus menerus di landa pertanyaan mengenai bagaimana bisa jiwanya bertukar dengan tubuh orang asing tanpa sebab.Alecas berkali-kali mencubit pipinya mencoba meyakinkan jika ini adalah mimpi, Alecas mengerang frustasi berharap besar bahwa dia akan terbangun di tempat tidurnya.Harapan Alecas tampaknya ini sia-sia karena ini memang benar-benar bukan mimpi.Suara tangisan Alecas yang tidak berhenti mulai mengganggu pandangan dan pendengaran LuXa. Jiwa Lucas sangat terganggu karena kini wajahnya dipakai menangis dan bersikap lem
Alecas (jiw Alexa dalam tubuh Lucas)LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa)***“Apa? Mandi? Tidak!” Alecas melarang.LuXa tertawa menggema, jiwa Lucas merasa ironis melihat wajah angkuh dan tatapan tajam mata miliknya kini menjadi melunak, gerakan tubuhnya sudah tidak dia kenal lagi.Diam-diam jiwa Lucas menjadi semakin khawatir. Jika hal ini terus berlanjut, kemungkinan tidak akan ada lagi orang yang takut apalagi hormat padanya.Suara ketukan di pintu sedikit memecahkan ketegangan di antara jiwa Alexa dan Lucas. LuXa segera pergi dan membukakan pintu dan berhadapan dengan Shwan.“Pakaian yang Tuan Lucas pesan.” Shwan menyerahkan beberapa paper bag. “Di mana Tuan Lucas?” Tanyanya terdengar misterius dan hati-hati.Shwan sedikit terkejut begitu mendengar kabar Alexa Housten datang ke rumah tuannya, setelah di telaah Shwan mulai berpikir jika mungkin ini bagian dari rencana Lucas.Lucas tidak suka membuang waktu, mungkin saja rencana untuk membunuh Alexa bisa dia lancarkan pagi itu deng
Tubuh mereka kembali…Alexa dan Lucas terdiam sesaat, kedua kembali saling menatap dan mengerjap kaget karena kini jiwa kembali te tubuh mereka masing-masing.“Ya Tuhan, aku kembali.” Alexa melompat senang bukan main, dengan cepat dia segera mundur menjauh dari tubuh Lucas dan pergi melihat ke cermin.Alexa tersenyum lebar, gadis itu akhirnya bisa bernapas dengan lega dan merasa hidup kembali setelah mendapatkan kembali tubuhnya.Melihat kesenangan Alexa yang cukup berisik dan berlebihan langsung menjadi pusat perhatian Lucas. Lucas sendiri merasa sangat lega dan senang karena akhirnya kini tubuhnya kembali.Lucas tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya jika selamanya jiwanya terjebak dalam tubuh Alexa.Suara berisik dan tawa senang Alexa mulai mengganggu pendengaran Lucas, dengan tatapan merendahkan Lucas beredekap dan berkata. “Well.. sekarang urusan kita sudah selesai, aku mengusirmu. Jadi, silahkan pulang.”Alexa berhenti bergerak, tawanya menghilang seketika,
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas) LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa) *** Alexa berjalan dengan anggun dan percaya diri, gaun musim panasnya yang berwarna merah bercorak bunga-bunga terlihat indah bergoyang di terpa angin di atas pahanya. Rambut panjangnya yang baru mendapatkan perawatan, kini di biarkan tergerai menerpa wajah mungilnya. Semua orang selalu dibuat terpukau oleh Alexa. Gadis itu tidak hanya cantik dan selalu tersenyum kepada siapapun yang dia lihat, Alexa juga selalu bersikap baik kepada siapapun, terkecuali orang yang menyebalkan. Contohnya, Lucas. “Dev,” Alexa memanggil seorang pria yang sedang berdiri di bawah tangga. Kaki jenjangnya melangkah lebih cepat, membuat heelsnya yang dia kenakan menimbulkan suara tajam di lantai. “Hai,” Devon menyapa, pria itu tersenyum lebar melihat kedatangan Alexa yang berlari ke arahnya dengan senyuman lebar dan mata selalu terlihat bersinar memercikkan kebahagiaan. “Seminarnya sebentar lagi,” kata Devon seraya membuka tang
LuXa ( jiwa Lucas bertubu Alexa) Alecas ( jiwa Alexa bertubuh Lucas) --- Lucas mengerang, bergerak tidak nyaman dari duduknya, napasnya memburu mencari-cari pelepasan yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Mata Lucas langsung terjaga, pria itu langsung terdiam beberapa saat dengan napas yang terdengar kasar. Lucas mengerjap melihat ke sekelilingnya dengan perasan bingung. Tidak ada Vero di pangkuannya, kini hanya ada pemandangan para mahasiswa yang sedang mendengarkan seseorang bicara di depan. “Kau sudah bangun?” Devon tersenyum lembut, mengusap rambut Alexa dengan sayang. Lucas menarik napasnya dalam-dalam mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi kepadanya saat ini. “Alexa, kenapa diam?” tanya Devon. Lucas langsung menepis tangan Devon dengan kasar, di detik selanjutnya pria itu berdiri dan menggebrak meja dengan keras membuat semua perhatian orang-orang teralihkan padanya. "Brengsek! Kenapa bisa terjadi lagi?" umpat Lucas dengan emosi. Lucas langsung melompat kelua