Share

Melarikan Diri

“AKU TIDAK MAU MATI, TUHAN!!!” seru Mina sambil memejamkan mata.

“Nona, Nona ... Anda baik-baik saja?” Sebuah tepukan di bahu membuat Mina terjaga.

Mina membuka mata dan terkejut saat melihat dirinya kembali hidup. Mina berulang mengerjap mata sambil menatap wajahnya dalam pantulan cermin di depan. Itu bentuk nyata tubuhnya bahkan Mina bisa menyentuh semuanya. Dia juga tidak melayang di udara.

“Aku tidak mati. Aku hidup lagi. AKU TIDAK JADI MATI!!!” Mina kesenangan.

“Nona, apa Anda terlalu lelah sehingga bicara ngelindur seperti itu?” ujar seorang wanita yang berada di belakangnya.

Mina terdiam kemudian tersadar kalau saat ini dia sedang duduk di depan cermin dan tengah mengenakan baju pengantin. Wanita di belakangnya ini ternyata seorang MUA yang sedang membantunya berdandan. Mina kembali terbelalak dan ekspresi paniknya terlihat sekali di pantulan cermin.

“TUNGGU!!! Tanggal berapa ini?” Mina kembali berseru dengan gelagapan

Tentu saja ulahnya itu membuat MUA itu ikut terkejut. Kemudian wanita itu menjawab hari dan tanggal berapa sekarang.

“TIDAKK!!! Ini tidak mungkin. Mana mungkin aku kembali ke waktu ini. Ini benar-benar tidak mungkin.” Mina berguman sendiri dan tentu saja ulahnya itu membuat MUA ketakutan.

“Mungkin sebaiknya Anda menenangkan diri dulu, Nona. Nanti kita lanjut lagi make up-nya. Lagi pula acaranya masih empat jam lagi.”

Wanita berprofesi MUA itu sudah keluar kamar meninggalkan Mina seorang diri. Sementara Mina hanya terdiam sambil terus menatap wajahnya di depan cermin. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dialami. Terakhir Mina hanya ingat tiga orang bajingan mengelilinginya dengan suara tawa yang menyebalkan.

Mina bahkan ingat saat Bruno menyuntikkan sesuatu ke cairan infusnya, kemudian secara perlahan dia tak sadarkan diri hingga akhirnya mati. Mina geram jika mengingatnya. Dia bahkan sudah bersumpah akan menuntut balas akan semua yang dilakukan tiga orang itu padanya.

Mina menarik napas panjang sambil memperhatikan wajahnya. Dia sudah berganti gaun pengantin, wajahnya juga sudah selesai dirias hanya tinggal rambutnya saja yang belum dirapikan. Mina ingat kejadian ini pernah dia alami. Dia memang sempat tertidur saat dirias sebelum melakukan prosesi pernikahan dan sepertinya kini dia mengulang momen itu.

“Apa Tuhan mendengar doaku? Apa Tuhan sedang memberi aku kesempatan untuk membalas kepada tiga orang jahat itu? Ini adalah hari pernikahanku dan itu terjadi dua tahun sebelum aku meninggal. Di hari ini juga kehidupanku mulai berubah secara drastis. Aku tidak mau mengulang hal yang sama lagi. Aku harus melakukan sesuatu.”

Mina bangkit dari duduknya kemudian membuka jendela kamar yang langsung terhubung dengan balkon. Dia masih ingat kalau Tuan Yuka Namari, ayahnya menyewa hotel beserta ballroom untuk acara pernikahannya kala itu.

“Ini sama dengan kehidupanku sebelumnya dan aku harus mengubahnya. Pertama yang harus kulakukan adalah menggagalkan pernikahan ini,” tandas Mina.

Dia berjalan ke toilet dan dengan sigap mengganti bajunya di sana. Kini dia sudah memakai celana panjang, kaos dan jaket, tidak lupa Mina mengenakan topi pet yang tergeletak di sana. Dia tidak tahu topi siapa itu yang pasti kini bisa membantu menyamarkan penampilannya.

Mina melirik jam di tangannya, kata MUA tadi prosesi pernikahannya masih empat jam lagi. Itu artinya dia masih punya banyak waktu. Perlahan, Mina membuka pintu kamar. Dia celinggukan memperhatikan lorong kamar. Mina masih ingat kalau kamar pengantin yang akan ia gunakan dengan Bruno di bagian ujung lorong ini, tepat di sebelahnya adalah kamar ayahnya, Tuan Yuka Namari.

Setelah melihat situasi aman, Mina keluar kamar. Dia sedikit lega saat melihat tidak ada MUA yang berisik tadi. Dengan langkah tergesa, Mina berjalan menuju lift. Ia langsung menekan tombolnya dan berharap lift itu segera terbuka. Ternyata doa Mina terkabul, tak menunggu lama Mina gegas masuk dan menekan lantai basement. Dia tidak mau turun di area lobby. Mina yakin pasti banyak kesibukan di sana.

Baru saja Mina menghela napas lega, tiba-tiba sebuah tangan menerobos pintu lift yang hampir tertutup. Mina terkejut setengah mati saat melihat kalau yang mengulurkan tangan adalah Tuan Yuka Namari, ayahnya. Mina buru-buru menarik dalam topi petnya agar wajahnya tidak terlihat. Dia juga menundukkan kepala.

“Bagaimana persiapannya?” tanya Tuan Yuka Namari pada seorang pria. Memang ada dua orang yang berhasil masuk ke dalam lift itu. Mina mengenal salah satunya adalah anggota WO yang mengatur pernikahannya dengan Bruno.

“Sudah sembilan puluh sembilan persen, Tuan. Anda tenang saja,” jawab pria anggota WO itu.

Mina hanya berdiri diam di belakang mereka. Dia tidak mau ayahnya tahu kalau dia sedang melarikan diri dari pernikahannya. Padahal kalau mau jujur ingin rasanya Mina berhambur memeluk pria paruh baya itu. Dia sangat senang bisa melihat kembali ayahnya dalam posisi sehat dan segar bugar. Apalagi saat Mina tahu kepergian sang Ayah adalah ulah ibu tiri dan anteknya.

Lift terus bergerak turun, entah mengapa Mina merasa gugup dan tegang. Ini adalah pertama kali dia melakukan sesuatu yang diluar kebiasaannya. Tiba-tiba ponsel Tuan Yuka berdering sesaat sebelum lift terbuka di lantai lobby.

“APA KATAMU?? MINA MELARIKAN DIRI? Bagaimana mungkin? CEPAT CARI!! Aku yakin dia belum jauh!!!”

Mina terkejut saat mendengar Tuan Yuka berbicara. Apa jadinya jika ayahnya tahu dia sedang berdiri di belakangnya saat ini. Tuan Yuka tampak tegang, mata coklatnya berkilatan terlihat marah. Mina tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau saja ayahnya tiba-tiba membalikkan tubuh dan melihat ke arahnya.

TING!!!

Pintu lift terbuka, Mina menghela napas lega saat Tuan Yuka dengan tergesa keluar lift begitu saja. Namun, Mina terlalu cepat gembira. Saking senangnya dia tersenyum dan mengangkat kepala berbarengan saat Tuan Yuka tiba-tiba membalikkan badan dan melihat ke arah lift. Mata mereka saling bertemu. Kemudian secara spontan Tuan Yuka berteriak.

“MINA!!!”

Mina panik, jarinya gegas menekan tombol lift dan membuat pintu lift itu tertutup. Ia berdoa semoga lift ini lebih cepat membawanya turun daripada Tuan Yuka dan anak buahnya. Pintu lift terbuka di lantai basement tempat parkiran mobil. Mina gegas keluar dan berlari menuju mobilnya. Ia ingat di mana meletakkan mobilnya. Namun, Mina tiba-tiba menghentikan langkahnya.

“Tidak. Kalau aku kabur menggunakan mobilku pasti akan cepat terlacak. Lebih baik aku naik mobil yang lain.”

Mina berlari menuju pos satpam tempat kunci mobil yang diparkir diletakkan di sana. Belum sampai sana, Mina mendengar langkah orang berlari menuruni tangga mendekat. Mina melihat ke arah tangga, ada beberapa orang suruhan ayahnya di sana. Mina mengurungkan niatnya dan kini memilih berjalan merunduk sambil sembunyi di antara mobil yang terparkir.

“Ya Tuhan ... apa yang aku lakukan kini? Jangan sampai mereka menemukanku,” pinta Mina dalam hati.

Tiba-tiba Mina melihat sebuah mobil yang menyala, sepertinya ada pemilik yang membuka kuncinya dari jauh. Tanpa buang waktu, Mina langsung masuk ke bagian belakang kursi mobil itu. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, yang penting saat ini adalah pergi dari tempat ini secepat mungkin.

Mina duduk sembunyi di belakang kursi pengemudi dan dia berharap pemilik mobil itu tidak tahu mengenai keberadaannya. Namun, Mina salah. Pengemudi itu masuk, duduk di kursinya lalu membalikkan badan dan langsung menarik topi pet Mina.

“Siapa kamu?” seru pemilik mobil itu.

Mina terdiam, menundukkan kepala sambil mengatur napasnya. Tampaknya dia harus tertangkap kali ini. Perlahan Mina mengangkat kepala dan melihat pria tampan yang sedang menatapnya penuh selidik. Mina terkejut setengah mati saat melihat pria itu. Lalu tanpa sadar dia sudah bersuara.

“Alby Allister?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status