Adam menolehkan kepalanya ketika mendengar suara kaki menuruni tangga. Adam hanya bisa menatap Shara yang terlihat sexy dengan penampilan santainya.
Mungkin banyak laki-laki menyukai wanita yang menggunakan mini dress dengan belahan dada rendah, namun Adam menyukai penampilan Shara yang menggunakan mini dress namun ia masih memadukan kemeja putih dan mengikatnya di depan dadanya agar tidak terlalu terbuka.“Nyet, gue udah siap," kata Shara yang membuat Adam mengedipkan matanya namun lidahnya masih kelu.
Plak....
Shara menepuk lengan Adam yang masih duduk di sofa itu. Seakan baru tersadar akhirnya Adam bangkit berdiri.
"I...iya, kita berangkat sekarang."
"Okay," kata Shara lalu mengikuti Adam yang berjalan keluar rumah.
Kini saat mereka sudah berada di halaman, mata Shara kembali membelalak ketika melihat mobil yang ada di hadapannya. Shara tau jika mobil itu bukan milik Joe, karena ia tidak pern
Gendhis dan Nada memasuki sebuah gedung rumah sakit swasta di Jogja bersama Galen serta Edel. Hari ini mau tidak mau Nada harus membawa kedua anaknya untuk mendapatkan vaksin rutin influenza tahunan yang harus di ulang setiap satu tahun satu kali."Nad, kamu sudah daftar?""Sudah, Ma.""Sama Mamanya Shara kan imunisasinya Galen sama Edel?""Iyalah, Ma. Mau sama siapa lagi kalo nggak sama dokter Ayu."Gendhis hanya menganggukkan kepalanya dan kini mereka berjalan menuju ke lift yang membuat Nada mendengus ketika melihat gambar yang tertempel di lift tersebut."Nad, kamu kenapa begitu.""Eneg tau nggak, Ma kalo lihat gambar beginian di sini.""Kenapa?""Soal berat badan anak, tinggi badan anak, makanan gizi seimbang buat anak."Gendhis mengernyitkan keningnya. "Ya, kan memang harusnya gitu.""Gini ya, Ma. Setelah aku punya anak, semua pandangan aku itu berubah. Okay-lah yang punya a
Tidak terasa sudah tiga Minggu Shara melarikan diri ke Jerman dan kini tiba waktunya ia harus pulang ke Indonesia. Hari-hari yang Shara jalani selama di Jerman selalu ia habiskan dengan Adam. Namun sudah dua hari yang lalu Adam pulang lebih dulu daripada dirinya. Ia harus pulang karena pekerjannya sudah selesai di sini. Kini Shara sadari, semakin ia mengenal Adam, semakin ia tau sosok seperti apa sahabatnya itu. Walau lebih banyak bercanda dan membuatnya marah besar, namun terkadang Adam bisa berubah menjadi sosok yang sangat serius saat membahas masa depan, bisnis bahkan keluarga. Seperti saat malam hari sebelum Adam pulang ke Indonesia mereka sempat mengobrol berdua di balkon lantai dua rumah Joe dan Angi."Lo jadi pulang ke Jogja, Bi?" Tanya Adam malam itu saat Angi dan Joe sudah masuk ke kamar mereka."Nggak, Nyet. Rumah gue di Jakarta. Gue akan pulang ke rumah aja.""Kenapa?""Ya karena itu rumah gue. Walau nggak semewah rumah orangtua gue, tapi gue
Shara menatap serius rumahnya yang tampak rapi tapi berdebu setelah ia meninggalkan rumah itu selama tiga minggu. Badannya yang lelah setelah penerbangan lama dari Jerman hingga ke Indonesia membuatnya memilih untuk memanggil jasa bersih-bersih rumah. Sambil menunggu kedatangan mereka, Shara memilih untuk mandi dan membersihkan dirinya di kamarnya yang ada di lantai dua. Saat Shara turun ke ruang keluarga, ia mendengar ada orang yang memencet bel rumahnya. Segera saja Shara berjalan menuju ke pintu depan.Ceklek....Shara membuka pintu itu dan wajah Dion sudah ada di hadapannya. Shara hanya menatapnya dengan malas dan memutar kedua bola matanya. Untuk apa pula Dion mencarinya lagi dan lagi? Bukankah mereka sudah berpisah dan untuk apa ia datang ke tempat ini? Sudah cukup Shara mengetahui jika di belakangnya Dion sudah memiliki ban serep sebelum mereka resmi putus dulu."Ngapain lo ke sini lagi?""Ke mana aja kamu selama ini? Aku nyariin kamu samp
Adam duduk dengan malas sambil menatap perempuan yang ada di depannya dengan pandangan seksama. Ia memperhatikan wanita cantik ini. Cantik, tinggi semampai dan sepertinya gaya hidupnya membutuhkan uang yang tidak sedikit. Entah kenapa ada rasa ingin tau di diri Adam kenapa wanita secantik ini mau untuk di jodohkan? Wanita seperti ini tidak akan kesulitan mendapatkan pendamping."Fit," panggil Adam pada wanita yang bernama Fitri ini."Ya?""Lo cantik, tinggi semampai seperti model, terus kenapa Lo mau di jodohin? Gue rasa nih, ya modelan Lo gini nggak akan sulit cari suami."Kini Adam memperhatikan Fitri yang tertawa cekikikan di depannya. Tertawa saja Fitri terlihat anggun dan Adam yakin wanita seperti Fitri ini cocok untuk dijadikan Thropy wife."Karena lebih baik di jodohkan daripada mencari sendiri dan nggak sesuai kriteria.""Memang kriteria lo apa?""Fisik dan tampang nggak terlalu gue pedulikan yang
Shara membuka matanya dan ia merasakan pandangannya masih sedikit kabur hingga ia harus mengerjapkan matanya beberapa kali. Setelah mengerjapkan matanya beberapa kali, sosok adik ipar Adam yang bernama Juna ada di depan ranjangnya dan tersenyum kepadanya."Alhamdulillah, Mbak Shara sudah sadar. Sebentar aku panggil dokter dulu," kata Juna lalu ia bergegas keluar dari ruang perawatan tanpa menunggu reaksi dari Shara.Shara masih melihat sekelilingnya dan satu hal yang ia sadari jika kini ia berada di sebuah kamar perawatan yang ada di sebuah rumah sakit. Tiba-tiba saja ia langsung terperanjat dan duduk ketika memory beberapa jam yang lalu muncul kembali di kepalanya. Shara langsung menekuk kedua kakinya dan ia menyelimuti lututnya dengan kedua tangannya. Shara lalu menguburkan kepalanya di sana. Seketika perasaan takut, was-was muncul dalam dirinya. Ia takut jika Dion muncul kembali di tempat ini. Kini Shara sudah menangis tersedu-sedu sambil menguburkan wajahn
Shara membuka matanya ketika ia merasakan tangannya sedang di genggam oleh seseorang. Saat ia menundukkan kepalanya untuk melihat itu semua. Yang ia lihat adalah sosok sahabatnya yang sedang tertidur dalam kondisi duduk di dekatnya. Shara hanya tersenyum kecil ketika menyadari ia tidak sendirian di tempat ini. Pelan-pelan ia tarik tangannya yang di genggam oleh Adam dan ia memegang rambut kepala Adam yang hitam lurus ini. Rambut Adam masih sama seperti dulu ketika ia menyentuhnya. Halus, lembut dan berwarna hitam. Sungguh, rambut Adam adalah rambut idaman para wanita termasuk dirinya, yang sayangnya demi mendapatkan rambut seperti sahabatnya ini ia harus keluar masuk salon rutin setiap bulan. Adam langsung mengangkat kepalanya begitu menyadari rambutnya sedang di mainkan oleh seseorang. Saat Adam mengangkat tubuhnya tegak, Shara langsung menarik tangannya dari atas kepala Adam. Berakhir sudah aktivitas Shara yang sedang membelai belai setiap helai rambut Adam. "Bi,"
Adam menatap Shara yang sedang diam memandang pemandangan sore kota Jakarta dengan tatapan prihatin. Sudah dua hari Shara berada di rumah sakit, namun ia masih tetap diam dan belum mau menceritakan semua secara rinci kepadanya. Bahkan semalam Adam menelepon Angi dan memberitahukan tentang kejadian tersebut. Walau Angi langsung menelepon Shara, namun Shara masih enggan menceritakan semuanya. Kini satu-satunya cara adalah bertemu Dion dan meminta penjelasan kepadanya, sayangnya untuk bertemu dengan Dion tanpa memberikan tanda kasih berupa bogem mentah di wajahnya tentunya tidak akan lengkap bagi Adam. Andai bisa pun ia harus menahan emosinya kuat-kuat. Jangan sampai ia membuat masalah ini semakin runyam.Deringan handphone Shara membuat Adam sadar jika ia sudah terlalu lama memperhatikan sahabatnya. Namun Adam tetap masih berdiri di dekat pintu sambil memperhatikan Shara yang sedang mengangkat telepon itu."Assalamualaikum, Ma?" Suara Shara masih terdengar lemah di
Adam duduk di salah satu coffe shop yang ada di daerah SCBD. Ia menunggu kedatangan Dion yang sudah telat 5 menit dari waktu janjian mereka. Saat sebuah pintu dibuka dan Adam menoleh ke arah pintu, tampak sosok Dion datang dengan wajah yang masih lebam-lebam. Seharusnya Juna tidak hanya membuatnya mengalami luka lebam, tetapi lebih bagus lagi jika Juna membuat Dion tidur di liang lahat agar apa yang dialami Shara setimpal.Tanpa saling menyapa lebih dulu, Dion langsung menarik kursi yang ada di hadapan Adam. Setelah ia duduk, ia memandang Adam dengan penuh perhitungan, begitupula Adam memandangnya. Seolah mereka sedang saling menilai kekuatan dan kekurangan satu sama lain. Adam yang tidak ingin membuang waktu segera membuka mulutnya lebih dulu."Apa tujuan Lo datang ke rumah Shara lagi?""Apapun itu seharusnya bukan urusan Lo! Lo cuma sahabatnya."Kini Adam tersenyum sinis saat mendengar perkataan Dion dan ia segera membalas kata-kata Dion dengan