Share

Bab 20 : Bagaikan Mimpi

                                                      BAGAIKAN MIMPI

           

Menul masih termenung di pantri. Sejak pagi hari dia tiba di kantor, kegelisahannya belum bisa dia hilangkan. Menul masih kepikiran dengan notesnya. Bukan masalah bukunya, tapi tulisan di dalamnya. Menul sudah menganggap setiap tulisan yang dia torehkan di notesnya adalah bagian dari hidupnya. Makanya, dia merasa sebagian dari dirinya hilang, seperti seorang ibu yang kehilangan anaknya. Menul harus menunggu sampai siang untuk memastikan kabar dari Dodo. Sebenarnya Menul tinggal telepon Dodo, tapi dia tidak enak hanya untuk urusan notes harus menyela waktu Dodo.

“Siang-siang ngelamun,” Harun menepuk punggung Menul. Menul gelagapan. Spontan dia berusaha menyembunyikan k

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status