KENCAN YANG TIDAK ROMANTIS
Andre sedang berbunga-bunga. Bukan hanya karena rubrik barunya di majalah, yang sudah dilaunching, tapi kini ia bisa bertemu Arra, gadis yang sudah beberapa lama mengisi relung hatinya. Andre yakin sekali jika Arra-lah yang bakal menjadi istrinya, mengingat Arra juga memberikan perhatian yang sama. Meski untuk digiring ke arah pernikahan, sepertinya Arra masih belum siap, namun Andre sudah memantapkan pilihan hatinya.
Andre bahagia, karena akhirnya bisa menikmati makan siang romantis bersama Arra. Sudah lama dia merindukan suasana itu bersama tunangannya. Sejak Arra kuliah lagi di luar negeri, Andre tidak bisa setiap hari bertemu dengannya. Bahkan saat dia sangat ingin bertemu, hanya by phone dia meluruhkan kangennya. Atau kalau memungkinkan, lewat webcam. Makanya, Andre tidak mau melewatkan moment berharga itu dengan mengajak Arra makan di restoran mahal. Harapan Andre, suasana yang terbangun akan mak
BINAR YANG TAK MAU PUDARSenyum mengembang di bibir Menul. Hari ini ia begitu terlihat sumringah. Tiba-tiba ada kekuatan yang merasuk di dirinya, bahwa ia bisa menulis. Terbukti tulisannya mendapat apresiasi. Ia tidak peduli, meski tidak ada satupun orang yang mengetahui bahwa tulisan yang di rubrik itu adalah buah karyanya. Bagi Menul, saat tulisan itu mendapat apresiasi, itu sudah lebih dari cukup sebagai bukti bahwa tulisannya layak dibaca orang lain.Menul merasa tidak harus menemui Andre, lalu memberi tahu bahwa tulisan yang di rubrik itu adalah coretan tangannya. Apalagi sampai membuat hitung-hitungan dengan Andre, karena Andre telah mengaku tulisan orang lain sebagai karyanya. Menul tidak akan pernah melakukan itu. Bahkan ia merasa ia yang seharusnya berterima kasih, karena Andre mau mengangkat tulisannya.Senyum makin mengembang di bibir Menul. Bayangan “omelet” ada di rubrik majalah ternama membuat Menul seperti berada di awang
FOLLOWER YANG MENGASIKKANAndre sedang merasa tidak baik-baik saja. Hatinya sedang diliputi ketidakpastian. Makanya, ia tidak balik lagi ke kantor setelah makan siang yang gagal. Andre ingin merebahkan diri di kamarnya. Ia tidak mau orang-orang kantor terbawa badmoodnya. Apalagi sampai kena imbas dari hatinya yang sedang gulana. Perasaan Andre masih tidak menentu. Arra masih belum mau menjawab teleponnya. Pesannya pun belum dibalas. Untuk mendatangi apartemen Arra, lebih tidak mungkin. Arra masih marah. Kalau dipaksakan keadaan bisa lebih buruk. Tapi Andre butuh kejelasan apakah Arra masih di Jakarta atau sudah terbang ke Amerika.Meski tidak hanya sekali ini Andre terlibat pertengkaran dengan Arra, namun kali ini Andre merasakan lebih berat. Andre baru butuh support Arra, karena ia sedang menata diri. Andre mau pasang kuda-kuda pada persaingan itu. Kalau sebelumnya Andre hanya menjalani seperti air mengalir, tak peduli akan sampai ke mana air itu m
TANTANGAN BARUWaktu berjalan masih seperti biasa. Ada yang merasakan teramat lambat. Ada juga yang merasa terlalu cepat. Tidak ada yang spesial kali ini, di kantor di mana Andre melakukan aktifitas. Para pegawai masih disibukkan dengan rutinitasnya seperti sebelumnya. Andre juga sudah bisa meluruhkan gelisahnya, setelah mendapat kabar dari Arra. Andre senang, karena Arra sudah tidak lagi marah padanya. Namun meski demikian, masih ada hal yang membuat Andre belum sepenuhnya merasa lega. Apalagi kalau bukan tentang pemilik notes merah jambu itu.Sudah hampir seminggu edisi perdana, majalah yang memuat rubrik yang dipresentasikan Andre diluncurkan, tetapi sosok misterius itu belum juga muncul ke permukaan. Andre semakin penasaran dengan ghost writer-nya itu. Benar-benar seperti hantu. Andre yakin kalau pemilik notes itu adalah orang di perusahaannya. Seyakin kalau sosok misterius itu
BERTEMU LAGIMenul masih berkubang dalam suka cita. Perasaannya masih berenang kian kemari, menyelami setiap relung hatinya. Ia benar-benar bahagia. Makanya, hari-harinya terasa diliputi awan cerah. Rona sumringahnya tergambar jelas dari aura positif yang terpancar dari wajah polosnya. Sampling majalah yang memuat tulisannya masih saja dia baca. Baca. Dan baca. Entah sudah berapa kali Menul membacanya. Majalah itu selalu menarik untuk dibuka, di waktu senggangnya.“Perasaan majalah itu sudah kamu baca berkali-kali, Nul. Apa tidak bosan?”Pertanyaan Harun mengusik perhatian Menul pada deret kalimat yang tersaji dalam rubrik omelet. Sepertinya Harun memang berhak terusik dengan apa yang Menul lakukan, karena sejak Menul mendapat majalah itu darinya, majalah itu tidak pernah lepas dari tangan Menul. Selalu lengket, seperti tidak mau lepas.“Hehehe, iya Mas. Saya sendiri sudah lupa berapa kali membacanya. Habis
TITIK TERANGAndre masih kepikiran dengan apa yang dikatakan papinya tentang menjadi pembicara di acara pertemuan dewan direksi dan segenap jajarannya. Meski hanya setengah jam, tetapi cukup membuat Andre gelisah. Dia sama sekali belum mempunyai gambaran tentang apa yang bakal dia obrolkan. Bahkan dia masih belum yakin akan kemampuannya menjadi pembicara di acara tersebut.Andre merasa tidak berbakat dengan sesuatu yang berhubungan keterampilan berbicara. Jika ada yang bisa dengan mudah membuat orang kagum dengan kemampuan menyampaikan kata, maka Andre kesulitan untuk urusan itu. Ia lebih memilih mengangkat pasir daripada harus menjadi pembicara.Saat mempresentasikan konsep itu, Andre merasa tertolong dengan materi yang sudah ia persiapkan. Dewan direksi sudah terlebih dulu tersihir dengan omelet, jadi Andre merasa tidak harus banyak berbicara untuk menjelaskannya. Meski sejatinya, Andre sudah bisa dikatakan mampu menyampaikan sesuatu ke orang lai
SEBUAH PETUNJUKAndre semakin dongkol dengan Reno. Ia merasa Reno sudah di luar batas kewajaran dalam persaingan ini. Sampai-sampai memakai cara tidak benar. Menuduh, menghasut, menfitnah. Jangan-jangan, Reno juga sudah merencanakan sesuatu, demi memenuhi ambisinya. Begitu yang bermain di pikiran Andre. Namun ia bergegas menepis pikiran itu. Apa yang Reno lakukan bukan urusannya.Begitu Reno berlalu, Andre segera mengontak Anto untuk datang ke ruang kerjanya. Penasaran Andre sudah di ubun-ubun. Ia ingin segera mengetahui siapa pemilik notes itu. Makanya, begitu Anto mengetuk pintu, Andre segera mempersilakan masuk. Bahkan Andre sudah menunggu di sofa ruang kerjanya.“Maaf, Pak,” sapa Anto sewaktu melihat raut wajah Andre yang terlihat gelisah. Anto pun mengangguk, sebagai tanda penghormatan. Terang saja Anto menjadi ciut nyali mendapati perubahan raut muka Andre.“Silahkan duduk!”A
SATU PETUNJUK LAGI Andre merebahkan tubuhnya di sofa ruang kerjanya. Dia sedang ingin istirahat sebentar. Penat di dalam pikirannya seperti menguras seluruh energinya. Rasa penasaran pada sosok pemilik notes merah jambu itu telah mengaduk pikirannya lebih dari dua minggu. Kalau saja dia tidak terlanjur menjiplak isi notes itu, tentu dia tidak akan sepenasaran itu. Bayangan ada satu sosok yang mencibir habis-habisan pada rubrik yang bakal diasuhnya, di tengah banyak orang yang mengaguminya, seperti menyayat perasaannya. Seharusnya Andre bangga mendapat ucapan selamat. Seharusnya Andre bahagia, eksistensinya mulai diperhitungkan sejak adanya omelet. Tapi kebahagiaan Andre belum sepenuhnya bisa dirasakan. Bahkan, ketika dia bertemu dengan orang-orang kantor yang memandang sinis padanya, perasaan terhakimi akan langsung menghinggapi. Andre merasa tertekan. Apalagi demi membayangka
KABAR DARI DODOSemangat menulis Menul makin berkobar setelah dia bertemu Andre dengan rona yang berbeda. Meski Andre berusaha menyembunyikan kebanggaannya pada tulisan di rubrik omelet, tetapi Menul bisa menangkap itu. Makanya, Menul ingin berbuat lebih. Meski Andre tidak mengetahui siapa dia sesungguhnya, tetapi Menul sudah cukup bahagia. Menul merasa tidak harus diketahui. Apalagi berharap akan mendapat konpensasi dari tulisannya. Tidak.Mendapati tulisannya diapresiasi begitu tinggi saja itu sudah sangat lebih bagi Menul yang memang sangat awam dengan dunia tulis menulis. Apalagi tentang harga sebuah tulisan. Menul tidak mau memusingkan itu. Menul sudah merasa sukses saat tulisannya ada yang mau membacanya. Makanya, saat mendapati tulisannya sudah nangkring di majalah yang selama ini ia baca, itu merupakan pencapaian yang luar biasa sepanjang perjalanan hidup Menul.Sore itu pun Menul sudah mempersiapkan hati dan pikiran untuk