Share

Bab 8 : Mencari Pemilik Notes

                                                MENCARI PEMILIK NOTES

Hari sudah menjelang siang. Hampir jam sepuluh. Tetapi Andre masih berada di kamarnya. Sudah dua hari ini Andre sengaja tidak ke kantor karena disibukkan dengan desain konsep yang bakal dia presentasikan. Meski batas akhir presentasi masih seminggu lagi, tapi Andre memilih untuk melakukan presentasi secepatnya. Dia sudah tidak sabar ingin segera membuktikan pada orang-orang, terutama pada Reno kalau ia bukanlah kotak kosong. Ia juga mampu melakukan sesuatu.

Konsep yang bakal diusung Andre sudah hampir jadi. Sampling satu halaman penuh dengan tajuk omelet sudah didesain sedemikian rupa. Tentu saja dilengkapi dengan satu topik yang disajikan dalam bahasa sederhana dengan nuansa shoft-background berbasic page maker. Andre memilih judul Witing Tresna Jalaran Saka Kulina untuk diangkat dalam presentasi nanti. Sengaja tema itu Andre pilih karena mengandung unsur menarik, menggelitik, local autentic, dan yang pasti mengundang banyak tanya bagi yang membacanya.

Senyum berbaris indah di bibir Andre saat mendapati sentuhan akhir dari konsepnya. Tinggal membuat argumen untuk mempertahankan pilihannya. Andre yakin akan banyak pertanyaan dalam sesi presentasi nantinya. Mulai dari kenapa dia memilih omelet dalam rubriknya. Kenapa dia lebih memilih masuk dalam majalah wanita. Kenapa dia mengangkat hal-hal yang tersebar dalam keseharian dan banyak lagi.

Andre juga sudah menyiapkan argumen jika ada cibiran, kenapa calon CEO sebuah perusahaan penerbitan ternama hanya mengangkat remah-remah, yang bisa jadi dianggap sampah oleh orang-orang seperti Reno.

“Ufff…., akhirnya.”

Andre menggeliat kecil di meja kerjanya, seperti ingin membuang penat di punggungnya. Maklum, Andre belum pernah bersemangat itu dalam bekerja. Makanya punggung Andre seperti mau patah. Sudah lebih dari enam jam dia berkutat dengan pekerjaanya. Bahkan dia belum sarapan. Hanya susu kental yang masuk ke perutnya sejak dia bangun tadi pagi. Biasanya, habis bangun tidur Andre akan langsung disibukkan dengan game. Atau kalau tidak dia hanya nonton televisi sampai jam delapan untuk kemudian pergi ke kantor.

           

Rupanya, omelet telah membuatnya bergairah, sampai-sampai Andre tidak merasakan detik berlalu. Bahkan saking asiknya bekerja, ia sampai melupakan sesuatu yang tiap pagi ia lakukan, sejak ia duduk di bangku SMA, yaitu bermain game. Padahal biasanya, Andre akan marah jika ada yang mengusiknya saat ia sedang asik bermain game.

Andre beranjak dari kursinya, hendak keluar kamar. Namun matanya menangkap notes merah jambu di kasurnya. Andre mengurungkan niatnya untuk ke ruang makan. Pikirannya kembali pada misteri pemilik notes itu. Baru kali ini Andre merasakan terpenjara oleh sesuatu yang membuat pikirannya tidak tenang. Ia tidak pernah merasakan seperti ini, apalagi sampai terbawa dalam tidurnya, karena sebelum-sebelumnya Andre akan bersikap cuek.

“Siapa sih pemilik notes ini? Misterius banget,” kening Andre mengernyit dalam, tanda dia sangat penasaran. “Aku harus menemukannya sebelum presentasi. Harus.”

Andre berbicara sendiri sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Sejak mendapati sesuatu yang istimewa dalam notes itu pikiran Andre terus saja penasaran dengan sosok misterius di balik notes itu. Tidak kalah penasarannya adalah kenapa notes itu bisa berada di tas kerjanya padahal malam sebelumnya dia sudah buang notes itu.

Iya, Andre merasa yakin sekali, jika ia sudah membuang notes itu ke tampat sampah, setelah ia mendapati puisi picisan, saat pertama kali membuka notes itu. Andre tidak percaya dengan mistis, sehingga dia sama sekali tidak berpikiran kalau notes itu masuk sendiri ke dalam tas kerjanya, seperti yang ada di film-film.

“Mungkinkah itu ulah Reno?” kening Andre kembali mengernyit. “Wah, gawat. Kalau itu ulah Reno, berarti aku tidak bisa meneruskan konsep ini. Kenapa aku tidak kepikiran sejak kemarin-kemarin. Bisa saja ini punya Reno yang sengaja diletakkan di meja kerjaku untuk menjebakku. Dia kan licik?”

Andre terduduk lesu di kasurnya. Keceriaan yang baru saja bersemi di wajahnya sirna seketika saat dia berpikiran kalau Reno berada di balik notes merah jambu itu. Andre teringat saat terakhir Reno nyelonong ke ruang kerjanya. Andre masih ingat betul ucapan Reno, Tenang my bro. Aku kan hanya menyemangati kamu saja. Sebagai saudara sekaligus rival, aku harus memastikan kalau kamu sedang berjalan di jalur yang tepat. Tidak asik dong kalau aku mendapat kemenangan tanpa sebuah perlawanan.

           

“Sepertinya memang ulah Reno. Bisa jadi ia masuk ke ruanganku itu untuk memastikan bahwa notes itu tidak aku buang lagi, setelah ia kembali meletakkannya ke dalam tasku,” begitu pikir Andre.

Gundah kembali menyelimuti hati Andre. Mendung seperti menggantung di wajahnya. Padahal, baru saja wajah cerah ceria terpancar darinya. Jika kekhawatirannya benar, maka ia akan mengalami kekalahan telak. Dan bisa jadi itu akan menjadi moment yang tidak akan bisa ia lupakan seumur hidupnya.

“Apakah itu pertanda bahwa Reno telah memasang perangkap untukku?” pandangan Andre menerawang. “Tapi dari tulisan di notes ini, jelas-jelas ini bukan tulisan Reno. Aku kenal betul seperti apa tulisannya. Bahkan aku juga kenal gaya bahasanya.”

Andre kembali ragu. Dia mondar-mandir di kamarnya.

“Tapi bisa saja dia menyuruh orang untuk menuliskannya.”

Andre kembali membuka notes merah jambu itu. Lembar awal sampai akhir dia buka satu persatu, mencoba mencari peneguhan bahwa notes itu tidak ada sangkut pautnya dengan Reno.

“Kalau menurut notes ini, tulisan pertama dibuat sekitar dua bulan lalu. Sementara promosi itu baru sebulan lalu. Kalau tanggal di notes ini memang benar, berarti ini bukan jebakan Reno. Lagian, mana Reno tahu tentang gembrot, makanan khas kampung yang aku sendiri juga baru kali ini tahu ada makanan seperti itu. Dan itu dijelaskan begitu detail di notes ini sampai-sampai aku seperti baru saja memakannya.”

Andre mencoba menenangkan dirinya. Sudah kepalang basah. Konsep sudah jadi. Deadline juga sudah hampir tiba. Kalau dia harus berganti konsep untuk presentasi nanti, dia tidak yakin akan bisa menemukan ide lagi. Lagian, Andre sudah merasa sangat nyaman dengan omelet. Ia merasa telah berjodoh dengan notes merah jambu itu.

Andre sudah pasrah, jika nanti memang dijebak Reno, dia harus siap menelan pil pahit itu. Toh setelah semua berakhir, ia tidak harus lagi berada di perusahaan. Ia akan meninggalkan Reno dan semua kemunafikan yang ia rasakan selama bergabung di perusahaan tersebut.

“Ah…, kenapa aku tidak tanya Harun. Dia kan pernah bilang kalau salah satu pekerja di pantri suka dengan omelet. Sementara di notes itu banyak bertebaran dengan kata omelet. Bisa saja orang yang dimaksud Harun sama dengan pemilik notes itu.”

Senyum mengembang di bibir Andre. Dia tidak jadi lapar. Andre bergegas ke kamar mandi, untuk kemudian berangkat ke kantor. Satu hal yang ingin dia pastikan bahwa pembuat omelet itu adalah pemilik notes merah jambu. Meski pun dia masih ragu kalau ada orang pantri yang bisa menulis sebagus itu, tapi Andre merasa harus memastikan itu.

Hari ini Andre harus menuntaskannya. Toh semua berada di lingkup kerjanya. Kantor, pantri dan ruang kerjanya. Jadi apa susahnya mendapatkan pemilik notes itu. setelah konsep yang harus ia presentasikan selesai, kini ia bisa fokus untuk menemukan orang pantri yang suka membuat omelet.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status