Home / Romansa / Between Two Loves / Bab 2 Sikap Aneh Brandy

Share

Bab 2 Sikap Aneh Brandy

last update Huling Na-update: 2021-08-17 07:33:02

Bab 2 Sikap Aneh Brandy

Mobil kami berhenti di depan sebuah Villa.

"Ayo, turun Sayang," Brandy membukakan pintu untukku.

Aku tersenyum lalu turun.

Sebuah mobil telah berhenti mendahului kami sebelumnya.

Aku heran.

Sekonyong-konyong dari dalam mobil itu keluarlah Abraham.

Aku terkhenyak.

Ada apa dengannya? Mengapa dia harus turut ada di sini?

"Sayang, kamu nampak kaget lagi. Tenang, Kak Abraham cuma nganterin kita ajah." Brandy menenangkan.

"Ya, aku tidak kaget kok." Jawabku berusaha tenang.

Abraham tersenyum. Namun tanpa bicara.

Berusaha untuk tanpa peduli, aku melangkahkan kaki membuntuti jejak Brandy. Sialnya Abraham malah mengekor.

Ada apa dengan laki-laki itu? Apa dia tidak tahu kalau kami akan berlibur untuk merayakan honeymoon di sini? Mengapa dia turut serta?

Menjelang malam harinya, aku memandang lautan lepas. Di pelukan Brandy, serasa malam ini semakin hangat. Namun tidak demikian dengan suasana hatiku. Keturutsertaan Abraham mengusik ketenanganku.

Drrt... Drrt...

Ponsel Brandy bergetar.

"Sebentar ya, Sayang," Brandy meraih ponselnya.

Aku membiarkan Brandy sibuk dengan handphonenya.

Aku izin untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu, ini adalah malam pertama kami menikmati malam di Villa, tentu saja aku ingin memberikan pelayanan terbaik pada imamku.

Tok ... Tok ... Tok ...!

Terdengar ketukan pintu kamar mandi.

"Kenapa, Sayang? Aku belum selesai mandi nih," ucapku asyik dengan guyuran air hangat.

"Sayang, buka pintunya, aku ingin bicara sebentar,"

"Sebentar,"

Aku mempercepat mandiku. Buru-buru kemudian mengenakan handuk. Meski sudah sah sebagai suami istri, jujur saja, aku masih malu untuk menampakkan tubuhku tanpa balutan busana pada Brandy.

Dengan lilitan handuk, aku keluar dari pintu kamar mandi.

"Kamu cantik, Sayang," puji Brandy.

Aku tersipu.

Brandy mendekat, lalu mencium keningku. Hangat. Aku menyukainya. Bagiku ini romantis.

"Sayang, maaf ya, aku terpaksa harus keluar. Ada teman yang meminta bantuanku. Maaf, tapi sebisa mungkin nanti aku akan berusaha pulang cepat," tutur Brandy.

Mendengarnya aku kecewa.

"Maaf, Sayang," lagi-lagi Brandy melingkarkan tangannya ke pinggangku. Sebentar kemudian ia melepaskan lingkaran tangannya.

Aku sedikit kecewa. Meski malu, tidak munafik jika sebenarnya aku mengharap lebih. Tapi ya sudahlah. Aku meredam perasaanku.

Perlahan suami gantengku itu mengenakan jaket dan berjalan keluar.

"Kunci pintunya, Sayang. Awas jangan buka untuk orang lain," Brandy memicingkan mata.

"Tenang, tidak akan." Balasku.

Sepeninggalnya, aku mengeluarkan lingerie hitam yang sengaja ku beli untuk memanjakan mata suamiku. Ku pasang lingerie itu pada tubuhku yang sintal. Ini adalah malam ketiga pernikahan kami. Malam yang akan kuhabiskan di villa ini tanpa khawatir akan diganggu oleh oleh lain.

     Tapi aku merasa ada sedikit ketakutan akan keikutsertaan Abraham tadi.

     Namun, segera kutepis pikiran buruk yang menghampiri.

Di depan cermin, aku memandang tubuhku.

Aku tersenyum.

"Semoga aku bisa membahagiakan Brandy dan bisa membuat hatinya selalu terjaga untukku," aku membatin.

Aku menutupi tubuh dengan kimono.

Malam semakin larut, aku mulai cemas. Brandy belum juga kembali.

Ceklek...

Tiba-tiba listrik mati mendadak.

Aku terpekik.

Aku yang phobia dengan gelap menutup wajah dalam selimut.

Aku menggerutu dalam hati, mengapa Brandy belum juga pulang.

Tok... Tok ... Tok ...

"Siapa?" Tanyaku.

"Buka pintunya, sayang," ucapan lembut  seorang lelaki menjawab pertanyaanku.

Aku bersyukur, Brandy pulang. Tapi, kok suaranya lembut sekali ya?

Jangan bod*h Mera. Namanya juga pengantin baru.

Aku bergegas membuka pintu kamar.

Seorang lelaki masuk, ya dia Brandy. Aku mengenali aroma parfumnya.

"Sayang, baumu membuatku nyaman," ucap Brandy setengah berbisik.

"Makasih, Sayang," jawabku.

Aku menggenggam jemari Brandy erat. Tak urung aku nyerempet. Dalam hati aku mengumpat. Ketakutanku pada gelap membuatku bersikap terlalu lengket sama Brandy.

"Kamu takut gelap kan?" Tanyanya lagi-lagi setengah berbisik.

"Mmm. I iya." Jawabku.

Brandy menggiringku ke tempat tidur.

Aneh, tidak ada bau keringat pada tubuhnya. Yang ada hanyalah bau parfum khas yang biasa ia pakai. Aku tahu itu.

Biasanya kan seorang lelaki yang baru pulang dari suatu perjalanan akan  mengeluarkan aroma keringat. Setidaknya dari area ketiak. Suaranya pun di buat lebih lembut dari sebelumnya.

Ah sudahlah, yang penting aku tidak sendirian lagi.

Bersambung...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Between Two Loves   Bab 123 ENDING

    Bab 123"Aku tidak peduli apa yang kakak katakan. Jika kakak ingin mengatakan aku egois dan ingin menyalahkan aku atas semuanya, maka aku tidak akan mencegah."Sikap Brandy benar-benar berubah hari ini. Hingga Abraham pun memilih diam. Ia sendiri tidak mengerti ada apa dengan sang adik.Apakah Brandy berkata seperti itu karena lantaran sakit hati? Atau ada hal lain yang melatarbelakanginya? Abraham tak tahu itu. Yang pastinya Abraham merasa prihatin.***Sedangkan Brandy sendiri meluncurkan mobilnya meninggalkan Abraham begitu saja. Ia sama sekali benar-benar tidak peduli lagi dengan Abraham.Kali ini ego benar-benar Brandy utamakan."Aku akan menemuimu Mera! Aku akan mengajakmu pulang!"Tengah meluncurkan mobil, ponsel Brandy kembali bergetar, seseorang menghubunginya.Dengan cepat brandy menjawab. Ia sudah tahu siapa sosok yang tengah menghubunginya saat itu."Ada apa, Kirana? Mengapa kamu kembali menghubungiku?""Mampirlah ke apartemenku, Brandy! Kita bicarakan masakah ini baik-bai

  • Between Two Loves   Bab 122

    Bab 122 "Kau benar-benar sudah menduakan Mera Brandy! Mengapa kau lakukan ini?" Abraham berkata dengan sorot mata tajam. Brandy tak bisa berkata apa-apa."Maafkan aku, Kak! Aku akui jika aku salah. Tapi, tapi apakah Kakak tidak jika aku hanya khilaf melakukannya. Benar-benar khilaf, Kak." jawab Brandy.Brandy tak berani menatap pandangan dari kedua mata kakaknya yang terlihat benar-benar kesal."Bisa-bisanya kamu mengatakan jika kamu tengah khilaf, Brandy! Jika kamu khilaf, apakah mungkin kamu bisa melewati masa-masa khilaf itu hingga semalaman suntuk? Itu sama sekali tidak bisa disebut dengan khilaf, Brandy. Sesuatu bisa disebut dengan Khilaf, apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang cuma sesaat. Tapi yang kalian lakukan sama sekali tidak dalam waktu sesaat. Maka aku sangat tidak percaya jika kau sebut kelakuan kalian dengan sebutan khilaf."Brandy membisu. Memang benar apa yang diucapkan oleh sang kakak."Kak. Bagaimana kalau kita lupakan saja soal ini. Aku ingin segera m

  • Between Two Loves   Bab 121

    Bab 121"Brandy! Kirana? Apa yang kalian bicarakan?" Abraham menghampiri keduanya.Keduanya sontak terkejut.Mereka menoleh."Kak Abraham? Se... Sejak kapan Kakak berada di sini?" Brandy benar-benar dibuat terkejut luar biasa."Aku berdiri di sini sejak awal kalian ada di sini. Aku mendengar semua perkataan kalian!""A... apa?" Brandy tergagap."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap wanita ini, Brandy?" Abraham menunjuk ke arah Kirana."A... apa yang kamu maksud? Aku tidak melakukan apapun?""Kalau kalian tidak pernah melakukan apapun, lalu apa yang kalian bicarakan barusan? Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Kalian tak bisa lagi berbohong!"Kirana gugup. Perlahan ia melepaskan pelukannya terhadap Brandy dan sedikit ia melangkah menjauh. Mukanya merah. Ada rasa malu menyelimuti perasaannya. Tapi entahlah, ada juga sesuatu yang membuat wanita itu malah bersyukur dengan adanya keberadaan Abraham di sana."Mungkinkah Kakak salah mendengar?" Brandy masih berusaha untuk berkilah.

  • Between Two Loves   Bab 120

    Bab 120"Kak aku serius, Mera hilang Kak. Dia pergi sambil membawa Keano. Bagaimana ini? Aku benar-benar bingung. Apa aku harus ke rumah orang tuanya sekarang? Atau... atau adakah dia menghubungi Kakak sebelum pergi?" tanya Brandy berharap-harap cemas."Sudah kubilang padamu Brandy, Mera tidak pernah menghubungiku sama sekali. Aku aja nggak menyimpan nomor kontak Mera, begitu juga dengan merah. Semenjak pernikahan kalian, Kami tidak ada kontak-kontakan lagi. Bagaimanakah bisa kamu berpikir kalau Mera menghubungiku. Sudah Kubilang padamu, jangankan menghubungiku, berbicara secara langsung aja sama aku Mera terlihat malas dan enggan. Tidakkah kau lihat dan tidakkah kau perhatikan jika dia benar-benar menjaga jarak denganku?"Fyuuh!Brandy mengalah nafas panjang.Brandy menyadari betul Apa yang diucapkan oleh kakaknya adalah benar. Selama ini ia tak pernah melihat Abraham dan merah berbicara serius. Kalaupun berbicara, mereka terkesan seperlunya saja.Brandy memutuskan untuk mengakhiri p

  • Between Two Loves   Bab 119

    Bab 119 "Mera! Dimana dirimu sekarang?" Brandy nampak gelisah. Hatinya galau tidak menentu.Brandy mulai memikirkan kemungkinan yang tidak tidak terjadi pada istri dan putranya. Sekalipun pada awalnya Brandy meragukan Keano sebagai darah daging, tapi sepertinya kasih sayang yang terlanjur ia curahkan pada Keano begitu lengket dan benar-benar telah membentuk sebuah ikatan batin yang demikian kuat.Ya, Brandy mengakui ia mencintai dan menyayangi anak itu setulus hati."Keano, pulanglah, Nak! daddy merindukanmu?" Brandy berguman lirih dan tertahan. "Aku harus mencarinya! Dia istri dan anakku!" tekad Brandy.Brandy memutuskan untuk memberanikan diri menghubungi keluarga mera.Kembali Brandy sibuk dengan ponselnya, mencari-cari nama kontak yang bersangkut-paut dengan seseorang yang ingin ia hubungi.Brandy bingung melihat tak satupun ada seseorang yang bersangkut-paut dengan keluarga Lia di kontak ponselnya."Kemana larinya nomor kontak mertuaku?" Brandy merasa heran.Untuk memasti

  • Between Two Loves   Bab 118

    Bab 118[Brandy, sesuai dengan apa yang kamu katakan aku melakukan apa yang aku inginkan. Tolong jangan cari aku! Karena ini adalah salah satu yang aku inginkan darimu!]Sebelum melangkah meninggalkan rumah, sebuah catatan dengan tinta hitam yang Mera torehkan di atas kertas putih sengaja wanita itu tinggalkan di atas Bantal di kamarnya.Sebelum beranjak Mera memperbaiki letak gendongan Keano."Jangan nakal ya, Nak! Sayang Mama." sebuah kecupan lembut mendarat di kening bayi mungil tersebut.Dengan langkah pasti, Mera melangkah meninggalkan rumah dan tanpa menolehkan kepala lagi.Sebuah taksi online yang sengaja ia pesankan dari sebuah aplikasi khusus telah menunggu di hadapan rumah. Tanpa bicara sepatah kata pun Mera naik ke taksi pesanannya.Mobil meluncur ke arah yang telah diberitahukan oleh Mera sebelumnya."Semoga saja kepergianku kali ini akan menyelesaikan semua masalah yang ada. Semoga dengan ketidak adanya aku di sana akan membuat dua orang itu kembali akrab sebagaimana sed

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status