Share

Between You and Me. 02

Yumna menggelengkan kepalanya tidak paham, kenapa seorang Abira Zayyan Khairu bisa mengira dirinya hamil?! 

Jika alasan pria itu adalah karena melihat dirinya muntah-muntah kemarin, Abira salah besar! Dia muntah karena asam lambungnya naik, bukan karena hamil!

Lagi pula antara dia dan Mario memang tidak pernah melakukan hubungan intim layaknya suami istri!

"Bapak itu memang atasan saya tapi, ucapan bapak sama sekali enggak sopan walaupun saya memang bekerja di tempat bapak!" 

Abira melangkah semakin mendekat, hingga gadis itu tersudut. "Kamu murahan tapi jual mahal! Kamu sebut nominal saja, saya pasti bayar. Kamu menangis karena Mario enggak mau tanggung jawab atas kehamilan kamu 'kan?! Kamu terlalu murah!" 

Tangan Yumna mengepal kuat, kekesalannya semakin bertambah. Dia heran mengapa Abira selalu membicarakan hal yang tidak baik padanya, padahal dia sama sekali tidak pernah mengganggu pria gila itu!

"Saya enggak hamil! Bapak jangan asal bicara!"

Kekehan menyebalkan keluar dari mulut Abira, pria itu belum puas berbicara. "Kamu berani bicara dengan nada tinggi?! Berani kamu sama saya?!"

Tangan Abira bergerak mengusap gadis itu, menyusuri leher hingga pinggang Yumna lalu mencengkeramnya dengan kuat disana.

Bibir Abira mendekat pada telinga Yumna, kemudian pria itu membisikan sesuatu. "Jangan pernah kamu berbicara dengan nada tinggi pada saya! Ingat, kamu itu cuma karyawan disini!"

Ting

Selesainya ucapan Abira bertepatan dengan bunyi pintu lift yang akan terbuka, hingga pria itu memberi jarak dengan Yumna.

Saat pintunya benar-benar terbuka, Abira langsung melangkahkan kakinya tanpa mempedulikan Yumna yang masih memegangi pinggangnya.

"Kamu jangan manja! Jadi karyawan itu yang sigap, jangan lemah!" membalik badannya, pria itu kembali bertolak pinggang sambil melontarkan kata-kata pedas.

Yumna menggigit bibir dalamnya, dia ingin membalas perkataan Abira tapi dia tidak akan melakukannya!

Tidak ingin sama sekali berurusan dengan pria gila bermulut ibu tukang gosip!

•••

Yumna membenci Abira, sangat! Dia tidak tahu kenapa pria gila itu suka melontarkan kalimat menusuk untuknya, padahal awalnya antara dia dan Abira tidak pernah terlibat pembicaraan apa-apa.

Melihat Abira pun jarang, apapagi berbicara dengan pria itu. Hampir tidak pernah!

Tapi mengapa hampir sebulan ini Abira selalu menganggunya?! Melemparkan banyak pekerjaan pada dirinya seorang, menyebutnya dengan kata-kata kasar dan terus berbicara dengan nada tinggi.

Gadis itu mengusap wajahnya kasar, lalu menggelengkan kepalanya. Dia bisa gila jika terus-terusan memikirkan penyebab Abira Zayyan Khairu menggila!

"Kamu kenapa? Epilepsi?" dengan tatapan datarnya, Abira menyoroti Yumna dari bangku kebesarannya.

"Saya enggak apa-apa."

"Lo yang epilepsi, Setan!" batin Yumna.

Yumna masih berusaha menormalkan ekspresinya di hadapan Abira dan kekasihnya, pria gila itu memerintahkan dirinya untuk mengerjakan revisi pekerjaan di ruangan Abira.

Di depan meja kerja Abira, di hadapan pria itu yang sedang memangku mesra kekasihnya.

Gila kan?!

Hati Yumna tentu saja sudah mengeluarkan sumpah serapah yang amat panjang untuk Abira, dia sangat muak melihat Abira mengelus mesra Dilara Aretha, kekasih pria itu.

Yumna mengenal Dilara Aretha, kekasih bosnya itu adalah salah satu model terkenal di Tanah Air. Cantik, tinggi, pandai berbicara, dulu Yumna termasuk orang yang mengidolakan Dilara Aretha. Tapi, setelah sering melihat wanita itu, Yumna tidak lagi mengidolakannya!

Tingkah wanita itu tidak sesuai dengan wajahnya!

"Ck!" decakan kecil keluar dari mulut Yumna.

Bagaimana bisa Mario menyusuri leher jenjang Dilara dengan ciuman, sementara ada dirinya juga disitu?!

Bahkan Dilara ikut mengalungkan tangannya dengan mesra ke leher Abira, seperi membiarkan saja apa yang di lakukan pria itu.

Tidak tahu malu!

"Pak, apa enggak lebih baik saya kerjakan semua ini di kubikel saya saja?" Yumna berhenti melakukan aktifitasnya lalu menatap dua orang itu dengan raut wajah kesal.

Maaf saja, matanya terlalu suci untuk menonton pertunjukan cipak-cipak  antara Abira dan Dilara. Terlalu menjijikan!

"Kerjakan disini! Selesaikan sekarang bodoh!" Abira dan Dilara kompak menatap Yumna dengan tajam, mereka seperti kompak mengibarkan bendera perang pada Yumna.

Gadis itu menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Dia ingin tau bagaimana cara kerja otak Abira dan Dilara, apa mereka tidak malu?

"Maaf, Pak. Memang hak bapak ingin melakukan apa saja tapi, saya sedang berada disini. Apa bapak tidak malu?" 

Persetan dengan rasa hormat kepada bosnya itu, Yumna terlalu muak melihat adegan mesra keduanya yang sudah kelewatan menurutnya. Jika mereka sedang berdua saja tidak masalah tapi, masalahnya sekarang dia juga di ruangan itu!

"Kenapa saya harus malu? Toh saya enggak akan membuat kekasih saya hamil di luar nikah seperti kamu!" Seringai puas nampak di wajah Abira, tangannya semakin erat melingkari pinggang Dilara.

Setan!

Melihat tampang pongah Abira, membuat Yumna semakin ingin melepas sepatunya dan melemparkan benda itu ke wajah Abira.

Hari ini sebenarnya sudah sangat melelahkan, moodnya tidak begitu baik karena semalaman dia terus menangisi hubungannya dengan Mario. Di tambah bos gilanya bertingkah seperti manusia tidak beradab hingga membuat kepalanya semakin pusing.

Tok tok tok

Begitu mendengar suara ketukan pintu, Dilara langsung turun dari pangkuan Abira lalu duduk di sebelah Yumna, tapi tetap dengan wajah pongah dan tatapan tajamnya.

Abira berdeham sebentar lalu berbicara, "Masuk."

Pintu ruangan Abira terbuka, seorang lelaki yang tidak lain adalah sekretaris Abira muncul dengan sebuah pesan. "Maaf Pak, tamu yang bapak tunggu sudah sampai. Bapak Mario Raja Gavarel dari Abdi Group sudah ada di ruang tunggu lobby."

"Arahkan dia ke ruangan saya." 

Sekretaris pria itu membungkukkan badannya lalu izin keluar.

"Abi, aku keluar ya." Dilara kembali menghampiri Abira dan memeluk pria itu dari belakang.

Abira tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Tunggu di ruangan meeting, minta sekretaris aku untuk buka ruangan itu. Kamu bisa tunggu disana, oke?" 

Sebelum pergi, Dilara menyempatkan dirinya untuk menyesap bibir Abira dan melemparkan tatapan menusuk pada Yumna.

Yang di tatap hanya bisa mengernyitkan dahinya heran, sejak tadi dia tidak bertingkah! Tapi mengapa selalu disudutkan?!

Sejujurnya mendengar nama Mario di sebut membuat Yumna sedikit gugup, seketika dadanya merasakan sakit yang teramat mencengkeram.

Haruskah dia melihat wajah Mario sekarang? Dirinya belum siap!

Dia ingin keluar, tapi tidak mungkin Abira mengizinkannya! Dan tidak mungkin juga dia bilang pada Abira jika sedang patah hati karena baru saja putus cinta.

"Kamu pasti senang 'kan?" 

Yumna melirik sedikit pada Abira, senang dari mana?! Dia mati-matian menahan degupan jantungnya yang menggila!

Tok tok tok

"Masuk."

Sekretaris Abira membukakan pintu lalu muncul lah sosok Mario dengan balutan jas formal berwarna abu-abu dengan celana senada. Pria itu sedikit terkejut dengan keberadaan Yumna di dalam ruang kerja Abira.

Abira beranjak dari kursinya lalu menjabat tangan Mario sebagai sambutan. "Selamat siang, Pak Mario."

"Selamat siang, Pak Abira." Mario menjabat tangan Abira tapi, matanya mencuri pandang ke arah gadis yang telah mencuri hatinya.

"Silahkan duduk, Pak. Ah ini, saya sedang membicarakan sesuatu dengan Yumna." Abira memasang wajah ramah pada kliennya itu.

Mario mengangguk paham palu mengulurkan tangannya pada Yumna, gadis itu membalas uluran tangan Mario tanpa berniat menatap pria itu.

Dia takut air matanya akan turun lagi!

"Pak Mario beruntung sekali memiliki kekasih seperti Yumna, Yumna ini salah satu karyawan yang kompeten di perusahaan ini. Cara kerjanya selalu efisien dan terbukti selalu meningkatkan penjualan."

Hiih!

Kompeten katanya? Dada Yumna bergejolak murka, saat tidak ada Mario, dirinya di maki dengan semua umpatan kasar tapi kini mulut Abira pandai sekali memujinya.

Tapi kekesalan Yumna sedikit sirna saat merasakan tangan hangat Mario membelai kepalanya, usapan yang akan dia rindukan!

"Tentu saja saya beruntung, terima kasih, Pak Abira." Mario tersenyum pada gadis itu, sejujurnya dia ingin memeluk Yumna. Dia ingin bertanya mengapa mata Yumna sembab? Apa Yumna tidak tidur nyenyak semalam?

"Kamu bisa keluar dulu, terima kasih sudah membantu saya membereskan pekerjaan ini, Yumna." Masih dengan wajah ramahnya, Abira berbicara pada Yumna.

Gadis itu pun segera merapikan file serta laptop yang dia pakai lalu berdiri. "Baik, saya permisi." 

Yumna berjalan keluar dan kembali menutup pintu ruangan bos gilanya, di dalam hatinya jelas Yumna masih misuh-misuh karena Abira kembali memasang wajahnya yang lain di depan Mario.

Rasanya Yumna ingin mencakar wajah Abira!

Berbicara soal Mario, Yumna jadi ingat saat pertama kali dia mengenal pria itu. Saat itu dirinya yang menjelaskan strategi marketing untuk project baru antara perusahaan Abira dan Mario. 

Banyak kejadian manis yang Mario berikan untuknya, dia tidak akan melupakan itu!

Saat pikirannya bekelana mengingat segala hal tentang Mario, tangannya tiba-tiba di tarik seseorang hingga memasuki ruangan meeting.

"Bu Dilara perlu apa ya?" heran, itulah yang Yumna rasakan. Mengapa Dilara menariknya kesini dan memasang tatapan bengis seolah-olah dirinya pernah melakukan kesalahan besar.

"Kamu harus mengingat satu hal, suatu hari nanti saya akan menyingkirkan kamu!"

Mata Yumna membulat sempurna, sebenarnya Dilara itu kenapa?!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status