Klaus menjenguk Pilav yang masih dirawat. Badan perempuan itu penuh dengan perban. “Kenapa kamu datang sendiri?” tanya Pilav ketika melihat kedatangan Klaus.“Memangnya kenapa? Kamu ingin bertemu Arias?” tanya Klaus setengah meledek.Pilav tertawa. “Ya, sejujurnya, aku lebih memilih melihat Arias daripada melihatmu.”“Kalau begitu, aku pulang,” balas Klaus yang meladeni candaannya. Mereka berdua pun tertawa.“Apa Tyra sudah ditemukan?” tanya Pilav yang memulai pembicaraan.Klaus menggeleng. “Nyridia menemukan koin dan potongan kaca seperti saat di Yasle. Sepertinya, Tyra memakai taktik itu lagi.”Pilav tidak terkejut sama sekali ketika mendengar kabar itu. Dia baru pertama kali mendengarnya, tapi dia sudah menduganya.“Aku dengar, kamu membuat masalah di ruangan Tuan Herreros,” kata Pilav.Klaus merasa malu karena soal itu diungkit. “Iya.”“Tidak apa-apa. Kamu hebat. Aku juga pernah mencari masalah dengan Tuan Herreros dan aku tidak menyesalinya. Kamu ingat, kan? Meski sempat merasak
Desa Gowi, tujuh tahun yang lalu“Bagaimana keadaan Alba?”Tyra yang baru saja kembali ke rumahnya itu disambut dengan pertanyaan dari seorang gadis kecil yang sudah ia selamatkan sebelumnya. “Alba sudah tidak ada. Aku dan Ritchie baru saja kembali dari sana. Tempat itu sudah tidak ada harapan,” jawab Tyra dengan jujur.Ekspresi gadis kecil itu menjadi sangat sedih. Tangannya terus bergetar. Ia terus bergumam, “Alba … Alba ….”Tyra menghampiri gadis kecil yang terus memeluk lututnya di sudut ruangan. "Kamu mau membalaskan dendammu?""Siapa yang melakukannya?" Tidak menjawab, gadis itu malah menyerukan pertanyaan dengan nada dingin.Tyra tertawa kecil. "Pilav, santai saja. Sepertinya, sejak kita bertemu, kamu tidak bisa memercayaiku.""Jawab. Siapa?""Blade."Pilav hanya terdiam ketika mendapat jawaban yang dia inginkan. Ini bukan pertama kali dirinya mendengar nama itu. Dirinya tidak tahu banyak tentang Blade. Tetapi, sebelum ini, kerajaannya memang sudah pernah diserang oleh Blade.
Tepat di malam saat Tyra membuat kesepakatan dengan Blade, Grada menambahkan sebuah bintang baru di peta dunia. Bintang milik Tyra diletakkan di Escalera—di sebelah dua bintang yang sudah redup.“Waktu dulu, kamu menyuruhku untuk menyerang Escalera dan aku menolaknya. Sekarang, aku sudah siap untuk itu,” ucap Tyra pada malam itu. Itulah alasan bintangnya bisa berada di kampung halamannya.Grada duduk di kursi kebanggaannya sambil menopang dagunya. Ia merenung mengenai keberadaan Tyra yang kembali ke Blade setelah bertahun-tahun lamanya. Untuk sementara, ia membiarkan Tyra untuk memegang kendali atas dirinya. Tetapi, bukan Grada jika ia membiarkannya begitu saja.Di umurnya yang sudah seratus tahun lebih, ingatan Grada masih terputar dengan jelas. Ia membuka kembali satu per satu memorinya untuk menemukan jawaban yang cocok. Tyra adalah orang yang tidak bisa ia remehkan.Senyumnya melebar ketika berhasil menemukan sebuah ide brilian. Sebuah tawa menyusulnya kemudian. “Kenapa aku tidak
Seluruh badan Tyra membeku, sedangkan Grada tertawa dengan puas.“Kenapa diam, Tyra? Kamu bukanlah orang yang hanya diam ketika mendengar ucapanku. Mulutmu biasanya selalu berisik dan mengeluarkan kata-kata yang tidak penting,” pancing Grada.“Apa maksudmu dengan memakannya?” tanya Tyra yang mulai ketakutan.“Memang, kamu ini sangat naif. Di balik kalimatmu yang rumit, aku berhasil menemukan celah, Tyra. Kemarin, kamu hanya menyebut nama Rudolph dan Herleva. Tetapi, kamu tidak menyebut nama Ritchie yang merupakan musuhku juga,” kata Grada. “Ternyata memang benar—kamu tidak tahu soal kematiannya.”“Jawab aku. Apa maksudmu?” ulang Tyra.“Bukankah jawaban harus dibayar dengan jawaban juga? Beri tahu aku siapa cicit dari Rudolph dan pewaris Lalia’s Pendant,” balas Grada.Tyra menggigit bibir bagian dalamnya. Jika bisa jujur, dirinya sangat gugup. Selama ini, Tyra tidak tahu kabar mengenai Ritchie. Terakhir kali ia melihat keberadaan partner-nya itu adalah ketika Pilav masuk ke akademi. T
“Hei! Hei! Aku ada berita yang sangat mengejutkan!”Tiga rekan satu timnya menatapnya penasaran.“Putri Kerajaan Alba ingin menikahi Seth!” seru Eugene. “Woah, Seth Adler! Kau akan menjadi anggota kerajaan!” Nyridia menutup mulutnya. “Serius?! Astaga … di mana pun Seth berada, ia selalu dilamar oleh perempuan.”“Salahkan wajahnya yang tampan,” jawab Eugene. “Ah, andai aku memiliki wajah seperti Seth ….”“Kawanku ….” Nyridia merangkul Eugene. “Itu tidak mungkin bisa.”“Kenapa aku tidak mendengar apa-apa?” tanya Seth. “Eugene, kenapa kau selalu yang pertama tahu tentang ini?”Eugene membentuk angka tujuh dengan jarinya lalu menaruhnya di bawah dagu. “Aku Eugene Moon yang tahu segalanya.”“Kamu denger dari mana?” tanya Nyridia.Eugene tidak menjawab. Ia langsung menyerahkan surat dengan amplop putih yang disegel dengan lilin berwarna emas kepada Seth. Ada lambang matahari berwarna putih yang merupakan cap khas Alba. “Pagi ini, aku tiba-tiba didatangi oleh seorang kesatria. Dia memberik
Dengan kakinya yang jenjang, Pilav berjalan menuju Soleclar.“Saya Pilav Yoedger dari Tim Elite. Saya ingin menemui Tuan Edberg,” ucap Pilav pada penjaga yang bertugas menerima tamu. Padahal, penjaga itu belum mengucapkan sepatah kata pun.Penjaga itu terlihat kebingungan. Dari lagaknya, sepertinya penjaga itu merupakan kesatria yang baru saja bekerja di Soleclar.Mendengar permintaan Pilav, salah satu penjaga yang tidak jauh dari sana mendekatinya. “Ikut saya.”Pilav mengikuti langkah penjaga itu hingga mereka berdua sampai di depan ruangan Edberg.“Terima kasih,” ucap Pilav kemudian membuka pintu itu.Suasana ruangan itu terlihat sangat berbeda. Interiornya tidak ada yang berubah. Tetapi, karena pemiliknya sudah diganti, rasanya tempat itu sangat asing.Edberg duduk di sofanya dengan penuh angkuh. Saat melihat ada tamu yang datang, ia memberi sinyal kepada Pilav untuk duduk di hadapannya. Sejak kedatangannya hingga berada di hadapannya, Pilav terus ditatap sinis oleh Edberg.“Ada ap
Tim Elite terlihat gelisah. Di atas meja yang ada di tengah mereka sudah ada tiga cangkir teh. Tetapi, tidak ada yang menyentuhnya. Keadaan mereka seperti ini karena mereka berhasil mendapatkan sebuah fakta mengejutkan.Pilav Yoedger menghilang.Hari ini seharusnya Tim Elite berkumpul untuk diskusi. Tetapi, sampai di waktu yang dijanjikan, Pilav belum juga datang. Sebelumnya, Pilav tidak pernah terlambat di setiap janji. Sekitar lima menit setelah waktu yang ditentukan itu tiba, Seth mengirim ceodrin kepada Pilav. Tetapi, tidak ada jawaban yang mereka dapatkan lagi setelah empat jam. Kini, anggota Tim Elite yang tersisa hanya bisa duduk sambil berharap mendapat kabar tentang Pilav.Tim Elite juga sudah menghampiri rumah Pilav. Dengan bantuan Lou, pintu rumahnya yang terkunci itu berhasil dibuka. Lou memang memiliki kunci cadangan untuk semua rumah para kesatria karena rumah tersebut berasal dari dana pusat. Tetapi, si pemilik rumah tidak ada di sana. Barang-barangnya juga masih lengk
Tujuh ekor kuda sudah siap di pintu masuk Escalera. Selagi yang lain mempersiapkan diri untuk perang, Seth melaporkan semuanya kepada Herreros. Dia juga meminta izin untuk memimpin pertarungan antara Escalera dengan Blade.Perang ini terjadi di negeri lain. Dengan apa yang pernah terjadi di Rivera, tentu Herreros sedikit waswas. Namun, sekarang situasinya berbeda. Tidak akan ada yang protes mengenai pertarungan di Alba. Tidak akan ada seorang pemimpin yang menghampiri Escalera nanya untuk mempermasalahkan hal ini.Pada dasarnya, Alba memang sudah tidak ada. Pemimpin Alba pun merupakan boneka. Blade memang berani melakukan apa pun untuk memanipulasi dunia. Memalsukan sebuah kerajaan merupakan sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan.Herreros awalnya ingin mengirim pasukan kesatria lain untuk membantu perang mereka nantinya. Tetapi, Seth menolak keras. Seth menekankan kepada Herreros bahwa perang ini bukanlah tanggung jawab Escalera. Penyebabnya adalah masalah pribadi. Seth dan lainn