Share

suami

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-15 06:46:25

Suamiku, dia pria dengan sifat pendiam tapi dia romantis, namun cara mengungkapnya dengan tindakan, bukan dengan kata kata merayu gombal. Setidaknya itu yang kurasakan, dan itu yang dia lakukan padaku.

Tak tahu bagaimana dia menaklukkan wanita gelapnya atau mungkinkah si jalang itu yang telah menjebak suamiku dalam cinta semu dan kenikmatan sesaat, yang pasti aku tidak akan membuat itu berlangsung lama.

Tidak mudah memisahka seseorang yang sedang dimabuk asmara. Semakin ditentang, mereka akan semakin menunjukkan kekuatan dan keteguhan hatinya. Ada baiknya ditarik ulur saja, dibiarkan namun hati suamiku harus terus terusik dengan keputusan dan tindakanku. Pelan tapi pasti, aku akan membuatnya membayar semua yang dia lakukan.

Kini aku terduduk di ruang tamu, termenung sambil menopang dagu dan menggigit bibirku, bingung dengan apa yang harus aku lakukan. Kutunggu suamiku pulang, namun tidak kunjung kembali juga. Ingin frontal, tapi itu bukan gaya dan sifatku. Aku harus mencari cara dan mengatur rencana agar pembalasanku tetap anggun tapi menyakitkan.

Bunyi hentakan kaki di lantai marmer hitam dengan siluet corak keemasan terdengar datang dari pintu depan. Lampu gantung memancarkan cahaya temaram tepat di atas kepalanya ketika kami bersitatap. Dia agak tertegun menemukanku di ruang tamu dengan gauh tidur renda hitam, menunggu dirinya dengan pulasan riasan tipis dan rambut digerai.

"Sayang ... kau sudah pulang?"

"Ya." Dia terlihat ragu dan memasang ekspresi datar, mungkin menunggu reaksiku atas kejadian siang tadi.

"Kau sudah makan?"

"Belum. Tapi, aku tidak ingin makan."

"Bagaimana kalau kita minum sebentar. Ada anggur yang baru dikirim ayah dari luar negeri. Rasanya luar biasa, sangat mendukung suasana dan perasaan kita."

Mendengar ajakanku pria itu makin bingung, meski nampak lelah, dia tetap mengikuti kemauanku lalu kini, kami duduk di meja bar mini sambil menghadapi 2 gelas anggur yang dituang seperempat gelas.

Aku tersenyum dan menatap matanya sementara pria itu semakin gugup, tangannya seakan bergeletar saat memegang gelas.

"Siapa dia?"

"Hah?" tanyanya lirih.

"Namanya?"

"Mona."

"Sejak kapan?"

"Aku tak ingat," jawabnya menunduk, aku tertawa getir mendengar jawabannya.

"Baru saja atau sudah lama?"

"Hmm, engg... entahlah."

"Bagus. Aku menghargai kau mau jujur. Tapi, kenapa kejujurannya terlambat. Kalau kau terbuka, mungkin aku bisa membantumu untuk menemukan kembaran jiwamu yang hilang."

Pria itu tersentak, dulu, kami sering bicara tentang cinta dan jodoh, tentang belahan jiwa dan bagaimana kami saling terhubung, saling memahami dan memberikan kasih sayang. Sekarang, semuanya terdengar seperti omong kosong.

"Kau mencintainya?"

"Hmm."

"Kau sangat mencintainya?"

"Tidak juga."

"Kalau tidak tinggalkan saja, Sayang."

"Maafkan aku ...."

Entah untuk apa dia minta maaf, untuk kesalahannya karena sudah berselingkuh atau minta maaf karena tidak mampu meninggalkan selingkuhannya.

"Aku selalu memaafkanmu dan punya kelapangan hati untuk menerima apapun yang kau lakukan. Bukan karena kau kaya, tapi karena aku mencintaimu."

Suamiku kaget, gelas anggur masih belum tersentuh, ia memandangku bergantian dengan tanganku yang kini memegangi gagang gelang. Mungkin dia takut, dalam sikap tenangku, aku bisa membunuhnya.

Aku turun dari kursi bar, mendekatkan wajahku ke dadanya. Menyentuhnya dengan jemari tanganku yang kukunya bercat merah mengkilat. Dia menahan napas dan tak berani membalas tatapan.

"Kupikir degupan jantungmu masih sama, masih untukku saja. Tapi ternyata, kau berubah, Sayang...." Aku mengatakan itu sambil tersenyum. Pria itu tak berani membalas pelukanku, dia kemudian menghela napas dan memegangi bahuku.

"Aku minta maaf, aku terlanjur jatuh cinta dengan Mona."

See, dengan kelembutan seperti itu, dia mengakui perbuatannya sendiri.

"Kau jatuh cinta padanya atau hanya mengisi kekosongan yang belum sempat kuisi?"

"Mungkin karena kita sudah lama bersama hingga timbul kejenuhan dan rasa hampa."

Sebenarnya sakit sekali mendengar jawaban semacam itu, tapi aku tetap menyunggingkan senyum, senyum membawa lukaku.

"Kenapa bisa hampa? Apakah kekuranganku, Mas?"

"Tidak, kau sempurna. Hanya saja, Aku mencintaimu tapi jenis cinta yang kumiliki tidak semenggebu dulu, aku mencintaimu sebagai istriku, temanku, dan orang yang mendampingiku. Namun ...."

"Untuk hasrat dan fantasimu, kau luapkan pada wanita itu?"

"Hmm."

Aku mulai muak, jijik, mendengar suamiku dengan tanpa dosanya mengatakan itu. Jelas, bahwa pacar gelapnya hanya pemuas nafsu. Tapi, dia menodai cintaku dan berbuat zina. Ya Allah, aku harus bagaimana.

"Jangan pupuk cinta seperti itu. Jika kau mencintainya maka nikahi saja wanita itu."

Aku tahu dia tidak akan bisa menikahinya, orang tuanya tidak akan menyetujui hubungan yang dibangun berlandaskan ketidakjujuran dan perselingkuhan. Terlebih ibu mertua sangat menyayangiku, dan akan bersikap tegas kepada Mas Alvin. Alasan kedua adalah dia tidak akan merusak reputasinya yang sudah dia bangun dari nol hanya demi seorang wanita. Dia juga harus mempertimbangkan tentang keadaan psikologi kedua putra dan putri kami, Rina dan Gema.

"A-aku ... ti-tidak ...."suamiku turun dari kursinya lalu beranjak menjauhiku.

"Kenapa?"

"Aku tidak bisa!"

Lihat kan, dia tidak akan pernah bisa untuk menghalalkan apa yang haram. Seharusnya Mona mendengar percakapan ini sehingga dia sadar. Ya, begitulah resiko kalau menjadi benalu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ma E
Haduuuh cerita itu perselingkuhan mulu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   98

    Sebulan kemudian setelah pertemuan mengharu biru itu. Mas Alvin tiba tiba menghubungiku. Secara mengejutkan aku yang sedang sibuk di toko melayani pembeli tiba-tiba mendapatkan panggilan dari nomor ponselnya.Agak heran juga mengingat sudah lama dia tidak menghubungiku. Terakhir kali kami bertemu, di saat aku dan dia mengunjungi Mona dan Elena di lapak jagung. Setelah pertemuan yang penuh dengan perasaan sedih itu, Mas Alvin kemudian mengantarkan mantan istri dan anaknya pulang ke rumah, melihat kondisi kos-kosan yang dihuni oleh Mona rasanya miris memang, Mas Alvin nampak sedih, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya memberi uang kepada ibu dari putrinya itu, kemudian kami kembali ke ibukota."Halo, selamat pagi.""Pagi, gimana kabarnya?""Baik," jawabku."Gimana anak anak dan keluargamu?""Kami baik," jawabku lagi."Apa kau sibuk hari ini?""Ya, seperti biasa.""Sebenarnya aku ingin mengajakmu untuk mengunjungi elena."Untuk apa dia selalu mengajakku, Apakah canggung rasanya j

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   97

    "Kupikir kau senang aku bercerai dengan Mona," ucapnya yang sukses menahan langkahku saat hampir saja menarik gagang pintu."Musibah dan ketidaknyamanan yang terjadi di antara kalian memang cukup menghibur untuk dilihat, tapi melibatkan bocah kecil dan membuat dia berada dalam situasi yang malang bukanlah hal yang bagus. Tolonglah sebagai ayahnya bertanggung jawablah, kasihan anak itu. Dia sudah sakit dan menderita dengan berbagai kekurangan yang dia miliki, mempertahankan rumah tanggamu dan tidak boleh menyerah sedikitpun atas anakmu.""Sudah ya, mendengarmu mengatakan ini saja sudah membuatku sangat tersinggung dan sakit hati, sudah cukup menceramahiku.""Kalau tidak demi Elena tentulah Aku tidak mau susah payah datang ke sini," jawabku sambil menjauh."Tunggu, baik ... baik, aku akan ikut denganmu," ucapnya sambil membereskan beberapa tumpukan kertas yang tadinya berserakan di atas meja kerjanya."Ada apa?" tanyaku heran. Sepertinya dia mulai terpengaruh dengan tingkahku yang ing

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   96

    Sewaktu mobil meluncur Pergi aku kembali memikirkan bagaimana keadaan balita yang tadi masih dalam pelukan ibunya itu. Bagaimanapun dia tidak bersalah sehingga harus menanggung keadaan sepahit itu. Aku heran kenapa Mas ALvin tidak berusaha menahan anaknya tetap berada di sisinya dibandingkan mempercayakan bocah itu kepada Mona.Dia tahu sendiri bahwa keadaan mental dan emosional Mona tidak stabil juga dia tidak punya penghasilan tetap, Jadi bagaimana mungkin Mona bisa menjamin kehidupan Elena dengan benar."Kenapa diam sayang," tanya Mas Eko sambil mengendarai mobil dia menggenggam tanganku yang saat itu sedang menerawang memikirkan bocah tadi."Aku hanya memikirkan nasib bocah tadi dia ter batuk-batuk dalam keadaan kedinginan Mas Mana warung itu hanya ditutupi dengan terpal jadi sebagian air hujan tempias ke arah tempat tidurnya dan itu pasti membuatnya lembab," gumamku."Kau bahkan memperhatikan detail sekecil itu?""Iya.""Aku tidak bisa memaksamu untuk tidak memperhatikan orang la

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   95

    Ada pemandangan yang mengejutkan ketika aku dan Mas Eko juga anak-anak kami tengah berlibur keluar daerah.Kami tiba di sebuah kota wisata yang cukup sejuk dengan perbukitan dan kebun teh yang membentang. Kuminta suami untuk menghentikan mobilnya di lapas seorang penjual jagung bakar. Terbit seleraku ingin mencicipi setelah dua jam perjalanan di tengah hujan dan cuaca dingin.Kubuka jendela mobil dan meminta pada si penjual agar memberiku jagung bakar dua puluh ribu."Baik, Bu, sebentar ya," jawab wanita itu sambil mendudukkan anak yang tadinya dia pangku seraya mengipasi jagung bakar."Turun aja Bund, pilih yang besar besar," ujar Mas Eko."Iya deh, aku turun," balasku yang segera merapatkan jaket dan turun dari mobil. "Ini jagungnya masih segar ya Bu, baru dipetik ya?" tanyaku pada wanita yang terus sibuk mengipasi dan membolak balikkan jagung di atas bara api."Iya Bu."Secara kebetulan aku dan dia saling berpandangan, aku terkejut, dia juga, entah kenapa begitu. Aku sekarang fam

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   94

    "Tidak usah, Mas, aku rasa istrinya Mas ALvin akan mengatasi semuanya dan aku percaya bahwa itu tidak akan terjadi untuk berulang-ulang kali.""Aku sadar betul bahwa mantan suamimu tidak rela begitu saja kau berbahagia denganku tapi aku tidak menyangka bahwa manuvernya akan seserius ini, kupikir setelah menyadari bahwa kau ada yang punya, maka dia akan berhenti tapi ternyata dia semakin gigih saja.""Bukan aku saja yang mengalami setiap pengalaman seperti itu Mas, banyak orang yang menjalani perceraian tapi pasangannya belum benar-benar move on jadi mereka terganggu.""Aku pun tahu ... tapi aku tidak ingin kau termasuk dalam golongan itu. Aku ingin kita hidup tentram dan bahagia tanpa ada gangguan dari siapapun, dan ya, mantan suamimu yang mau gemar mencari gara-gara itu, dia benar-benar menguji kesabaranku.""Aku sudah tahu sejauh apa kesabaranmu Mas. Karena itu juga aku memilihmu sebagai suami," jawabku sambil mencoba menetramkan perasaannya."Katakan pada Alvin, jika dia masih tid

  • Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu   93

    Melihat bahwa anak tiriku dan tentu saja anggota keluargaku yang lain merasa tidak nyaman dengan kedatangan Mas ALvin aku pun berjanji kepada mereka akan mengatasi situasi itu.Selesai makan dan beristirahat aku kemudian mandi dan mengganti pakaian sambil mengeringkan rambutku di balkon Aku kemudian mengirimkan pesan kepada ayahnya Rina dan gema.(Kenapa kau mencariku ke rumah suamiku Apa ada yang kau perlukan dariku? Kupikir hubungan kita sudah berakhir, jadi aku tidak akan pernah mendapatkan gangguan darimu, tapi nyatanya aku tidak pernah lepas dengan masalah itu!)Tak berselang lama pesan itu segera terbalas dan bunyinya.(Sejujurnya aku hanya rindu ingin melihatmu dan menyapamu.)(Kau sudah gila?)(Aku ingin melihat anak anak juga, mengapa setelah pernikahanmu rasanya sulit sekali untuk menemui anak-anak.)(Setelah mendapatkan sekolah baru dan tempat bimbingan belajar terbaik tentu saja intensitas kesibukan anak-anak meningkat belum lagi jadwal mengaji dan olahraga mereka jadi, h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status