Harusnya Sadar Diri"Farah, sudah berani kamu melaw*n pada ibu? cerca Ibu mertuaku seakan tersak*ti oleh ucapanku barusan. "Menantu macam apa kamu! Selama ini telah dinafkahi oleh Raka, dan sekarang kami hanya ingin meminta uang sejumlah itu, tapi kamu tak mau memberikannya padahal ini untuk membahagiakan adik kandung suamimu!" ujar Ibu lagi. "Jika Bang Raka menafkahiku itu adalah kewajibannya sebagai suami. Jadi Ibu keliru jika mengungkit hal itu," soal nafkah pun di mengungkit, itu sudah kewajiban seorang suami bukan. Apakah karena rasa benc*nya padaku, membuat Ibu tidak tahu hal yang benar dan wajib. Aku lelah dengan keadaan ini, dan menghadapi sifat mereka yang tidak masuk akal."Lihat Raka, istrimu ini semenjak mempunyai penghasilan sendiri, kini dia sudah mulai berani melawan Ibu. Dan berani menentang dirimu!" Ibu mengusap dadanya, seakan ingin memangis. Pandai sekali mengambil simpati!"Aku tidak mau lagi diam dan menuruti apa permintaan kalian yang merugikan!" ucapku."Diam
Rencana Raka"Ngelunjak banget ya kamu Mbak..! Baru penghasilan segitu aja udah sombong!" desis Gita kesal dan nafasnya memburu. "Begitukah menurutmu? Terserah apa anggapanmu. Terserah kalian mau beli apa saja, tapi jangan meminta yang dariku!" Aku berlalu meninggalkan mereka di ruang tamu, Sedikitpun aku tidak akan sudi lagi memberikan uang pada keluarga Bang Raka.Bang Raka menghampiriku yang kini ada di kamar."Cepat beritahu aku, di mana kamu sembunyikan uangmu itu? Bagaimana bisa uang ratusan juta itu sudah tidak ada di m-banking mu?" ujar Bang Raka padaku."Itu bukan urusanmu Bang, kamu tahu bukan jika uang istri adalah milik istri, uang suami adalah milik suami dan istri. Jadi kamu tidak berhak mempertanyakan ke mana uangku itu," "Farah kamu mulai melawan ya denganku..!" bentak nya. "Kenapa Bang? Kamu ingin aku terus diinjak oleh keluargamu dan semena-mena di mana kamu?,Apakah kamu pernah membela ku disaat aku disudutkan, diperlakukan tidak adil selama ini. Buka matamu Ban
Setelah mendapat telepon dari Bang Raka, aku pamit pulang pada Ibu. "Far, setelah urusanmu selesai kembalilah kerumah ini." ujar Ibu, saat aku akan pamit untuk kembali. "Ibu tenang saja, Farah akan kembali..," Aku dan Dara kembali menuju rumah, bagaimana pun aku harus bisa membalik nama sertifikat atas namaku. Agar Bang Raka tidak mempunyai apapun lagi, sebelum semua di kuasai oleh keluarganya. "Far, kamu tenang aja jika Raka mencari sertifikat nya bilang saja tidak tahu," ujar Dara saat kami di perjalanan pulang."Siap, aku tidak akan mengalah kali ini dan merasa kasihan!" jawabku.**"Farah..! Kamu dari mana saja?" tanya Bang Raka, saat aku baru saja masuk dan lewat di hadapannya. "Beli pulsa Bang," jawabku sekenanya. "Kamu tahu tidak di mana letak sertifikat rumah kita?" pertanyaan Bang Raka kali ini, membuatku meneguk saliva dan menghampirinya. "Sertifikat rumah? Untuk apa Bang?" cercaku."Emmhh.. Abang mau jamin kan sertifikat rumah kita pada Bank. Kamu kan tidak mau membe
PoV FarahSore itu, pintu rumahku digedor-gedor.Aku mendengar teriakan Ibu memanggil namaku dengan luapan kemarahan."Farah cepat keluar kamu..!" teriaknya.Aku keluar dengan santai, pasti dia akan marah karena uang itu."Ibu, ada apa?" ucapku saat membuka pintu."Masih bisa ya kamu berlagak santai, sedangkan kamu telah mencuri uang anak saya!""Mencuri? Aku tidak mencuri Bu.Apa maksud ibu sih!" jawab ku tersenyum. "Kamu telah mencuri uang Raka bukan! Dan kamu transfer ke rekening sendiri, apa uangmu itu masih kurang banyak sehingga kamu mencuri uang anak saya!" cerca Ibu."Oh itu sih uang nafkah untukku, aku kan masih istri Bang Raka. Jadi bang Raka masih wajib menafkahiku, tentu aku tidak mencuri dong!" jawabku santai.Ibu tampak semakin geram dengan jawabanku itu"Kembalikan uang Raka sekarang juga sebelum kesabaran Ibu habis. Gita butuh uang itu, cepat kembalikan!" "Kembalikan? Aduh Bu maaf ya uangnya udah ku beliin smartphone baru tadi," ujarku.Kebetulan uang tadi memang bar
Kecerdikan Farah"Ya sudah Mbak, saya kasih nomor ini coba Mbak tagih ke dia!" ucap kita pada MUA itu.Gita mencoba memberikan nomor Farah untuk dihubungi oleh Cindy."Ini nomor siapa? Kenapa saya harus menagih padanya," tanya Cindy"Itu nomor kakak ipar saya Mbak, dia yang akan membayar semuanya!" jawab Gita."Tidak, saya tidak mau urusan saya dengan kalian bukan dengan dia. Jika memang dia akan membayar kalian saja yang menagih kenapa harus saya..!" ketus Cindy. "Udah Mbak, coba hubungi aja dulu," pinta Gita, berharap Cindy mau agar dia menagih pada Farah saja."Tidak mau, saya tidak ingin menambah masalah dengan orang yang tidak saya kenal. Kalian yang harus bertanggung jawab!" elak Cindy. "Ya sudah gini aja, saya kasih uang 1 juta dan handphone ini beserta KTP saya untuk saya titipkan pada kalian," saran Gita. "Ponsel ini aja dijual 2 juta belum tentu laku!" ucap sang fotografer bernama Angga."Saya janji besok akan saya bayar, jadi saya titip ini dulu ya," Gita memohon. "Mas
~PoV Farah"Farah, buka pintunya Farah!" Bang Raka menggedor pintu.Abang minta maaf Farah, Abang akan berubah, nggak akan lagi menuruti permintaan ibu dan Gita! Kita bisa berbaikan lagi Far, jangan giniin Abang!" Itulah kata-kata yang diucapkan oleh Bang Raka, aku mendengarkan nya di sebalik pintu. Ia meminta maaf, apalagi yang akan dilakukan oleh Bang Raka. Aku tidak yakin jika dia berubah sepenuhnya. "Farah, Abang janji nggak akan maksa kamu buat memberi uang untuk Ibu, tolong bukain pintu Far, Abang mau masuk..," pinta Bang Raka. Apa aku buka saja pintunya, kasihan juga sih Bang Raka yang di manfaatin keluarganya sampai seperti itu.Klekk..! Pintu terbuka.Bang Raka bersimpuh di kakiku "Maafin Abang Far, udah salah menuruti semua permintaan Gita. Izinin Abang masuk," Bang Raka kini menangis memohon untuk masuk."Baiklah, Abang boleh masuk. Tapi kalau Abang gak berubah harus siap pergi dari sini!' ucapku, tak ada maaf untuk kedua kali. "Iya Far, Abang janji makasih," Bang Raka
"Far, kamu sudah siap belum?" tanya Raka sembari membenarkan jam tangan yang ia kenakan."Sebentar Bang, lagi pakai lipstick nih!" sahut Farah dari dalam kamar. Mereka akan datang kerumah orangtua Raka. Di rumah juga ada Ibu Farah, sudah beberapa hari ini dia menginap di rumah putrinya itu. Ibu Farah masih merasa belum terlalu yakin dengan perubahan Raka jadi dia ingin menyaksikan sendiri. Tapi selama Ibu Farah di situ, Raka sikapnya masih sama baik pada Farah dan tak pernah membahas tentang keluarganya lagi."Yuk Bang, aku sudah siap. Kita sebentar kan di sana?" tanya Farah."Sebentar Far, hanya untuk menghormati bapakku," jawab Raka dan menggandeng Farah. **Malam ini semua keluarga besar Retno berkumpul, karena pernikahan Gita yang tinggal 1 hari lagi. Mereka semua berkumpul banyak juga yang ikut rewang, Raka dan Farah juga ikut hadir tapi baru datang malam ini. Raka sengaja meminta Farah untuk tidak ikut serta rewang, dia tidak mau Farah di sudutkan lagi oleh keluarganya. Wa
~Malam HariFarah yang masih sibuk dengan gawainya, karena baru saja memposting bab baru untuk novelnya. Sedangkan Raka yang berada di samping Farah sudah tertidur lelap, kemudian jari Farah masih asik berselancar pada layar gawai dan membuka sosial media instagr*m nya.Postingan Gita muncul pada beranda Farah, karena sebelumnya mereka memang saling follow. [Pelaminan ala Sultan, H-1] begitulah caption yang di buat oleh Gita. Farah mencebik saat membacanya, Gita jika sudah di sosial media memang berlagak Selebgram kaya. Padahal aslinya seperti itu. "Bahkan jasa Henna aja gak di bayar!" gumam Farah. **~Hari PernikahanSetelah subuh, Gita sudah di rias oleh MUA. Di resepsi pernikahan ini, Gita mewujudkan semua keinginannya. Menyewa MUA mahal, bahkan ia harus membayar 22 juta untuk jasa MUA dan gaun untuk resepsi nanti. Karena gaun yang ia jahit pada desainer, khusus untuk akad nikah.Pelaminan nya saja 55 juta, sesuai dengan rekomendasi Stella. Tidak hanya Gita yang di rias, kakak