Share

Panik

Panik lah!

Aku sedikit lega, karena telah melakukan rencana pertama. Dan kini berniat untuk segera pulang ke rumah, tapi sebelum itu aku ingin mampir dulu ke supermarket untuk membeli bahan makanan yang telah habis. 

Setelah puas berbelanja, aku pulang. Dengan membawa belanjaan yang lumayan banyak. 

Pintu rumah terbuka, ternyata Bang Raka baru saja pulang dari kantornya. Ia sedang melepas sepatu. 

"Kamu habis belanja Far?" tanya Bang Raka. 

"Iya Bang, lihat sendiri kan ini barang belanjaanku," jawabku dan berlalu ke dapur. 

Aku meletakkan kantung belanjaan di lantai, dan mulai mengeluarkan nya untuk di taruh pada tempatnya.

"Far, Ibu minta nanti kita datang kerumahnya," ujar Bang Raka, yang menyusulku ke dapur. 

"Iya Bang," hanya itu jawabku. 

"Kamu udah siapin semua kan?" tanya Bang Raka.

"Maksudnya Bang?" jawabku dan masih sibuk menata belanjaan. 

"Uang itu! Kita harus memberikannya malam ini juga," 

"Lihat aja nanti!" sahutku.

"Aku gak mau kecewain keluargaku Far, jadi kamu tolong mengerti!" dengkus Bang Raka, dan berlalu. 

"Iya Bang, sesuai keninginanmu. Aku akan menyerahkan M-Banking itu padamu di hadapan keluargamu yang tam*k itu!" gumamku. 

**

Malam ini, aku akan kerumah mertuaku. Aku sudah menyiapkan uang itu untuk mereka. 

Saat tiba di situ, tampak semua anak dan menantunya berkumpul. Saat baru masuk saja, aku melihat Gita, dan para kakak iparku Stella dan Anna sedang menatap layar ponsel Gita. 

Aku duduk di seberang mereka, namun mereka seperti tak menganggap keberadaanku. Tapi aku tidak peduli, dan bersikap santai memainkan ponsel. 

"Pelaminan ini bagus deh," ucap Anna, Istri Bang Nando. 

"Ini juga mewah dan elegan, aku suka!" ujar Stella antusias.

"Aku jadi bingung pilih yang mana...." ujar Gita dengan gayanya yang sok, dan menggelikan menurutku. 

Aku hanya mendegar pembicaraan mereka, Bang Raka seperti nya sedang menemui ibu nya. 

"Gimana kalau ini saja deh!" ucap Stella lagi. 

"Setuju walaupun budget nya 55 juta, sudah terlihat mewah!" jawab Gita. 

"Kita juga harus menggunakan jasa MUA yang terkenal agar hasilnya paripurna, dan kamu akan menjadi ratu Git, pada pesta pernikahanmu nanti!" ucap Anna.

"Kakak ada rekomendasi MUA, paket 20 juta saja hasilnya sudah memuaskan," Stella terdengar memberi saran. 

"Gita sih ngikut aja, yang menurut kalian terbaik. Pasti pilihan kalian tidak mengecewakan," jawab Gita.

Aku hanya diam, dan meneruskan bermain ponsel.

"Farah, kamu tidak ikut bikin seragam couple?" tanya Bik Saidah, dia adalah kerabat Bang Raka yang cukup dekat denganku dan baik. 

"Tidak Bik," jawabku. 

"Loh Gita, kamu gimana sih! Kenapa Farah tidak di ajak, dia juga Kakak iparmu!" ujar Bik Saidah pada Gita. 

Aku melirik ke arah Gita, ia hanya memutar bola mata malas. Begitupun dengan Stella dan Anna, yang langsung memandangku tak suka. 

"Kalian ini, memang tidak sopan!" ujar Bik Saidah dan duduk di sampingku. 

Ibu dan Bapak mertuaku datang dan duduk di sofa, di susul dengan Bang Raka dan kakak lelaki nya itu.

Setelah semua berkumpul, Ibu mertuaku membuka pembicaraan.

"Tentu kalian tahu bukan di kumpulkan di sini, untuk membahas biaya pernikahan Gita. Jadi Ibu sudah menentukan Julian akan memberikan 10 juta, Nando juga 10 juta dan calon suami Gita akan memberi 50 juta. Untuk Raka dia memberi 100 juta," ujar Ibu.

Aku tidak mengerti jalan pikiran Ibu mertuaku itu, dengan entengnya berbicara seperti itu. 

"Apa yang kamu bicarakan Retno! Bagaimana bisa kamu meminta Raka memberikan 100 Juta, sedangkan anakmu hanya kamu minta 10 juta!" Bik Saidah protes. 

"Buka Raka mampu apa salah nya!" jawab Ibu mertuaku.

"Bertindak adil Bu, jangan seperti itu pada Raka," Bapak mertuaku, yang bernama Dahlan, akhirnya ikut bicara.

"Raka, kamu sanggup kan?" tanya Ibu pada Bang Raka. 

"Sanggup Bu," jawab Mas Raka. 

"Tuh dengar Saidah, Raka sanggup!" 

"Uang dari mana Ka, sebanyak itu?" tanya Bik Saidah. 

"Farah punya tabungan sebanyak itu Bik, dia kan sekarang sukses menulis dan mendapat penghasilan. Jadi kami ada untuk menyumbang uang sebanyak itu," jawab Bang Raka dan tersenyum. 

 "Kalian sudah tidak war*s! Uang Farah bukan hakmu sebagai suami. Janga pernah meminta pada Istrimu! Dan kamu Gita jangan mengadakan resepsi mewah jika tidak mampu!" bentak Bik Saidah. 

"Bibik gak usah ikut campur!" jawab Gita, dan membuang muka. 

"Retno ajari anakmu, sungguh tidak sopan dan keterlaluan!"

"Farah kamu jangan mau di manfaatkan, simpan saja uangmu. Hasil jerih payahmu jangan mau di habiskan untuk hal yang tidak penting!" Bik Saidah bicara padaku. 

Aku masih diam, dan mengikuti alurnya, karena nanti ada saatnya aku bicara. 

"Ini hanya pesta sekali seumur hidup, Bibik tidak usah mencoba mengatur, ini acaraku!" ujar Gita setengah berteriak. 

Bik Saidah menggeleng, dan menatap tajam pada Gita. 

"Sudah Saidah, ini urusan keluarga kami..! Uang yang di hasilkan Farah juga ada hak Raka. Karena selama ini Raka telah memaafkan sebelum mempunyai apapun!" ucap Ibu. 

"Kalian sudah membawa uangnya bukan?" tanya Ibu kembali. 

"Julian transfer ya ini ke rekening Ibu," ucap Bang Julian, begitupun Bang Nando yang mentransfer saat itu juga uang yang akan mereka berikan.

"Farah mana Hapemu?" pinta Bang Raka. 

"Aku menyerahkan ponselku padanya," 

Bang Raka antusias menerimanya. kemudian jarinya mulai berselancar membuka ponselku. 

"Kenapa saldomu hanya ada 500 ribu?" tanya Bang Raka dengan raut wajah shock. 

"Iya Bang, memang saldo ku segitu!' jawabku santai.

"Kemana uang ratusan juta itu?" Bang Raka tampak panik. 

"Farah, kamu jangan bercanda!" Ibu membentakku. 

Gita dengan gesit merebut ponselku dari tangan Bang Raka.

"Dimana Kak Farah menyembunyikan uang itu! Sudah tidak usah pura-pura tidak tahu, pasti kakak sengaja bukan menyembunyikan uang yang di minta Ibu..!" Gita bahkan tak segan menghardikku. 

Aku berdiri dan merebut ponselku. "Kalian sudah lihat sendiri bukan saldo ku hanya 500 ribu, jadi tidak usah memaksa untuk mendapatkan uang 100 juta itu!" ujarku pada mereka. 

"Farah....! cepat berikan uang itu pada Ibuku, jangan mencoba bermain!" bentak Bang Raka. 

Aku menyunggingkan senyum. "Tidak akan...!" jawabku dan suasana di rumah ini terasa semakin memanas.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Suka sama caranya Farah
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
muka tembok....gak mampu peras orang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status