Setelah hening beberapa saat, Bian memutuskan untuk pamit pulang karena malam yang sudah semakin larut. "Sell, aku pamit pulang dulu ya, besok aku jemput ke sekolah."
"Oke Bi, ayo! Aku anter kamu sampai depan!" kata Misell pada Bian.
Bian menoleh ke arah Misell, karena dia tidak percaya dengan ucapan Misell. "Sell, aku nggak salah denger?" tanya Bian heran.
Misell menarik sudut bibirnya ke atas. “Kamu nggak suka aku anter ke depan? Ya udah deh nggak jadi."
"Eh, iya, iya, suka. Yuk!" ajak Bian dengan senyum di bibirnya.
Misell membalas senyum Bian, dengan senyumannya yang tak kalah manis.
"Jangan senyum."
"Kenapa, Bi?" tanya Misell pada Bian, berharap dia akan mendengar gombalan Bian.
"Takut tikus di rumah kamu pada kabur, hahaha," ejek Bian.
"Ih, Bian! Ngeselin! Mau ribut apa mau pulang?" tanya Misell dengan kesal.
"Ya pulang, lah!" jawab Bian pada Misell.
"Ya udah," kata Misell sembari jalan keluar m
Motor Bian akhirnya tiba di depan rumah Tiara. Mereka berdua, telah berada di atas motor selama hampir sejam, karena jarak yang lumayan jauh, ditambah macetnya jalanan soreitu. Tiara segera turun dari boncengan dan melepas helmnya. "Makasih banyak ya, Kak. Maaf ngerepotin," ucap Tiara sembari tersenyum pada Bian."Iya, sama-sama, Ra. Nggak ngerepotin sama sekali kok," kata Bian dengan membalas senyum Tiara.Tiara terdiam dan bergumam dalam hati. Astaga, kenapa manis sekali senyumnya?"Kalau gitu, aku masuk dulu ya, Kak. Pulangnya hati-hati," kata Tiara sambil menyodorkan helm yang dipakainya tadi kepada Bian. Lelaki itu lantas mengambil helm tersebut sembari tersenyum Pada Tiara.Tiara segera berbalik dan memasuki rumahnya. Saat Bian hendak memakai helmnya kembali, tiba-tiba ponsel di saku hoodie-nya bergetar. Menandakan jika ada panggilan masuk untuknya. Saat Bian melihat nama di layar ponselnya, dia mengembuskan napasnya sekilas
Bunyi jam weker terus-menerus berbunyi memenuhi kamar bercat baby pink itu. Namun, seseorang yang ada di sana masih tertidur pulas di atas kasur dan memeluk boneka piglet kesayangannya. Siapa lagi jika bukan Misellia. Jam sudah menunjukkan pukul 6 lewat 15 menit. Namun, Misell masih tertidur dengan pulas tanpa mempedulikan suara jam weker yang sangat berisik itu."MISELL, BANGUN!" Wulan yang baru saja memasuki kamar Misell langsung meneriaki anaknya. Suara Wulan akhirnya mampu membuat Misell membuka matanya."Mama tuh apa-apaan, sih?" ucap Misell yang masih membuka setengah matanya."Kamu emangnya nggak sekolah? Udah jam enam lebih nih, bukannya kamu hari ini ada kelas olahraga?" tanya Wulan.Misell yang mendengar ucapan Mamanya tersebut, langsung membelalakan matanya dan melompat dari kasur. Misell berlari menuju kamar mandi, setelah sadar jika waktunya hanya tinggal sekitar tiga puluh menit lagi. Semua ini gara-gara Pak Herman! Kalo aja ngg
Ruang bercat putih dengan sprei warna biru ini terasa sangat sepi. Hanya ada satu orang yang sedang terbaring lemah di sana. Dia, Misell. Perempuan yang baru saja akan pingsan karena kebodohannya yang tidak sarapan saat kelas olahraga.Perempuan itu, tidak tertidur sekarang. Rasanya, mata Misell sulit terpejam setelah mendapatkan perlakuan istimewa dari Gerald. Saat ini, ia hanya memandangi langit-langit UKS sembari memikirkan sesuatu yang sedari tadi mengusiknya.Apa aku sudah jatuh hati pada Gerald? Mengapa secepat itu aku melupakan rasaku pada Bian?Lamunan Misell terhenti karena ada sesosok lelaki yang datang menghampirinya dengan membawa sekantong kresek yang berisi dua buah roti cokelat. Misell bisa menebak isinya, karena bisa terlihat dari kantong kresek yang berwarna bening.Lelaki itu duduk di kursi samping ranjang dan tersenyum sekilas kepada Misell. "Gimana, Sell? Udah mendingan?" tanya Gerald sambil menyodorkan roti cokelat yang sudah
Seorang perempuan sedang duduk di bangkunya dan terlihat fokus menatap papan tulis sembari mendengarkan penjelasan dari gurunya. Tiba-tiba handphone Misell di dalam loker bergetar dan membuatnya mengalihkan pandangan dari papan tulis ke layar handphone-nya yang menyala. Tanpa ia menekan apa pun, pesan yang masuk akan tetap bisa ia baca.+628233567xxxxSell, nanti sore lo gausah ikut rapat ya. Langsung pulang, istirahat :)Misell bisa menebak siapa yang mengirimkannya. Pasti, itu chat dari Gerald. Misell berniat untuk tidak membalas chat itu dan tetap fokus pada pelajarannya.*****"Tam, Ya, gue cabut duluan," pamit Bian seraya pergi meninggalkan kelas."Tuh, anak main nyelonong aja, deh!" ucap Tama gemas.Tama dan Arya masih membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja. Walaupun mereka berdua tidak mencatat, tetapi buku-buku itu sangat b
Esok harinya, Misell benar-benar melakukan apa yang disuruh Gerald. Ia saat ini, sedang serius membaca dan mencoba latihan soal dari buku fisikanya. Namun, murid rajin seperti Misell pun, pasti memiki rasa bosan untuk belajar.Sudah hampir 6 jam lamanya, ia tidak keluar dari kamarnya dan hanya duduk dan terfokus pada bukunya. Rasa suntuk itu mulai datang menghampirinya.Gerald gila! Bagaimana bisa gue belajar 2 hari penuh? Emangnya gue alien?Misell mengambilhandphone-nya yang ada di nakas, dan berniat untuk menghubungi Salsa.MiselliaSal, lo sibuk ngga? Temenin ke timezone yuk! Bosen nih..Baru saja ia menekan tombol kirim, sud
Setibanya di sekolah, banyak sekali mata yang mengarah ke arah mereka berdua. Tak jarang pula, Misell mendengar cemooh dan kata-kata kebencian yang ditujukan untuknya."Misell tuh apaan sih! Bian masih kurang sampe caper ke Gerald?""Cantik juga enggak! Murahan iya!""Cewek ganjen!""Dasar gampangan!"Gerald yang juga mendengar kata-kata itu, langsung membuka suaranya dengan nada tinggi. "Kalian bisa diem nggak? Di sini mau belajar apa mau cari musuh? Apa kalian nggak mikir, perasaan orang yang kalian hina?"Gerald menghela napasnya, dan mengarahkan pandangannya ke arah Misell yang sudah menundukkan kepalanya.
Seorang perempuan rambut sebahu dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya, sedang duduk di ruang keluarga, rumah Bian. Orang yang ingin ditemuinya itu, belum juga pulang dari sekolah."Rian, Kakak kamu kenapa lama banget, ya?" tanya Misell pada Rian, adik Bian, yang sedang asyik bermainplay stationdi televisi."Kak Misell, kenapa masih betah nungguin Kak Bian dari tadi?" Bukannya menjawab, Rian justru balik bertanya pada Misell.Misell hanya tersenyum mendengar pertanyaan Rian. Ia sendiri juga tidak tahu, alasan pasti apa yang membuatnya untuk tetap menunggu Bian pulang.Entahlah, mungkin Misell hanya ingin menunjukkan kebahagiannya pada Bian. Ia hanya ingin memberi tahu, bahwa dirinya sudah baik-baik saja, da
"Bian! Dicari Misell," teriak Ucup, salah satu anak IPA-2.Benar saja. Misell sedang berdiri di depan pintu, menunggu orang yang dia cari menghampirinya."Ada apa, Sell? Nggak ke kantin?" tanya Bian."Aku mau bicara sama kamu," jawab Misell."Bicara di kantin aja, yuk!""Eh, jangan! Di taman belakang aja," kata Misell pada Bian.Bian yang masih terdiam di tempat, langsung di tarik tangannya oleh Misell, untuk mengikutinya.Saat mereka berdua sudah tiba di taman belakang, Misell memulai percakapannya. "Bi, kamu nggak pengen 'kan, kejadian yang lalu terulang lagi?"