Share

Bilik Lain di Hati Suamiku
Bilik Lain di Hati Suamiku
Author: Wahyuni SST

1. Wanita Yang Dirindui Suamiku

Mas, ada yang nelpon ne dari Mbak Della."

Ze berteriak di balik pintu kamar mandi mengabarkan suaminya bahwa ada sepupu yang menelpon.

"Diangkat aja bentar, kasih tahu Mas lagi mandi."

"Iya, Mas."

Baru hendak mengangkat, panggilan sudah dimatikan.

Ze kembali menatap foto layar di ponsel Ardi, foto dimana lelaki itu memakai pakaian adat Padang saat pernikahan mereka dahulu.

Dia sudut bibir Ze tersenyum tipis.

Dua tahun menikah, dia jarang sekali membuka ponsel Ardi. Sedikit merasa segan dan percaya saja jika lelaki itu adalah tipe lelaki setia.

Tapi siang ini sesuatu menuntun jemarinya untuk iseng membuka lebih jauh isi ponsel tersebut.

Mulai dari W*, sampai chat di inbox. Ze pernah mendengar cerita temannya dimana dia mendapati suaminya ngechat perempuan melalui inbox.

W******p aman. Sekarang giliran massenger. Beberapa nama perempuan yang ngajak kenalan di inbox tak satupun dibalas oleh Ardi. Ze semakin jauh melihat hingga sampai di nama ke sepuluh.

Seruni.

Sebuah nama yang bagus, wanita itu membuka isi chatnya.

[Aku tidak bisa berpura-pura tidak merindukanmu karena aku selalu melihatmu dalam segala hal yang kulakukan.]

*

Jantung Ze seketika berdegup membaca pesan tersebut.

Benarkah ini pesan yang dikirim Mas Ardi?

Karena masih dipenuhi rasa penasaran, akhirnya Ze kembali menscroll pesan di akun itu mulai dari yang paling atas. Ia melirik ke kamar mandi, dimana percikan air masih terdengar berjatuhan.

Aman.

Ze kembali menatap tanggal terkirim dengan seksama. Ada dua puluh empat pesan yang terkirim ke nomor itu setiap bulannya. Tapi benar-benar tak satupun ada balasan.

Ze menelan ludah, terasa bagai menemukan ranjau di dalam rumah. Debar di dada begitu menyesakkan.

Seluruh pesan ia baca hingga sampai pada pesan yang terkirim bulan lalu.

[Saat ini aku hanya bisa menahan rindu dengan menyibukkan diri akan banyak hal. Tapi percayalah, hati selalu menanti waktu untuk menumpahkan kerinduannya, bersamamu. Seruni, kembalilah. Aku merindukanmu.]

Jemari Ze kini terasa kaku, napas seakan tercekat di tenggorokan.

Tidak mungkin orang lain, semua ini pasti dikirim oleh Mas Ardi sendiri. Tapi siapa Seruni? Apa mereka pernah membina hubungan dan terputus karena perjodohannya denganku? Ya Allah ...

Hati Ze seperti teremas, penyesalan mulai menghujam jantung. Selama ini ia berpikir dirinyalah wanita yang paling beruntung di dunia. Bisa menikahi lelaki tampan, mapan dan sholih. Tapi ternyata, itu semua hanya topeng.

Dua tahun bersama, Aedi selalu terlihat baik. Tapi bagaimana bisa lelaki itu menutupi semuanya?

Mas Ardi selama ini memang baik, tapi aku baru sadar dua tahun bersama, dia tidak pernah menyatakan cinta dan rindunya padaku. Apa mungkin karena semua itu telah lebih dulu dimiliki wanita lain.

Ze menyapu air mata yang jatuh tanpa bisa tertahan. Sakit hati tak tahu harus bagaimana meluapkan. 

Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka. Ze terhenyak dan segera mengembalikan ponsel Ardi ke atas ranjang.

"Lagi ngapain?" 

Sang wanita menarik napas, tak mungkin langsung ia pertanyakan soal pesan ini pada Ardi. Ze akan mencari tahu kebenaran fakta itu dan setelahnya baru meminta Ardi untuk jujur.

"Cuma lagi buka-buka status w* aja, Mas," jaw*b Ze sekuat tenaga menjaga intonasi suara agar tidak beriringan dengan isakan.

"Kenapa, lagi bosan?"

Ze mengangguk pelan.

"Kalau bosan ajak Sandy ke mall, belanja. Nanti pakai mobil Mas aja. Mau Mas yang nelpon dia?"

"Nggak usah Mas, nanti aku sendiri yang telpon."

"Yaudah. Oya, Mas mau sekalian ijin ke Bandung selama dua hari."

"Ke Bandung?"

"Iya. Mas ditugaskan untuk ikut pelatihan di sana."

"Kenapa mendadak?"

"Baru dikabari tadi pagi. Kamu nggak papa 'kan tinggal sendiri selama dua hari? Atau kalau kamu takut, nginap di rumah Ibu aja sampai Mas pulang."

Ze menatap lelaki itu, membaca sorot mata yang kini terlihat penuh misteri.

Benarkah dia ke Bandung untuk mengikuti pelatihan? Atau ...

Pikiran buruk seketika merajai jiwa. Ze mencoba menarik napas dalam.

"Mana surat perintah tugasnya Mas, aku boleh lihat?"

Ardi berjalan ke meja lalu mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya dan menyerahkan pada Ze. Sang istri meraih benda itu lalu membaca dengan seksama.

Alhamdulillah ada sedikit kelegaan karena sampai sini dia tidak berbohong. Aku kembali menatapnya. Lalu siapa Seruni, Mas?

Ingin sekali Ze menanyakannya, tapi tak jua pita suara mampu bergetar untuk menghasilkan nada.

"Kamu udah percaya 'kan?"

Ze menganggukkan kepala.

"Mau nginap di sini atau di rumah Ibu?" tanya Ardi lagi.

"Aku pulang ke rumah Ibu aja."

"Yaudah, tapi nanti diantar Sandy aja ya. Selalu hati-hati kemanapun kamu mau pergi."

Ardi mengecup kening Ze sekilas, lalu mengenakan pakaian. Lelaki itu tampak begitu gagah, kemeja batik lengan pendek kini telah menyatu dengan tubuh. Sebuah ransel melekat di punggung.

Ardi menarik koper yang telah disiapkannya seorang diri lalu mengajak Ze keluar dari kamar. 

Mereka telah sampai di pintu, dan ternyata sebuah mobil memang sudah berhenti di depan pagar.

"Pergi ya, Ze."

Sahabat Mas Ardi yang bernama Agung menyapa dari luar pagar.

"Oke Mas, hati-hati, ya."

Ze melambaikan tangan pada mereka yang kini menjauh pergi. Lalu tubuh dengan lunglai digerakkan untuk kembali ke dalam rumah. Memilih sofa ruang tamu untuk melepas lelah karena memendam gundah sedari tadi. 

Bayang pesan di massenger Mas Ardi kembali terlintas. Dadanya seketika kembali terasa sesak.

Tiba-tiba, suara dering ponsel terdengar di bawah bantal sofa. Pikirannya buyar, Ze segera mencari benda tersebut. Betapa terhenyak saat tahu ternyata ponsel Ardi yang tertinggal karena tadi lelaki itu sempat duduk di kursi tamu untuk memakai sepatu. Dan ia sempat membuka ponsel mengetik balasan pesan untuk seseorang.

Mencoba tetap tenang, Ze membuka pesan w* yang masuk untuk kedua kali.

Pesan pertama,

[Hai.]

Pesan kedua,

[Apa kabar, Mas? Maaf ya selama ini aku selalu mengabaikan inbox darimu. Ada beberapa hal yang membuatku harus bersikap seperti itu, terutama jika mengingat status kita yang tak lagi bersama. Kuharap kamu bisa mengerti dan tidak membenciku. Katamu, kau ingin bertemu, baiklah kupenuhi. Temui aku di tempat pertama kita bertemu.]

Seketika tangan Ze bergetar, sedang hati seperti ada yang menusuk kuat hingga darahnya berserakan ke seluruh tubuh. Dia

mencoba menenangkan jiwa dengan menarik napas dalam.

Ze segera melihat akun pengirimnya yang belum diberi nama. 

Seruni.

Astaghfirullah, wanita ini lagi? Ternyata inilah wanita yang dirindui suamiku selama ini?

Dua netra Ze membelalak, sedang jantung seolah kehilangan degupnya.

Ya Allah, jika Mas Ardi membaca pesan perempuan ini, mungkinkah mereka akan bertemu di sana? 

***

Bersambung

Comments (2)
goodnovel comment avatar
PiMary
Dasar lalaki....
goodnovel comment avatar
Fitriyani Puji
ini bakal menguras emosi dan bikin hati panas deh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status