Share

Bab 13

last update Last Updated: 2025-11-27 08:28:24

Reihan segera bangkit dari duduknya. Tanpa berkata-kata, ia berjalan memutari meja, menghampiri kursi Alya. Gerakannya tenang namun penuh perhatian.

Ia kemudian berjongkok di sisi Alya, berusaha menyamakan tinggi wajah mereka. Alya, yang masih tertunduk, bisa merasakan aura hangat Reihan yang mendekat. Perlahan, tangan Reihan terulur, menyentuh lembut pipi Alya, ibu jarinya dengan hati-hati mengusap setetes air mata yang mengalir turun.

"Jangan menangis," ucapnya, suaranya terdengar lirih dan lembut, jauh dari nada tegas seorang dosen.

Alya sedikit terkejut merasakan sentuhan Reihan, ia mengangkat pandangannya sedikit. Lalu mengangguk pelan, masih dengan kepala tertunduk karena malu. Ia berusaha keras menahan isak tangis yang tertahan di tenggorokannya.

Namun, Reihan tak juga menyingkirkan tangannya. Ia justru menyelipkan jari telunjuknya di bawah dagu Alya, perlahan mengangkat wajah gadis itu agar menatap langsung ke arahnya. Jantung Alya kembali memberontak, berdebar kencang saat ia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 33

    Alya berjalan gontai menuju kamarnya sendiri. Ia menghabiskan sisa malam itu dengan meringkuk di balik selimut, Ingatannya kembali pada beberapa momen ketika ia dan Reihan saling bertukar peluh, tentang bisikan lembut dan kata-kata manis yang di ucapkan Reihan saat itu. Lalu sebuah tawa getir lolos dari bibirnya. Menertawakan kenaifannya sendiri."Bodoh kamu, Al," bisiknya parau. "Hanya karena dia mengucapkan kata-kata manis saat di atas ranjang, bukan berarti dia mencintaimu. Jangan besar kepala. Bagi pria seperti dia, itu mungkin hanya sekadar pelepas penat atau kewajiban biologis."Air mata yang sejak tadi ditahannya kini mengalir deras, membasahi bantal di bawah kepalanya. Ia hanyalah pengisi kekosongan di malam hari, sementara hati Reihan mungkin tertinggal di tempat lain.* * *Keesokan harinya, suasana di rumah mewah itu terasa mati. Tidak seperti hari-hari biasanya di mana keheningan pagi terasa canggung namun hangat, kali ini udara di ruang makan terasa membeku.Alya sudah be

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 32

    Setelah merapikan sisa-sisa badai semalam dan memastikan setiap sudut rumah kembali rapi, Alya mengembuskan napas panjang. Ia menolak untuk tenggelam dalam kesedihan. Dengan gerakan malas, ia meraih ponsel dan mengirim pesan singkat kepada Dina."Din, sibuk nggak? Temenin aku ngopi di kafe biasa, yuk. Butuh udara segar."Alya tidak ingin membiarkan pikirannya terus berputar pada sikap dingin Reihan. Ia butuh pengalihan agar hatinya yang perih tidak semakin meradang.* * *Setibanya di kafe, aroma kopi yang kuat biasanya menenangkan Alya, namun kali ini tidak. Langkahnya mendadak kaku saat pandangannya tertuju pada meja di sudut ruangan. Di sana, Reihan tengah duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik berpenampilan elegan.Hati Alya mencelos, Pria yang pagi tadi menatapnya dengan mata sedingin es, kini tengah berbincang hangat dengan wanita lain, Bahkan dari kejauhan, Alya bisa melihat senyum tipis yang terlihat tulus di bibir Reihan.Dina, yang menyadari perubahan raut wajah Alya,

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 31

    Sinar matahari pagi yang menerobos masuk dari celah gorden menyapa mata Alya yang masih terasa berat. Saat kesadarannya terkumpul, ia tertegun mendapati dirinya sudah bergelung di balik selimut tebal di dalam kamarnya sendiri.Ingatannya melayang pada momen semalam, momen yang begitu intens hingga menguras seluruh energinya. Seingatnya, setelah badai gairah itu mereda dan mereka mencapai puncak pelepasan, ia hanya sempat menjatuhkan diri di dada bidang Reihan sebelum akhirnya terlelap karena kelelahan yang luar biasa.Ia mencoba bergerak, namun rintihan kecil lolos dari bibirnya.Tubuhnya terasa remuk, setiap ototnya seolah memprotes aktivitas liar yang mereka lakukan di meja makan dan sofa semalam."Apa Mas Reihan yang membawaku ke kamar ini?" tanya Alya dalam hati.Hatinya mendadak mencelos. Ia menyadari bahwa setelah membawanya ke kamar ini, Reihan tidak memilih untuk tinggal dan mendekapnya hingga pagi. Pria itu justru kembali ke kamarnya sendiri. Meninggalkannya begitu saja setela

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 30

    Reihan melepaskan tautan bibir mereka dengan napas yang memburu, meninggalkan jejak saliva yang berkilau di bibir bengkak Alya. Tanpa melepaskan tatapan predatornya, ia menyapu piring dan alat makan ke ujung meja dengan satu gerakan kasar hingga berdenting nyaring, lalu membaringkan tubuh mungil istrinya di atas permukaan kayu yang dingin.Dinginnya meja dan panasnya kulit Reihan membuat Alya tersentak. Reihan merunduk, membenamkan wajahnya di ceruk leher Alya, menghisap kulit halus di sana hingga meninggalkan tanda merah yang kontras dengan kulitnya yang putih bersih."Aku menginginkanmu, Alya," bisik Reihan, suaranya serak, rendah, dan penuh getaran yang membuat bulu kuduk Alya berdiri. "Sangat menginginkanmu sampai rasanya aku hampir gila.""Mas Reihan..." desah Alya, tangannya melingkar di leher Reihan, jemarinya meremas pelan rambut hitam suaminya."Sejak pertama kali kita melakukannya, aku tak pernah berhenti memikirkan tubuhmu yang indah ini," lanjut Reihan. Tangannya bergerak

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 29

    Reihan tidak mengindahkan seruan panik Alya. Gerakannya terlalu cepat, terlalu dominan. Dengan tenang namun pasti, jemari panjangnya menyambar ponsel itu sebelum jemari gemetar Alya menyentuhnya.Mata tajam Reihan terpaku pada layar yang masih berkedip. Nama Bima terpampang di sana, menghancurkan kebohongan yang tadi diucapkan Alya di dalam mobil.Suasana ruang makan mendadak mencekam. Udara seolah tersedot keluar, menyisakan keheningan yang menyesakkan. Reihan tidak langsung meledak marah. Justru ketenangannya yang dingin terasa jauh lebih mengerikan."Bima?" ucap Reihan pelan, suaranya rendah namun penuh penekanan. Ia mengangkat pandangannya, menatap tepat ke manik mata Alya yang mulai berkaca-kaca. "Jadi, ini orang iseng yang kamu maksud?""Mas... aku bisa jelaskan," suara Alya nyaris tak terdengar, tenggorokannya terasa tersumbat.Sedetik kemudian, ponsel itu kembali bergetar hebat. Nama Bima kembali muncul, seolah menantang kesabaran Reihan yang sudah di ujung tanduk.Alya baru s

  • Bimbingan Malam Dengan Dosenku    bab 28

    Reihan menatap Alya beberapa saat, seolah memastikan setiap kata yang baru saja diucapkan gadis itu benar-benar tulus. Setelah itu, ia mengangguk pelan.“Bagus,” ucapnya singkat.Ia kembali memfokuskan pandangan ke jalan dan mulai menjalankan mobil. Suasana di dalam kabin terasa lebih tenang, hingga tiba-tiba keheningan itu pecah oleh bunyi dering ponsel.Alya refleks merogoh tasnya dan mengambil ponsel. Namun begitu layar menyala, tubuhnya seketika menegang. Bima.Nama itu terpampang jelas di layar, membuat darah Alya seolah membeku. Jarinya yang menggenggam ponsel gemetar halus, napasnya tertahan tanpa sadar. Rasa takut yang sempat mereda kini kembali mencuat, menyesakkan dada.Kenapa dia meneleponku? batin Alya panik.Belum sempat ia berpikir lebih jauh, Reihan sudah menyadari perubahan ekspresi di wajahnya. “Siapa?” tanyanya, melirik singkat kearah Alya. “Kenapa tidak kamu angkat?”Pertanyaan itu membuat Alya tersentak. Dengan gerakan panik, ia buru-buru menekan tombol merah untuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status