Beranda / Romansa / Bintang Kesayangan CEO Tampan / Bab 100 Semuanya Terungkap

Share

Bab 100 Semuanya Terungkap

Penulis: Namaria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-15 08:35:25

Di balik kamera, Titan kembali menegakkan tubuhnya. Matanya sedikit memerah. Bukan karena adegan emosional yang baru saja ia mainkan—melainkan karena kurang tidur dan pikiran yang tak kunjung tenang.

Sutradara berteriak, "Cut!"

Dan Titan tersenyum kecil sambil menunduk, menahan lelah yang menggerogoti fisiknya.

"Kamu masih kuat, Dewiku?" tanya Galaksi yang setia menunggui di belakang monitor.

Titan menarik napas. "Kalau tidak kuat, aku bisa pingsan dari tadi."

Galaksi terkekeh. "Tapi kamu tetap profesional. Salut."

Titan hanya menjawab dengan senyum kecil. Ia mengusap keringat di pelipis, lalu duduk di kursi istirahat. Sekelebat, wajah Gallen melintas di benaknya. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu, terakhir di apartemen. Saat itu wajah Gallen tampak lelah. Banyak yang sedang dipikirkannya. Dan itu mungkin menyita waktunya.

Rindu itu tumbuh diam-diam di sela hiruk pikuk dunia yang selalu menuntut mereka kuat.

Titan membuka ponselnya. Ada satu pesan dari Gallen.

"Ak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 101 Tempat Ternyaman

    Langit di luar jendela kamar rumah sakit terlihat kelam, mendung seperti menggantung berat di langit. Di dalam, Jupiter duduk di kursi yang sama sejak siang, tepat di samping ranjang tempat ibunya terbaring. Infus masih menetes pelan, mesin monitor berdetak lambat dan stabil. Tapi wanita itu belum juga membuka mata. Tangannya yang kurus digenggam Jupiter dengan erat. Matanya sembab, tapi bukan karena tangisan terakhir—melainkan karena kelelahan dan hati yang terus-menerus tertindih. "Bu…" gumamnya lirih. "Kalau Ibu bisa dengar… aku minta maaf," Suaranya serak. "Aku menyakiti orang, Bu. Aku menyakiti banyak orang… demi menyelamatkan Ibu. Tapi sepertinya semua yang kulakukan makin salah." Ia menarik napas dalam-dalam, menggigit bibir bawahnya. Pikirannya kembali ke ancaman Adhara, ke pesan suara Aries yang penuh tekanan. Ia tahu, tali yang mengikatnya makin kencang, dan satu-satunya yang membuatnya tetap duduk di sana adalah… wanita ini. "Ibu janji mau melihat aku di layar bes

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 100 Semuanya Terungkap

    Di balik kamera, Titan kembali menegakkan tubuhnya. Matanya sedikit memerah. Bukan karena adegan emosional yang baru saja ia mainkan—melainkan karena kurang tidur dan pikiran yang tak kunjung tenang. Sutradara berteriak, "Cut!" Dan Titan tersenyum kecil sambil menunduk, menahan lelah yang menggerogoti fisiknya. "Kamu masih kuat, Dewiku?" tanya Galaksi yang setia menunggui di belakang monitor. Titan menarik napas. "Kalau tidak kuat, aku bisa pingsan dari tadi." Galaksi terkekeh. "Tapi kamu tetap profesional. Salut." Titan hanya menjawab dengan senyum kecil. Ia mengusap keringat di pelipis, lalu duduk di kursi istirahat. Sekelebat, wajah Gallen melintas di benaknya. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu, terakhir di apartemen. Saat itu wajah Gallen tampak lelah. Banyak yang sedang dipikirkannya. Dan itu mungkin menyita waktunya. Rindu itu tumbuh diam-diam di sela hiruk pikuk dunia yang selalu menuntut mereka kuat. Titan membuka ponselnya. Ada satu pesan dari Gallen. "Ak

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 99 Kediaman Pak Bimasakti

    Rumah itu terletak di ujung kawasan lama, rindang dan sedikit usang, tapi tetap bersih dan terawat. Bangunan bergaya kolonial itu menyimpan banyak kenangan, dan mungkin juga rahasia yang selama ini dikubur dalam-dalam. Gallen turun dari mobil, sementara Galaksi tetap di belakang kemudi. "Semoga dia masih bersedia bicara," kata Gallen sebelum menutup pintu. "Dia baik, tapi... agak hati-hati orangnya. Kak Gallen harus sabar," jawab Galaksi. "Kalau dia bilang tidak tahu apa-apa juga, aku tidak akan percaya," sahut Gallen sambil melangkah ke gerbang. Galaksi menepuk setir pelan. "Selamat berpetualang. Jangan lupa kabarin kalau dapat bom informasi." Gallen hanya mengangkat dua jari dan masuk ke dalam. Pak Bimasakti sudah menua, tapi posturnya masih tegap. Wajahnya penuh garis pengalaman. Ia mengenakan batik tua dan celana bahan rapi. Saat Gallen memperkenalkan diri, mata lelaki tua itu menatap tajam, lalu melembut. "Anaknya Alpha Pratama... Astaga, kamu mirip sekali denga

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 98 Jejak yang Terkubur

    Sore itu, rumah besar keluarga Pratama terasa lebih senyap dari biasanya. Angin menerobos masuk lewat jendela besar ruang baca, membawa aroma daun kering yang jatuh dari pohon kamboja di halaman. Di sudut ruangan, Kakek Pratama sedang duduk membaca koran, mengenakan sweater rajut tua dan celana panjang abu. Matanya tajam di balik kaca mata tipis, tapi sorotnya selalu membawa wibawa yang tak mudah ditembus. Gallen berdiri di ambang pintu. "Kakek, aku mau bicara." Kakek Pratama menurunkan korannya, mengangkat alis. "Tentang perusahaan? Atau Titan?" Gallen berjalan pelan dan duduk di seberang. Ia mengeluarkan selembar foto yang sudah ia simpan dalam amplop. "Tentang Ayah." Kakek Pratama diam, lalu menatap foto yang disodorkan. Gallen memperhatikan setiap kerutan di wajah tua itu. Ekspresinya tak berubah. Tapi jemarinya yang memegang koran terlihat menegang. Gallen bicara pelan, "Aku nemu foto ini di laci Ayah. Tadinya sobek, tapi aku temukan potongan sisanya. Lihat in

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 97 Penemuan Foto

    Gallen kembali ke rumah Kakek Pratama, bukan untuk bertemu dengan pria tua itu. Ia masuk ke ruang kerja mendiang Alpha Pratama sunyi seperti makam kenangan. Gallen berdiri di sana, dikelilingi benda-benda yang dulu begitu akrab dengan sang ayah: meja kayu tua yang mengilap, rak buku penuh dokumen industri hiburan, dan lukisan tua yang menggantung dengan kehormatan. Tapi hari itu, ada satu hal yang menarik perhatiannya—sebuah laci kecil yang tersembunyi di balik tumpukan map kerja. Lacinya terkunci, tapi bagian bawahnya sudah rapuh. Dengan sedikit tenaga, Gallen berhasil membukanya. Di dalamnya, hanya ada selembar foto tua—tampak usang, kusam, dan sobek di satu sisi. Ia menarik napas pelan saat mengenali satu sosok di dalamnya: Alpha Pratama, ayahnya, tampak jauh lebih muda dan tersenyum. Di sebelahnya, berdiri seorang wanita berwajah lembut dengan mata penuh cahaya. Wajah yang asing. Wajah yang tidak pernah ia lihat di album keluarga mana pun. Namun, foto itu tidak utuh. Satu

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 96 Potongan Puzzle Mulai Menyatu

    Ruangan kerja Kakek Pratama siang itu dipenuhi dokumen berserakan dan secangkir kopi yang sudah mendingin di meja kayu jati. Mata tua pria itu menatap layar laptop dengan tajam, sementara di sisi lain, Gallen berdiri bersandar di jendela, menatap langit mendung yang menggantung berat seperti pikirannya. "Ini," Suara Kakek Pratama memecah keheningan. "Laporan keuangan dari yayasan tempat Adhara menyumbang sejumlah besar uang... Ada transaksi masuk dari rekening tidak langsung, dan setelah aku telusuri via dua rekening proxy, pemilik awalnya terhubung ke—" "Perusahaan fiktif di bawah naungan Aries Bagaskara," Gallen menyambung dengan suara berat. Ia melangkah ke meja, memeriksa lembar laporan di tangan sang kakek. "Jadi benar. Ayah Adhara yang mendanainya." Kakek Pratama mengangguk pelan, wajahnya tegang. "Dan bukan cuma dana. Lihat waktu transaksi ini. Tiga hari sebelum Titan mengalami kecelakaan mobil. Nominal besar. Kemungkinan untuk membayar seseorang." Gallen mencengkeram r

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status