Share

Bab 2 Bunuh Diri?

Author: Namaria
last update Last Updated: 2025-04-23 16:27:10

Di sisi lain, Titan berjalan gontai. Kini, ia sudah berada di atap sebuah gedung.

Gadis itu berdiri di pinggir dengan kedua kakinya gemetar.

Titan takut ketinggian, tapi dia ingin cari angin untuk meredakan stress! Cari angin atau mau bunuh diri...

"Kalau tahu di atas sini sedingin ini, aku pasti membawa jaket," gerutunya seraya memandang ke bawah.

Namun, ia semakin ketakutan. "Kenapa gedung ini tinggi sekali, sih? Kalau aku jatuh ke bawah sana, bagaimana dengan tubuh seksiku ini? Kalau langsung mati, itu tidak masalah, tapi, kalau aku hanya terluka kemudian dirawat di rumah sakit, bukankah malah merepotkan orang," gerutunya.

Kalaupun bunuh diri, dia tak mungkin menggunakan cara ini!

Sayangnya, tingkahnya itu telah membuat seorang pria yang diam-diam tertidur di rooftop itu, terganggu.

Galaksi pun beranjak lalu mengintip dari balik dinding. Namun, seketika dia terbelalak. "I...itu bukannya Dewi Titan?!"

Sebagai fans, dia jelas khawatir jika artis favoritnya itu bunuh diri!

Tapi, Galaksi tahu jika semakin dicegah, Titan bisa saja semakin nekat.

Untungnya, sebuah ide mendadak muncul!

Galaksi lantas menghirup udara lalu, menghembuskannya secara perlahan. "Siapa sih yang teriak-teriak, ganggu orang tidur saja!"

Titan menoleh setelah mendengar suara pria dari belakang. "Siapa kamu?" tanyanya penuh selidik.

"Aku?" ucap pria itu, santai. "Aku, orang yang tidurnya terganggu karena suara teriakanmu!"

"Ngomong-ngomong sedang apa kamu berdiri di situ, apa kamu tidak takut jatuh?" Pria itu balik bertanya.

"Itu, bukan urusan kamu!" Mencoba seangkuh mungkin, Dewi Titan menjawab.

"Apa, jangan-jangan kamu mau bunuh diri? Ck...Ck... Sangat disayangkan artis berbakat sepertimu harus mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini?"

"Memangnya, kamu tahu siapa aku?"

"Siapa sih yang tidak tahu kamu, fans mu selalu memanggilmu dengan sebutan Dewi Titan, kan?"

Titan mengangguk cepat. Ia tak menyangka, masih ada yang mengenalinya.

"Tapi, sangat disayangkan karirmu hancur karena skandal. Kalau saat ini kamu terjun bebas ke bawah sana, sudah pasti kamu bakalan jadi berita utama dimana-mana, akh...itu pasti akan sangat memalukan. Nanti judulnya akan di cetak dengan kalimat 'Seorang artis yang sudah tidak laku di dunia hiburan mati bunuh diri karena sudah tidak punya kerjaan'. Sungguh miris, aku tidak bisa membayangkan," Pria itu geleng-geleng kepala.

Deg!

Kalimat yang diucapkan pria itu membuat Titan termenung.

"Lalu, menurutmu apa yang harus aku lakukan?" tanyanya meminta pendapat.

"Kalau aku mengatakan, aku bisa membuatmu kembali ke dunia hiburan seperti dulu, apa kamu percaya?"

Titan menggeleng cepat, "Tentu saja tidak!"

Drrt!

Suara ponsel dari saku celana pria itu berdering, membuat perhatian keduanya teralihkan. Pria itu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut.

"Nanti aku akan memberikan informasinya, sekarang aku sedang sibuk!" Segera, pria itu mengakhiri panggilannya, lalu menatap Titan kembali.

"Bisakah kamu turun dulu? Rasanya tidak nyaman melihatmu berdiri di sana."

"Memangnya kamu siapa nyuruh-nyuruh aku turun?" cibir Titan.

"Oh..., jadi kamu akan tetap berdiri di sana? Tapi sepertinya, kamu ragu-ragu untuk melompat, perlu bantuan," ucapan pria itu membuat Titan terpaku.

"Orang ini tidak waras, biasanya kalau ada orang mau bunuh diri, pasti akan dicegah. Kenapa dia malah mau membantu," gumamnya dalam hati.

"Kalau kamu diam, berarti kamu setuju kalau aku membantumu melompat," Pria itu melangkah mendekat.

"Berhenti di sana! Atau... aku akan benar-benar melompat!" ancam Titan.

Untungnya, langkah pria itu berhenti.

"Kamu yakin, bukannya kamu takut ketinggian."

"Ternyata dia juga tahu aku takut ketinggian?" Titan mulai gelisah.

"Ayo, turun! Orang-orang yang tidak menyukaimu akan senang melihat mu semakin terpuruk, apa kamu tidak ingin membuktikan kepada mereka kalau kamu bisa kembali seperti dulu."

Titan mulai berpikir, tapi, jika dilihat dari penampilannya, pria itu sangat tak meyakinkan.

"Kamu bilang, kamu bisa bantu aku, bagaimana caranya?" Hatinya mulai goyah.

"Jadikan aku manager mu, aku pasti akan membuatmu lebih terkenal."

"Hah?!" Titan membulatkan mulutnya, tak percaya. Artis itu memperhatikan penampilan pria yang ingin menjadi managernya dari ujung kaki sampai ujung rambut.

Apa pria ini membual?

Namun, melihat sorot matanya yang penuh keyakinan, Titan goyah juga.

Terlebih, pria itu menambahkan, "Beri aku waktu dua hari, aku akan mencarikan pekerjaan untukmu, bagaimana?"

Dapatkah Titan mempercayai ucapannya?

Padahal namanya saja belum tahu.

Entahlah… Titan tak mengerti. Tapi yang pasti, Titan pun turun dan mendekati pria itu.

"Ngomong-ngomong siapa nama kamu?" tanya Titan kemudian.

Pria itu mengulurkan tangannya, "Namaku Galaksi, kamu boleh memanggilku Gala atau Galaksi, terserah."

Keduanya saling berjabat tangan, tanda bahwa mereka mulai bekerja sama.

Mereka pun bertukar nomor telepon.

Galaksi juga menjanjikan pada Titan, dua hari kemudian akan menghubungi artis itu untuk memberinya pekerjaan.

Mulai hari ini, Galaksi Alpha Pratama resmi menjadi managernya.

Sementara di tempat lain, Giselle tampak gelisah melihat kertas yang ditulis tangan Titan.

Matanya juga waspada ke layar televisi sembari menunggu berita, mungkin saja ada berita tentang artis yang bunuh diri?

Sebab, ia bingung harus mencari Titan ke mana.

Tak ada seorang pun yang bisa dihubungi.

Semenjak skandal yang menghebohkan tersebut, perlahan orang-orang menjauh.

"Mba Titan," Suara Giselle lirih seraya menitikkan air mata.

Ceklek!

Tak lama kemudian, pintu terbuka.

Titan melangkah masuk dengan santainya seperti tak terjadi apa-apa.

Giselle sontak berlari menghampiri bos-nya itu. "Mba Titan!" teriaknya seraya memeluk Titan.

"Maaf ya, aku sudah membuatmu khawatir." Titan mengusap lembut punggung Giselle.

"Mba Titan tidak jadi bunuh diri?" pertanyaan Giselle membuat Titan melepaskan pelukannya.

"Jadi, kamu berharap aku bunuh diri?!" Titan kesal bisa-bisanya asistennya bertanya demikian.

"Hehehe..." Giselle tersenyum canggung seraya menggaruk kepalanya, tentu saja ia tak berharap itu terjadi.

"Aku seneng Mba Titan tidak jadi bunuh diri, aku bingung kalau tiba-tiba jadi kaya mendadak setelah mendapat warisan yang ditinggalkan Mba Titan," Giselle melirik dua kartu dan beberapa surat berharga yang tergeletak di meja.

Titan menyentil kening Giselle dengan jarinya "Memangnya aku ninggalin warisan itu buat kamu?"

"Ya...mungkin saja. Satu dari dua kartu itu Mba Titan kasih buat aku." Titan tersenyum tipis, dilihatnya intens wajah asistennya itu. Di saat dirinya terpuruk hanya Giselle yang masih setia.

Titan berjanji akan kembali seperti dulu dan menghukum orang-orang yang sudah membuat karirnya hancur!

Terlebih, ia punya feeling baik setelah pertemuannya dengan Galaksi. Semoga ia tak salah!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    bab 27 Jebakan Manis di Bawah Cahaya Lampu

    Hari terakhir syuting film garapan sutradara Orion akhirnya tiba. Titan menyelesaikan adegan terakhirnya dengan senyum lega. Kru bersorak, para pemain saling berpelukan, dan Orion dengan ekspresi puas memberi ucapan selamat kepada semua orang. "Kita berhasil menyelesaikan ini dengan luar biasa!" seru Orion di tengah lokasi. Titan berdiri di samping Orion, menyeka peluh di pelipisnya. Ada kehangatan dan kelegaan dalam dadanya. Ini adalah proyek yang sulit, tapi juga paling menyenangkan selama ia berkarier. Sore menjelang malam, seluruh kru dan pemain diundang untuk makan malam perayaan di sebuah restoran semi-terbuka yang hangat dan artistik. Meja panjang telah disiapkan, cahaya lampu gantung menambah suasana akrab. "Wah, wah, bintang kita datang juga," ledek Orion saat Titan masuk. "Gimana rasanya sekarang jadi kekasihnya Gallen Pratama, huh?" Titan mendengus pelan. "Jangan membuat gosip baru," ujarnya. Titan duduk di kursi kosong. Orion tertawa. "Tapi se-Indonesia sudah h

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 26 Hanya Aku Tempatmu Bersandar

    Hening belum juga meninggalkan hati Titan. Ia memutar ulang siaran langsung Gallen di ponselnya, mendengarkan lagi kata demi kata yang diucapkan pria itu. "Saya yang selama ini mengejar Titan. Saya yang jatuh cinta lebih dulu. Titan tidak merebut siapa-siapa. Dia tidak bersalah dalam semua kekacauan ini." Satu sisi hatinya bergetar, tapi sisi lain masih diliputi ragu. Titan belum menjawab apapun sejak pengakuan Gallen kemarin. Benaknya tak bisa tenang, Gallen telah menunjukkan keberanian luar biasa. Bukan hanya dengan menyatakan cinta padanya. Tetapi juga dengan berdiri di depan publik dan membelanya tanpa ragu. Titan menyaksikan sendiri, bagaimana nama baiknya perlahan mulai pulih. Gallen datang ke apartemen Titan, pria itu duduk di meja makan, wajahnya masih terlihat pucat. Ia tersenyum saat Titan menyuguhkan teh hangat. "Terima kasih," ucap Gallen lirih. "Kamu harus banyak istirahat," balas Titan menatapnya. "Jangan memaksakan diri." Hening sejenak... "Titan!" Galle

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 25 Ungkapan yang Tulus

    Hening menyelimuti apartemen Titan. Gallen masih tertidur di sofa dengan napas berat, sementara Titan duduk di sampingnya, menatap wajah pucat lelaki itu dengan campuran amarah dan iba. Ia menyeka peluh di dahi Gallen dengan handuk dingin. Hatinya masih belum tenang, tapi perasaannya mulai goyah. Melihat Gallen tumbang begitu saja, di depan pintunya, dalam keadaan lemah dan terluka, perlahan meruntuhkan benteng yang susah payah ia bangun. Dering ponselnya memecah keheningan. Titan melirik layar, nama Galaksi tertera di sana. "Halo?" "Dewi Titan...Kak Gallen ada di tempatmu?" suara Galaksi terdengar cemas. "Iya," Titan diam, lalu melanjutkan. "Dia... pingsan di depan pintu apartemenku," Hening sejenak dari seberang. Galaksi menutup sambungan teleponnya. Tiga puluh menit kemudian, suara bel berbunyi. Galaksi datang ke apartemen Titan. Pria itu langsung masuk ke dalam, melihat kondisi Kakaknya. "Kak, gimana kondisi mu?" Tercetak jelas kekhawatiran dari wajah Galaksi saat

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    bab 24 Api yang Mulia Padam

    Suara burung pagi tak mampu menenangkan hati Galaksi yang masih kacau. Ia duduk di bangku taman kecil dekat rumah keluarga Pratama, memeluk lututnya sendiri. Ponsel di genggamannya tiba-tiba berdering. RIGEL. Galaksi terdiam beberapa detik, menimbang. Lalu ia menjawab, "Halo?" "Ayo, kita ketemu!" Semalam, Rigel berdiri di depan cermin, wajahnya penuh dilema. Di tangannya, ponsel menyala dengan nama kontak, Dewi Titan. Tapi kemudian ia menghela napas panjang dan… menggulir layar. Ia mengetuk nama lain, Galaksi. "Titan tidak akan percaya padaku. Tapi dia… mungkin masih bisa." Rigel dan Galaksi akhirnya bertemu setelah semalam pria itu menghubunginya, keduanya duduk berhadapan di sebuah kafe yang sepi. "Aku tahu kamu tidak percaya padaku, Galaksi. Tapi Adhara dan Lyra sedang menyusun sesuatu. Mereka ingin menjatuhkan Titan... dan juga Gallen." Galaksi mengernyit. "Mana buktinya, kamu pikir aku percaya." "Sekarang aku memang tidak punya bukti. Tapi, aku dengar sendiri

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 23 Sakit Tak Berdarah

    Suasana rumah keluarga Pratama berubah tegang. Gallen baru saja tiba, belum sempat duduk, Kakek Pratama sudah berdiri dengan tongkat kayu di tangan. "Dasar, bocah tengik!" DUAK! Tongkat kayu tua menghantam punggung Gallen. Sekali, dua kali dan ketiga kali. Gallen meringis, tapi tak bergerak sedikit pun. "Kamu sudah mempermalukan keluarga ini, Gallen! Di depan tamu-tamu kehormatan!" "Kamu kira ini pementasan sandiwara?! Pantas saja waktu itu kamu langsung setuju bertunangan dengan Adhara. Jadi, ini rencanamu!" Lagi, tongkat kayu Pratama Wira menghantam punggung Gallen, ini sudah yang keempat kalinya. Gallen tetap bergeming di tempatnya. Suara Pratama Wira bergetar, dadanya seperti dialiri lahar panas, wajahnya memerah, urat di lehernya tegang. Napasnya terengah-engah. Gallen menunduk dalam diam. Ia membiarkan Kakeknya meluapkan semua. Ia tahu, kemarahan kakeknya bukan hanya tentang pertunangan, tapi tentang harga diri keluarga yang hancur di depan publik. Galaksi masuk

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    bab 22 Pertunangan yang Hampa

    Hari yang dinantikan Adhara tiba, akhirnya, Gallen akan menjadi miliknya, pikirnya kala itu, sebelum sesuatu yang besar akan terjadi. Kilau lampu kristal memenuhi aula mewah tempat acara pertunangan berlangsung. Undangan dari kalangan elite industri hiburan dan bisnis berdatangan. Semua mata tertuju pada pasangan utama malam itu, Gallen dan Adhara. Gallen berdiri tegap di sisi Adhara, mengenakan setelan jas abu gelap rancangan desainer ternama. Adhara, dengan gaun putih keperakan dan senyum sempurna, tampak seperti wanita paling bahagia malam itu. Saat cincin pertunangan disematkan, tepuk tangan menggema di seluruh aula. Kilatan kamera menyala bertubi-tubi. Media sosial mulai dibanjiri unggahan tentang "pasangan paling serasi tahun ini." Namun Gallen nyaris tak mendengar suara apa pun. Pikirannya melayang. Matanya sesekali melirik ke pintu masuk, entah berharap seseorang datang, atau sekadar ingin memastikan bahwa seseorang itu memang tidak akan muncul. Titan. Sementara it

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 21 Kegundahan Hati

    Hashtag "#WeStandWithTitan" mulai ramai. Dukungan datang perlahan, netizen mulai melihat bahwa mungkin Titan hanya korban, Titan tak seburuk yang dibayangkan. Giselle menghampiri Bos-nya dengan mata berkaca-kaca. "Aku bangga, Lihat Mba..." Titan hanya tersenyum, lelah tapi hangat. "Kita belum selesai, Giselle. Tapi paling tidak, aku sudah bisa bernapas lega." Rasanya beban dipundaknya menghilang. Konferensi pers itu bukan hanya menghapus tuduhan, tapi juga membuka jalan baru. Dalam hitungan hari, nama Titan kembali muncul di berbagai media, bukan sebagai bahan gosip, tapi sebagai aktris yang bangkit dari keterpurukan. Produser film mulai menghubunginya lagi. Tawaran bermain di drama prime time datang silih berganti. Ada juga ajakan menjadi peserta reality show dan pemotretan untuk majalah fashion ternama. Titan kembali sibuk. Pagi, ia menghadiri meeting proyek film. Siang, fitting kostum untuk sesi pemotretan. Malamnya, gladi resik untuk reality show yang akan tayang pek

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 20 Melawan dengan Percaya diri

    Hari konferensi pers pun tiba. Ruangan dipenuhi wartawan dari berbagai media, kamera-kamera sudah siaga mengarah ke satu kursi kosong di depan ruangan. Bisik-bisik memenuhi udara, sebagian mempertanyakan keberanian Titan, sebagian lain menunggu sensasi baru. Tak lama, Titan masuk. Ia mengenakan kemeja putih sederhana dan celana hitam, tanpa riasan berlebihan, penampilannya mencerminkan kesungguhan. Ia menunduk sopan sebelum duduk. Sesaat, ia mengatur napas, lalu memulai. "Terima kasih atas kedatangan teman-teman media hari ini," ucapnya tenang. "Saya tahu, mungkin tidak semua dari kalian percaya pada saya. Tapi hari ini, saya di sini bukan untuk mencari pembenaran, melainkan untuk menyampaikan kebenaran." Ruangan mendadak hening. "Selama ini saya diam. Ketika dikatakan menjalin hubungan settingan. Ketika dituduh menjadi selingkuhan, saya juga tetap diam. Tapi diam saya bukan berarti saya bersalah, saya hanya terlalu lelah untuk melawan." Napas Titan bergetar. Tapi, ia melanj

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 19 Membalikkan Keadaan

    ***** Rigel berdiri mematung di balkon. Tangannya menggenggam ponsel yang menampilkan artikel dengan headline yang tak asing. "Dewi Titan Kembali Tersandung Skandal Lama Bersama Rigel Adrian?" Matanya menyipit. Ia berbalik dan berjalan cepat ke dalam. "Mba Lyra!" Wanita itu muncul dari ruang kerja, seperti sudah tahu panggilan itu akan datang. Tenang. Seperti biasa. "Kamu yang melakukan ini?" "Kenapa nada bicaramu seolah terkejut? Sejak kapan kita pura-pura jadi orang baik?" "Kamu janji, Mba Lyra. Setelah Titan keluar dari manajemen, kamu bilang tidak akan ganggu dia lagi." "Kapan aku pernah menjanjikan itu," Lyra melangkah pergi. Rigel, menatap ponsel yang kini terasa lebih berat di tangannya. Titan... maaf. Sementara di tempat lain... Gallen dan Titan duduk bersimpuh di bawah, sedangkan Galaksi duduk di sofa. Mereka seperti tersangka yang sedang diinterogasi. "Ada apa ini Kak. Kenapa Dewi Titan ada di sini?" "Apa kalian punya hubungan?" "Apa kalian be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status