Beranda / Romansa / Bintang Kesayangan CEO Tampan / Bab 5 Dewi Titan, Kembali

Share

Bab 5 Dewi Titan, Kembali

Penulis: Namaria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 17:09:59

"Kenapa Mba? Kok pulang belanja mukanya malah bete?" tanya Giselle yang tengah merapikan beberapa pakaian Titan ke dalam lemari.

"Kita makan saja, Giselle." Alih-alih menjawab, gadis itu malah menyuruh Giselle makan bersamanya sebelum beristirahat untuk syuting esok hari!

***

"Dewi Titan!" seru Galaksi yang sudah lebih dulu ke lokasi syuting.

Pria itu menyambut Titan dan Giselle.

Kebetulan, sudah banyak sekali kru film yang tengah melakukan tugasnya masing-masing.

Kedatangan Titan sontak menjadi pusat perhatian.

Orang-orang berbisik-bisik di belakangnya, tapi gadis itu tak peduli. Ia tetap berjalan dengan percaya diri menemui sutradara Orion Dewangga dan Galaksi.

Ada perasaan khawatir dalam diri Titan. Karena ini adalah kali pertamanya bertemu dengan sutradara itu.

"Pak Orion, kenalkan, ini Dewi Titan," tutur Galaksi memperkenalkan artisnya.

"Oh... jadi ini, artis yang punya banyak skandal itu?" cibir Orion dengan wajah dingin. Orion teringat kembali pertemuannya dengan Gallen yang memintanya memberi Titan peran dalam projek film yang sedang dikerjakannya. Ia sampai heran.

Titan terhenyak, gadis itu pun tersenyum kecut sembari mengulurkan tangannya pada Orion, tapi sutradara itu mengabaikannya. Orion justru langsung beranjak dan pergi begitu saja.

Galaksi menghela napas pelan, sepertinya hari-hari Titan di lokasi syuting akan berat. Ia menepuk pelan bahu Titan sambil berkata, "Kamu, tidak apa-apa kan?"

Titan menggeleng cepat diiringi senyuman tipis. Ini adalah tantangan baginya.

"Hei lihat itu, bukannya itu Dewi Titan," tunjuk salah satu pemain di lokasi syuting saat melihat Titan.

"Ternyata benar apa kata managerku kemarin, kalau Dewi Titan akan ikut bergabung. Malas sekali harus satu frame dengan artis seperti dia," sambung yang lainnya.

"Memangnya sekarang dia artis," cibir yang lainnya dengan tawa mengejek.

Titan yang mendengar cibiran mereka, berusaha tak terpancing emosi. Ia harus bersikap baik di hadapan semua orang untuk memulihkan image buruknya. Kalau hari pertama syuting saja sudah membuat masalah, akan sulit ke depannya.

Untungnya, Titan dapat menghindar karena bagiannya sudah dimulai.

Adegan pertama, Titan berguling ke sebuah lubang seolah sedang terjatuh ke jurang.

"Action!" seru sang sutradara.

Titan mencoba melakukan yang terbaik, tetapi….

"Cut!" seru Orion beberapa menit kemudian.

"Kamu bisa acting atau tidak sih?!" cibir Orion dengan teriakan.

Adegan itu diulang berkali-kali membuat orang-orang yang berada di sana merasa heran, padahal jika dilihat, Titan sudah melakukan adegan sesuai arahan sang sutradara, tapi entah mengapa Orion selalu merasa tak puas?

"Break dulu sepuluh menit," teriak Orion, ia beranjak dari duduknya dengan senyuman tipis. Sang asisten sutradara yang berada di belakang Orion terhenyak ketika menyadari senyuman tipis tersebut.

Entah apa yang sedang direncanakan Orion pada Titan, tapi, apa yang dilakukan Orion pada Titan mengundang pro dan kontra bagi orang-orang yang berada di lokasi syuting.

"Sepertinya, sutradara Orion sengaja melakukan itu pada Dewi Titan," ucap salah satu juru kamera.

"Iya, padahal menurutku akting Dewi Titan sudah sempurna, tapi, Pak Orion masih tidak puas. Apa dia sengaja ya, mempersulit Dewi Titan," sambung yang lainnya.

"Lihat kan tadi, sepertinya Pak Orion ingin mengusir Titan secara halus dari film ini," ujar artis yang satu frame dengan Titan.

"Ha...Ha...Ha... Iya benar. Seandainya aku ada diposisi Titan, besok aku tidak akan datang lagi ke sini," lanjut artis lainnya ikut berkomentar disertai tawa mengejek. Mereka sepertinya menikmati perlakuan tak menyenangkan Orion pada Titan.

"Dewi Titan kamu tidak apa-apa kan, apa kamu terluka?" tanya Galaksi khawatir.

"Tenang saja, aku tidak apa-apa," gadis yang pandai berakting itu sudah pasti berbohong. Titan merasakan tubuhnya kesakitan. Namun karena tak ingin membuat Galaksi khawatir, terpaksa ia berbohong.

"Aku yakin Pak Orion sengaja melakukan itu sama kamu, lihat saja tadi," Galaksi kesal.

Titan tersenyum. "Sudahlah, apa yang dilakukan Pak Orion malah semakin membuatku ingin menunjukkan padanya siapa Titan. Dia pikir, aku akan menyerah setelah diperlakukan seperti itu, " tuturnya penuh semangat.

"Syukurlah, aku jadi tenang. Ayo, kita istirahat dulu," Galaksi lalu membawa Titan ke ruang istirahat, di sana sudah ada Giselle yang tengah menyiapkan minuman untuk Titan.

***

Di sisi lain, Gallen yang diam-diam melakukan kunjungan di lokasi syuting, mengirimkan pesan pada Orion.

[ Kamu terlalu keras padanya ].

Namun, balasan Orion justru membuat Gallen geleng-geleng kepala.

[ Kamu tidak perlu ikut campur. Urusi, urusanmu sendiri ]

"Bos, ini minumnya," Hamal memberikan sebotol air pada Gallen.

Gallen menerima botol tersebut dengan kedua mata yang terus fokus pada benda pipih yang dipegangnya, alhasil botol itu jatuh dan membasahi jas dan celana yang dipakainya.

"Makanya, fokus Bos fokus," ujar Hamal menyindir.

"Diam kamu!" balas Gallen ketus.

"Mau saya pinjamkan pakaiannya Mas Galaksi?" usul Hamal, mata pria berlesung pipit itu tertuju pada celana bosnya yang basah. Ia menutup mulutnya menahan tawa.

"Jaga mata kamu!" Gallen memberi peringatan kepada asistennya, ia memang suka sekali meledek Bosnya itu.

"Ya sudah sana, kamu cari Galaksi," Hamal mengangguk patuh, ia segera turun dari mobil mencari Galaksi. Hamal menghubungi adik Bosnya itu untuk mencari tahu keberadaannya.

Saat hampir sampai ke tempat Galaksi berada, Hamal berpapasan dengan Titan yang baru saja keluar dari ruangan.

Jantungnya berdetak kencang, akhirnya ia bisa melihat idolanya secara langsung!

Hamal melempar senyum pada Titan yang juga dibalas senyum. Kakinya langsung lemas, ia tak percaya Titan membalas senyumannya. Dia pun melangkah riang menuju Galaksi.

Titan melihat sebuah mobil yang terparkir sendirian di tempat sepi saat dirinya mencari udara segar. Mobil yang dulu ia inginkan!

"Wah, itu mobil yang aku idam-idamkan," lirihnya sambil berjalan mendekat. Titan memegang mobil tersebut sambil mengitarinya.

Ia kemudian berhenti di depan pintu mobil bagian belakang lalu menempelkan wajahnya di kaca mobil tersebut untuk melihat ke dalam.

Namun, Titan terkejut, ketika kaca mobil perlahan turun. Ia tak menyangka jika, di dalamnya ada orang.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Gallen dengan tatapan dingin.

"Aku...aku," Titan gugup. Ditatapnya lekat wajah pria yang nampak tak asing baginya.

"Akh... kamu!" tunjuk Titan heboh.

"Kita bertemu lagi," Gallen menyeringai.

Titan lalu tak sengaja melihat celana Gallen yang basah tepat di area sensitifnya. Gadis itu lalu tertawa sambil membayangkan apa yang dilakukan pria itu seorang diri di dalam mobil.

"Apa kamu melakukannya seorang diri, hah!" ujar Titan meledek.

"Maksud kamu apa?" tanya Gallen tak mengerti.

Titan menunjuk celana basah yang masih dipakai Gallen, lalu dengan tangannya ia memperagakan gerakan maju-mundur seolah sedang mengocok sesuatu.

Gallen sontak mendengkus kesal. Bisa-bisanya gadis di depannya berpikir ia melakukan hal kotor seperti itur?!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 6 Tantangan Bagi Titan

    Galaksi dan Hamal berjalan menuju mobil tempat Gallen berada, sambil membawa pakaian ganti untuk pria itu. Namun langkah mereka terhenti saat melihat Gallen berdiri berhadapan dengan Dewi Titan di samping mobil, keduanya tampak kesal dan tidak akur. "Dewi Titan, kamu ngapain di sini?" tanya Galaksi dengan dahi berkerut. "Aku... tersesat," jawab Titan singkat, tanpa menatap Galaksi. Galaksi dan Hamal melempar pandang, heran, tapi tak ingin memperpanjang urusan. Galaksi pun menyerahkan goodie bag yang dibawanya. "Kak, ini pakaian gantinya," ucapnya pada Gallen. Titan terlihat kaget mendengarnya. “Kak? Kamu panggil dia siapa?” tanyanya sambil menunjuk wajah Gallen. "Dia Kakakku," jawab Galaksi sambil tersenyum. "Ka… kakakmu?" Titan tergagap, matanya membelalak menatap Gallen. Wajahnya penuh keterkejutan. Gallen membalas dengan senyum mengejek, puas melihat reaksi Titan. " Aku tidur dengan Kakaknya Galaksi?" batin Titan panik. Galaksi segera mengingatkan, "Ayo, kita ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 7 Skandal Baru

    "Dewi Titan, coba lihat ini!" seru Galaksi yang baru saja tiba di apartemen artisnya itu. "Apa?" Titan lalu melihat artikel yang ditunjukkan Galaksi dari ponselnya. Di sana ada gambar dirinya yang tengah mencium pria. Dalam artikel tersebut tertulis 'Dewi Titan yang sudah tidak terlihat lagi di dunia hiburan kembali membuat skandal'. "Apa-apaan ini!" Titan langsung beranjak dari duduknya. "Sepertinya, kemarin ada yang melihat kejadian itu," ujar Galaksi menebak. "Mba Titan, Mba Titan," panggil Giselle dari kamar sambil berlari ke arah Titan. "Ada apa? Kamu mau memberi tahu tentang artikel itu?" Giselle mengangguk cepat. "Tapi, kenapa wajah prianya malah di blur?" ujar Giselle tak suka, sambil terus menatap layar ponselnya. Giselle tak tahu kalau pria itu adalah Kakaknya Galaksi, karena kemarin ia tak melihat kejadiannya. "Pria itu siapa Mba Titan?" tanya Giselle kemudian. "E...itu...," Titan bingung menjawabnya lalu pergi begitu saja. Dengan menaikkan kedua alisnya G

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 8 Diam-diam Melindungimu

    "Bos, aku sudah menemukan orang yang menyebarluaskan foto itu!"Sementara itu, Hamal sudah bergerak cepat dan melapor pada Gallen. Pria itu tersenyum tipis. "Bagus, kamu memang bisa diandalkan." "Siapa dulu dong?" ujar Hamal dengan nada bangga. Gallen yang sedang membaca berkas, tiba-tiba menutupnya dan berdiri. "Ayo, kita ke lokasi syuting." "Kenapa Bos tiba-tiba rajin ke lokasi?" gumam Hamal pelan sambil mengikuti Gallen. Sementara itu, di lokasi syuting, Orion sedang mempersiapkan seekor anjing untuk adegan pengejaran Titan. Titan tampak cemas melihat anjing pemburu Golden Retriever yang cukup besar. "Pak Orion, tidak ada anjing yang lebih kecil dan lucu?" tanya Titan. "Tidak ada," jawab Orion tegas, lalu tersenyum licik. "Tenang, anjing ini sudah terlatih." Titan melirik Galaksi dengan wajah memelas. Tapi Galaksi hanya menggeleng. Bila Orion sudah memutuskan sesuatu, tak ada yang bisa mengubahnya. "Aduh, Mba Titan cari mati sendiri," ucap Giselle sambil menepuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 9 Apartemen 301

    "Maaf, Tuan. Ini pakaian Anda yang sudah selesai di laundry," ucap seorang gadis muda sambil menyerahkan beberapa pakaian kepada Gallen. "Kenapa kamu yang antar? Ibu kamu mana?" tanya Gallen, heran. "Ibu sedang sibuk, jadi aku yang mengantarkannya," jawab gadis itu sopan. "Terima kasih," balas Gallen. Gadis bernama Starla itu, berbalik dan berjalan pergi. Namun, baru beberapa langkah, Gallen memanggilnya. "Ada apa, Tuan? Apa ada masalah dengan pakaiannya?" tanya Starla, khawatir jika laundry-nya kurang bersih. "Bukan. Ini..." Gallen mengulurkan selembar uang seratus ribu. "Tidak, Tuan. Aku tidak bisa menerimanya," Starla menolak sopan. "Ambil saja. Ini untuk jajan," paksa Gallen. Setelah ragu sejenak, Starla akhirnya menerimanya sambil mengucapkan terima kasih sebelum pergi. Sementara itu... Titan berdiri di depan unit apartemen yang salah. Seharusnya ia menuju unit 301, tapi malah berhenti di depan 311. Untungnya, penghuni unit itu tidak mengenalinya k

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 10 Kontrak Seumur Hidup

    "Apa kamu yakin akan menjadikan Rigel Adrian cameo?" tanya Gallen lewat sambungan telepon. Suaranya terdengar ragu setelah Orion mengabarkan rencananya. "Yakin," jawab Orion mantap, tanpa sedikit pun keraguan dari suaranya. "Tapi kamu tahu sendiri, kan..." "Aku tahu," potong Orion cepat, tak memberi Gallen kesempatan menyelesaikan kalimat. "Bagaimanapun, sekarang Titan bukan pemeran utama di filmku. Dia harus menerima keputusan apapun yang kubuat," lanjut Orion dengan nada tegas. Gallen menghela napas panjang. "Yah, itu terserah padamu. Hanya saja..." "Kamu mengkhawatirkan Titan," tebak Orion, tajam seperti biasa. Gallen terdiam. Tebakan Orion membuatnya tak bisa mengelak. "Apa kamu menyukai Titan?" tanya Orion tiba-tiba, membuat Gallen terhenyak. "Hah? Ngaco kamu," kilah Gallen gugup. "Kamu memang menyukainya. Jujur saja pada dirimu sendiri." Gallen memutuskan sepihak sambungan teleponnya, membuat Orion kesal. "Suka, bukan suka... Aku hanya peduli. Aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 11 Kenapa Harus Bertemu Mereka?

    "Jadi ini, tugas yang kamu berikan?" Titan melirik Gallen. Keduanya duduk berseberangan. Gallen meminta Titan menemaninya makan. "Sepertinya, kamu berpikir lain." "Cih!. Aku hanya khawatir, karena kamu tidak bisa di tebak." Pria gagah itu menyeringai, "Masih ada lagi, kamu tunggu saja." Ponsel Gallen bergetar, diabaikan begitu saja olehnya. Pria itu merasa terganggu saat orang yang menghubunginya tak mau berhenti. Gallen mengangkat panggilan tersebut. "Halo," sapanya malas. "Gal, kamu di mana? Ayo kita ketemu," Suara diseberang sana terdengar manja. "Maaf, tidak bisa. Aku sibuk," Gallen langsung memutus panggilan tersebut. Menonaktifkan ponselnya. Titan melirik Gallen sekilas, wajah pria itu sangat masam. Suara wanita yang menghubunginya, apa itu kekasihnya? Tapi, kenapa dia kesal. Saat Titan tengah menikmati makanannya sambil sesekali melempar pandang pada Gallen, suara berat memanggil namanya dari belakang. "Titan!" Titan seketika kaku. "Suara ini?" Suara yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    bab 12 Tugas Baru: Diam dan Menikmati

    Saat berjalan menuju apartemennya, Gallen merasa ada seseorang yang membuntutinya. Setiap langkah kakinya di lorong sempit itu terasa berat, seolah udara mendadak mengental. Ketika keluar dari lift dan menyusuri koridor, naluri tajamnya semakin menjerit. Dari sudut mata, Gallen menangkap bayangan. Siluet seorang wanita, tinggi, ramping, mengikutinya dengan gerakan senyap. Gallen memperlambat langkahnya. Beberapa meter lagi menuju unit apartemennya, ia berhenti mendadak. "Ada apa? Kenapa berhenti?" tanya Titan yang berjalan di belakangnya. "Aku punya tugas lain yang harus kamu lakukan. Kamu cukup diam dan menikmati," ujar Gallen, suaranya rendah dan penuh misteri. "Apa?" Titan mengerutkan dahi, wajah polosnya bingung. Tanpa memperingatkan, Gallen melepas masker yang dipakai Titan. Mata mereka bertaut. Titan belum sempat bereaksi, saat Gallen meraih dagunya, mendekatkan wajah, lalu — cup — bibir mereka bertemu dalam ciuman singkat namun menghentak. Titan terkejut. Matanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    bab 13 Musuh di Depan Mata

    Ayah, aku ingin pertunanganku dengan Gallen dipercepat," pinta Adhara, matanya berkilat penuh tekad. Dia adalah gadis yang sejak kecil sudah dijodohkan dengan Gallen. Keluarga mereka bersahabat erat, dan untuk mempererat hubungan itu, Kakek Gallen serta Kakek Adhara sepakat menjodohkan cucu-cucu mereka. Meskipun Kakek Adhara telah tiada, janji itu tetap dijaga. "Memangnya kenapa?" tanya Aries Bagaskara, sang ayah, mengangkat alis curiga. "Lebih cepat bukannya lebih baik? Aku takut Gallen digoda lalat-lalat kotor di luar sana," jawab Adhara sengit. Aries menghela napas, "Gallen bukan tipe pria yang mudah tergoda." Adhara mengepalkan tangannya erat. "Ayah tidak tahu apa yang baru saja kulihat!" batinnya geram. Bayangan Gallen bercumbu dengan wanita lain masih menghantui pikirannya. "Ayolah, Ayah," Adhara memohon. Selama ini apapun yang ia minta selalu dipenuhi. "Baiklah, Ayah akan bicara dengan Kakek Pratama." Adhara tersenyum, sebelum pergi ia memberikan kecupan singkat di

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03

Bab terbaru

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    bab 22 Pertunangan yang Hampa

    Hari yang dinantikan Adhara tiba, akhirnya, Gallen akan menjadi miliknya, pikirnya kala itu, sebelum sesuatu yang besar akan terjadi. Kilau lampu kristal memenuhi aula mewah tempat acara pertunangan berlangsung. Undangan dari kalangan elite industri hiburan dan bisnis berdatangan. Semua mata tertuju pada pasangan utama malam itu, Gallen dan Adhara. Gallen berdiri tegap di sisi Adhara, mengenakan setelan jas abu gelap rancangan desainer ternama. Adhara, dengan gaun putih keperakan dan senyum sempurna, tampak seperti wanita paling bahagia malam itu. Saat cincin pertunangan disematkan, tepuk tangan menggema di seluruh aula. Kilatan kamera menyala bertubi-tubi. Media sosial mulai dibanjiri unggahan tentang "pasangan paling serasi tahun ini." Namun Gallen nyaris tak mendengar suara apa pun. Pikirannya melayang. Matanya sesekali melirik ke pintu masuk, entah berharap seseorang datang, atau sekadar ingin memastikan bahwa seseorang itu memang tidak akan muncul. Titan. Sementara it

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 21 Kegundahan Hati

    Hashtag "#WeStandWithTitan" mulai ramai. Dukungan datang perlahan, netizen mulai melihat bahwa mungkin Titan hanya korban, Titan tak seburuk yang dibayangkan. Giselle menghampiri Bos-nya dengan mata berkaca-kaca. "Aku bangga, Lihat Mba..." Titan hanya tersenyum, lelah tapi hangat. "Kita belum selesai, Giselle. Tapi paling tidak, aku sudah bisa bernapas lega." Rasanya beban dipundaknya menghilang. Konferensi pers itu bukan hanya menghapus tuduhan, tapi juga membuka jalan baru. Dalam hitungan hari, nama Titan kembali muncul di berbagai media, bukan sebagai bahan gosip, tapi sebagai aktris yang bangkit dari keterpurukan. Produser film mulai menghubunginya lagi. Tawaran bermain di drama prime time datang silih berganti. Ada juga ajakan menjadi peserta reality show dan pemotretan untuk majalah fashion ternama. Titan kembali sibuk. Pagi, ia menghadiri meeting proyek film. Siang, fitting kostum untuk sesi pemotretan. Malamnya, gladi resik untuk reality show yang akan tayang pek

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 20 Melawan dengan Percaya diri

    Hari konferensi pers pun tiba. Ruangan dipenuhi wartawan dari berbagai media, kamera-kamera sudah siaga mengarah ke satu kursi kosong di depan ruangan. Bisik-bisik memenuhi udara, sebagian mempertanyakan keberanian Titan, sebagian lain menunggu sensasi baru. Tak lama, Titan masuk. Ia mengenakan kemeja putih sederhana dan celana hitam, tanpa riasan berlebihan, penampilannya mencerminkan kesungguhan. Ia menunduk sopan sebelum duduk. Sesaat, ia mengatur napas, lalu memulai. "Terima kasih atas kedatangan teman-teman media hari ini," ucapnya tenang. "Saya tahu, mungkin tidak semua dari kalian percaya pada saya. Tapi hari ini, saya di sini bukan untuk mencari pembenaran, melainkan untuk menyampaikan kebenaran." Ruangan mendadak hening. "Selama ini saya diam. Ketika dikatakan menjalin hubungan settingan. Ketika dituduh menjadi selingkuhan, saya juga tetap diam. Tapi diam saya bukan berarti saya bersalah, saya hanya terlalu lelah untuk melawan." Napas Titan bergetar. Tapi, ia melanj

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 19 Membalikkan Keadaan

    ***** Rigel berdiri mematung di balkon. Tangannya menggenggam ponsel yang menampilkan artikel dengan headline yang tak asing. "Dewi Titan Kembali Tersandung Skandal Lama Bersama Rigel Adrian?" Matanya menyipit. Ia berbalik dan berjalan cepat ke dalam. "Mba Lyra!" Wanita itu muncul dari ruang kerja, seperti sudah tahu panggilan itu akan datang. Tenang. Seperti biasa. "Kamu yang melakukan ini?" "Kenapa nada bicaramu seolah terkejut? Sejak kapan kita pura-pura jadi orang baik?" "Kamu janji, Mba Lyra. Setelah Titan keluar dari manajemen, kamu bilang tidak akan ganggu dia lagi." "Kapan aku pernah menjanjikan itu," Lyra melangkah pergi. Rigel, menatap ponsel yang kini terasa lebih berat di tangannya. Titan... maaf. Sementara di tempat lain... Gallen dan Titan duduk bersimpuh di bawah, sedangkan Galaksi duduk di sofa. Mereka seperti tersangka yang sedang diinterogasi. "Ada apa ini Kak. Kenapa Dewi Titan ada di sini?" "Apa kalian punya hubungan?" "Apa kalian be

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 18 Pasrah, Itu Bukan Gayaku

    Nama Titan kembali jadi sorotan media, tapi bukan karena prestasi. Artikel demi artikel membongkar "skandal lama" yang dibumbui tuduhan baru. Di kolom komentar, netizen berdebat. Ada yang membela, tapi lebih banyak yang menghakimi. "Cara mudah mendongkrak popularitas, artis tak tahu diri!" "Lihat, artis gagal kembali membuat sensasi." "Boikot Dewi Titan." Giselle tak lepas dari layar ponselnya, memantau berita. Setiap melihat satu komentar pedas, ia ingin menjerit. Tapi Titan hanya diam. Tidak menangis. Tidak marah. Justru itu yang membuat Giselle takut. "Mba Titan, kita harus klarifikasi. Atau paling tidak, posting sesuatu..." Titan hanya menatap kosong layar ponselnya. Kata-kata cacian dan hinaan memenuhi pikirannya. "Kalau aku jelaskan pun... siapa yang akan percaya?" Titan duduk bersandar di jok mobil. Titan lelah, pikirannya bercabang, bukan masalah skandalnya, justru masalah pertunangan Gallen yang membuatnya resah. Titan tetap datang profesional. Tapi, suasana

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 17 Di Hajar Lagi, Dengan Skandal yang Sama

    Pengumuman resmi pertunangan Gallen dan Adhara menjadi headline di berbagai media. Foto elegan yang menampilkan keduanya dengan senyum bahagia tersebar luas, disertai pernyataan manis dari Gallen. "Aku percaya pada janji yang pernah diucapkan Kakekku, dan kini saatnya aku menepatinya." Di ruang rias sebuah studio syuting, Titan menatap layar ponselnya lama. Gambar pertunangan itu membuat dadanya terasa sesak. Ada bagian dalam dirinya yang mulai ia pahami, perasaan yang sejak lama diabaikannya. "Dia... bertunangan?" gumam Titan pelan, nyaris tak terdengar. Ada yang menusuk dihatinya, sakit, remuk perlahan kemudian hancur. Giselle masuk, membawa segelas kopi. Ia terdiam sejenak melihat ekspresi Titan. "Mba Titan... kamu kenapa?" Titan cepat-cepat menyimpan ponselnya dan berbalik menghadap cermin. "Tidak apa-apa," Titan mencoba tersenyum, meski tak sampai ke matanya. "Mba, ada berita heboh." Titan menunjukkan ponselnya pada Giselle, "Maksudmu, ini?" Giselle mengangguk

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 16 Yang di Tunggu-tunggu

    "Gal, terima kasih," Titan memeluk Galaksi yang baru saja datang. "Terima kasih untuk apa?" tanya Galaksi bingung. Titan mengurai pelukannya. "Lihat, namaku sudah hilang di pencarian teratas, pasti kamu yang melakukannya," Gadis itu memperlihatkan ponselnya. Berita tentang dirinya dan Rigel, hilang begitu saja. Tanpa jejak. Tak lagi bisa di akses. "Tapi, Aku tidak-" "Sudahlah, aku akan bersiap-siap," Titan pergi dengan wajah ceria, senyumnya terus mengembang. Ia beruntung, Galaksi menjadi managernya. Sedangkan Galaksi, masih bingung, karena bukan dia yang melakukannya. Titan sibuk menghafal dialog. Hari ini syuting adegan penting bersama Rigel Adrian, satu ruangan, satu scene penuh, dan tidak ada jalan untuk menghindar. Saat Titan masuk ke studio, Rigel sudah menunggunya. Pria itu mengenakan kemeja putih kusut, seolah disengaja untuk memunculkan kesan 'bad boy' di depan kamera. "Selamat pagi, Dewi Titan," sapanya, nada suaranya sinis. Titan hanya mengangguk ding

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 15 Trending Topik

    Pagi itu, Titan duduk di ruang makeup, memandangi layar ponselnya dengan tatapan kosong. Trending topic di sosial media dipenuhi namanya, lagi. Kenapa hidupnya tak bisa tenang. #TitanRigelReuni #TitanComeback #CintaLamaBersemi Tangannya bergetar. Ini tidak seharusnya terjadi lagi. Bukan cinta. Bukan reuni. Ini luka. Giselle mendekat, meletakkan segelas kopi di meja tanpa banyak bicara. Ia tahu, apapun yang dikatakannya tak akan meredakan amarah Titan saat ini. "Aku harus bicara dengan Orion," gumam Titan lirih, suaranya menahan emosi. Titan beranjak. Galaksi yang baru saja datang menghalangi, "Tunggu, Dewi Titan!" Titan kembali duduk. "Kamu, sudah lihat beritanya, kan?" Galaksi mengangguk pelan sambil berjalan menghampiri. "Jangan terpengaruh dengan berita itu. Saatnya kamu membuktikan kepada mereka, siapa Dewi Titan," Tatapan Galaksi menguatkan artis berusia 25 tahun itu. Galaksi benar. Kalau ia terpengaruh dengan berita receh ini, tandanya ia belum siap bangk

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 14 Beradu Akting

    Titan kembali ke ruangannya, memperbaiki riasan. Gadis itu, menatap cermin di depannya. Senyumnya sempurna, lipstik merah merona menghiasi bibirnya, namun matanya... tetap saja menyiratkan kegelisahan. Jemarinya mengepal erat di pangkuan. Di luar, para kru mulai sibuk menyiapkan adegan. Titan tahu, sebentar lagi ia harus satu frame dengan Rigel. Tak ada tempat untuk lari. Giselle mendekat, menyerahkan naskah. "Ini," ucapnya lirih. Gadis berkacamata mata itu berdiri di sebelah Titan, menunggu reaksi Bos-nya setelah membaca naskah. Ada kekhawatiran. Titan membaca sekilas. Matanya terhenti di bagian naskah yang mempertemukan karakternya dengan karakter Rigel, sebuah adegan intens, penuh emosi. Titan menarik napas panjang. "Tidak apa-apa, Giselle. Ini cuma pekerjaan," katanya sambil memasang senyum paksa. Semua ini karena sutradara Orion. Sepertinya, pria itu sengaja mengundang Rigel menjadi cameo, tapi, entah apa tujuannya, hanya Orion yang tahu. Dalam hati, Titan tahu, ini be

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status