Share

Bab 4 Pria Itu...

Penulis: Namaria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 16:44:57

"Mba Titan mau ke mana?" tanya Giselle saat dirinya baru saja tiba di apartemen.

"Ayo, ikut aku," ajak Titan.

"Ke mana?" Giselle bertanya lagi.

"Sudah, ikut saja. Nanti juga kamu tahu!"

Keduanya lalu menuruni lift menuju basement di mana mobil Titan di parkirkan.

Tak lupa Titan memakai masker untuk menutupi wajahnya agar tak dikenali orang-orang di sekitarnya.

"Mba Titan nih masih pakai masker, orang-orang di luar sana pasti juga sudah lupa kalau Mba Titan itu, dulunya artis," seloroh Giselle meledek.

Bukannya marah asistennya berkata demikian, Titan malah membalasnya dengan senyuman. "Lihat saja nanti, kalau aku jadi artis lagi, gaji kamu aku potong selama tiga bulan."

"Tidak masalah, asalkan aku masih dikasih makan," Giselle menantang.

Titan hanya bisa menghela napas. Baginya, Giselle tak hanya seorang asisten, tapi, gadis di sampingnya itu sudah seperti adiknya.

Hanya butuh waktu kurang dari tiga puluh menit, mobil yang dikendarai Giselle masuk ke area parkir sebuah kafe yang ada di pusat kota.

Keduanya turun dari mobil dan berjalan masuk ke kafe, tak terlalu banyak orang di sana membuat Titan melenggang bebas membuka maskernya.

Pelayan kafe yang mengenali Titan, berbisik-bisik saat artis itu melewati mereka. Titan tak peduli. Terserah mereka mau bicara apa tentang dirinya.

"Dewi Titan, sini!" teriak Galaksi sambil melambaikan tangan saat Titan nampak mencari keberadaannya.

"Maaf ya, aku telat," ucap Titan sambil mendudukkan tubuhnya di kursi.

"Siapa dia, kenapa tidak ikut duduk juga?" Galaksi menunjuk gadis yang masih berdiri.

"Oh iya kenalkan, dia Giselle, asistenku." Gadis itu sontak tertegun dengan mulut terbuka melihat pria yang begitu tampan.

Titan bahkan sampai menyenggol tangan sang asisten agar tersadar.

"Akh... Maaf. Halo, aku Giselle asisten Mba Titan," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

"Aku, Galaksi." Pria itu menyambut uluran tangan Giselle.

*****

Titan, kini sudah berada di mobil setelah pertemuannya dengan Galaksi. Gadis itu nampak sibuk membuka lembaran kertas di tangannya. Giselle yang sedang mengemudikan mobil, berkali-kali melirik ke arah Bos-nya itu.

"Ada apa? Sepertinya ada yang ingin kamu tanyakan?" Titan meletakkan naskah ditangannya di kursi belakang.

"Mba Titan yakin, mau ambil peran ini?" tanya Giselle. Karena peran yang diambil Titan hanya peran kecil.

"Kenapa tidak. Aku sudah lama tidak berakting. Mungkin, ini salah satu jalan agar aku bisa kembali ke dunia hiburan," jelas Titan.

"Turunkan aku di depan, aku ingin membeli beberapa bahan makanan. Kamu langsung ke apartemen saja."

Giselle mengangguk, lalu menghentikan mobilnya di depan sebuah supermarket.

"Mau aku tunggu?"

"Tidak usah, kamu pulang saja. Aku akan jalan kaki ke apartemen," Titan turun dari mobil, tak lupa ia memakai masker. Bagaimanapun juga, ia ingin melenggang bebas berjalan di dalam sana tanpa ada orang yang mengenalinya.

Sambil membawa troli, Titan berjalan berkeliling mencari bahan makanan. Ia kemudian berhenti di stand berisi ikan segar. Titan melihat ikan salmon yang di kemas di dalam chest freezer.

Saat tangannya sudah menjangkau ikan itu, ternyata ada orang yang juga berbarengan memegangnya.

"Aku, yang memegangnya lebih dulu," tegas Titan sambil mengarahkan pandangannya pada orang itu.

"Dia?" Titan terkejut. Orang itu, adalah... untung saja ia memakai masker. Titan gugup.

"Bukankah kita sama-sama memegang ikan ini," ucap pria itu yang ternyata Gallen.

"Tapi, aku yang lebih dulu melihatnya," terang Titan.

"Aku juga melihatnya lebih dulu," Gallen tak mau kalah.

"Pria ini memang menyebalkan. Untung saja, aku memakai masker," racau Titan dalam hati.

Seorang karyawan supermarket yang berdiri tak jauh dari mereka mendengar percakapan keduanya, ia kemudian datang menghampiri.

"Permisi," sapa karyawan itu sopan. Keduanya lalu menoleh bersamaan.

"Maaf, tadi saya tidak sengaja mendengar perdebatan kalian, apa boleh saya memberi saran," ucap karyawan itu hati-hati.

"Silakan," sahut keduanya kompak.

"Apa kalian berdua menginginkan ikan ini?" karyawan itu menunjuk ikan salmon yang tergeletak pasrah di atas tumpukan es.

Keduanya lagi-lagi mengangguk kompak.

"Begini saja, karena stok ikan ini hanya tinggal satu, dan ukuran ikan ini juga cukup besar, bagaimana kalau saya membaginya menjadi dua?" usul karyawan itu memberi solusi.

"Baiklah. Aku mau bagian bawah," pinta Titan.

"Tidak bisa, aku juga mau bagian bawah," sela Gallen.

"E... apa tidak ada yang mau bagian kepalanya?" tanya karyawan itu. Ia sudah pusing dengan tingkah dua orang di depannya.

"Tidak!" Lagi-lagi mereka kompak menjawab.

Karyawan itu menghela napas dalam sebelum akhirnya membelah ikan itu menjadi dua, kedua orang itu sama-sama mendapatkan bagian sama rata dari ikan salmon tersebut. Sungguh tragis nasib ikan salmon yang tak berdosa itu!

Setelah mendapatkan bagiannya, Titan memalingkan wajahnya, buru-buru pergi dari sana, berharap pria itu tak mengenali dirinya. Sampai Titan pergi Gallen masih tak menyadari jika, wanita yang berdebat dengannya adalah Titan.

Titan menghentikan langkahnya di depan sebuah lemari pendingin, ia mengambil satu botol air mineral lalu membuka kemasannya untuk diminum karena sudah kehausan.

Ditambah energinya terkuras karena bertemu dengan pria yang pernah tidur dengannya. Titan masih berpikir seperti itu, nyatanya?

"Eh, itu bukannya Dewi Titan?" ucap seorang gadis yang mengenali artis itu saat maskernya dilepas.

"Iya benar, itu Dewi Titan. Sudah lama menghilang ternyata, masih berani menampakkan diri. Sangat tidak tahu malu," cibir salah satu dari mereka.

"Lihat gayanya, masih sok seperti dulu, mungkin sekarang masih menjadi simpanan suami orang," lanjut gadis itu. Kedua gadis berseragam kantor itu menghampiri Titan.

"Wah...Wah... aku sungguh tidak menyangka bertemu dengan artis yang sudah tidak laku lagi di dunia hiburan," sindir salah satu dari mereka.

Mendengar sindiran itu, Titan menoleh lalu mengabaikannya, ia sudah tak punya energi lagi meladeni mereka. Ia sadar, dirinya yang dulu terlalu jujur dan mungkin menyinggung banyak orang.

Jadi, kalau sekarang orang-orang berpikir negatif tentang dirinya, mungkin itu karma dari kelakuannya dulu. Yang penting, dia harus fokus pada pekerjaannya!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 5 Dewi Titan, Kembali

    "Kenapa Mba? Kok pulang belanja mukanya malah bete?" tanya Giselle yang tengah merapikan beberapa pakaian Titan ke dalam lemari. "Kita makan saja, Giselle." Alih-alih menjawab, gadis itu malah menyuruh Giselle makan bersamanya sebelum beristirahat untuk syuting esok hari! *** "Dewi Titan!" seru Galaksi yang sudah lebih dulu ke lokasi syuting. Pria itu menyambut Titan dan Giselle. Kebetulan, sudah banyak sekali kru film yang tengah melakukan tugasnya masing-masing. Kedatangan Titan sontak menjadi pusat perhatian. Orang-orang berbisik-bisik di belakangnya, tapi gadis itu tak peduli. Ia tetap berjalan dengan percaya diri menemui sutradara Orion Dewangga dan Galaksi. Ada perasaan khawatir dalam diri Titan. Karena ini adalah kali pertamanya bertemu dengan sutradara itu. "Pak Orion, kenalkan, ini Dewi Titan," tutur Galaksi memperkenalkan artisnya. "Oh... jadi ini, artis yang punya banyak skandal itu?" cibir Orion dengan wajah dingin. Orion teringat kembali pertemuann

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 6 Tantangan Bagi Titan

    Galaksi dan Hamal berjalan menuju mobil tempat Gallen berada, sambil membawa pakaian ganti untuk pria itu. Namun langkah mereka terhenti saat melihat Gallen berdiri berhadapan dengan Dewi Titan di samping mobil, keduanya tampak kesal dan tidak akur. "Dewi Titan, kamu ngapain di sini?" tanya Galaksi dengan dahi berkerut. "Aku... tersesat," jawab Titan singkat, tanpa menatap Galaksi. Galaksi dan Hamal melempar pandang, heran, tapi tak ingin memperpanjang urusan. Galaksi pun menyerahkan goodie bag yang dibawanya. "Kak, ini pakaian gantinya," ucapnya pada Gallen. Titan terlihat kaget mendengarnya. “Kak? Kamu panggil dia siapa?” tanyanya sambil menunjuk wajah Gallen. "Dia Kakakku," jawab Galaksi sambil tersenyum. "Ka… kakakmu?" Titan tergagap, matanya membelalak menatap Gallen. Wajahnya penuh keterkejutan. Gallen membalas dengan senyum mengejek, puas melihat reaksi Titan. " Aku tidur dengan Kakaknya Galaksi?" batin Titan panik. Galaksi segera mengingatkan, "Ayo, kita ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 7 Skandal Baru

    "Dewi Titan, coba lihat ini!" seru Galaksi yang baru saja tiba di apartemen artisnya itu. "Apa?" Titan lalu melihat artikel yang ditunjukkan Galaksi dari ponselnya. Di sana ada gambar dirinya yang tengah mencium pria. Dalam artikel tersebut tertulis 'Dewi Titan yang sudah tidak terlihat lagi di dunia hiburan kembali membuat skandal'. "Apa-apaan ini!" Titan langsung beranjak dari duduknya. "Sepertinya, kemarin ada yang melihat kejadian itu," ujar Galaksi menebak. "Mba Titan, Mba Titan," panggil Giselle dari kamar sambil berlari ke arah Titan. "Ada apa? Kamu mau memberi tahu tentang artikel itu?" Giselle mengangguk cepat. "Tapi, kenapa wajah prianya malah di blur?" ujar Giselle tak suka, sambil terus menatap layar ponselnya. Giselle tak tahu kalau pria itu adalah Kakaknya Galaksi, karena kemarin ia tak melihat kejadiannya. "Pria itu siapa Mba Titan?" tanya Giselle kemudian. "E...itu...," Titan bingung menjawabnya lalu pergi begitu saja. Dengan menaikkan kedua alisnya G

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 8 Diam-diam Melindungimu

    "Bos, aku sudah menemukan orang yang menyebarluaskan foto itu!"Sementara itu, Hamal sudah bergerak cepat dan melapor pada Gallen. Pria itu tersenyum tipis. "Bagus, kamu memang bisa diandalkan." "Siapa dulu dong?" ujar Hamal dengan nada bangga. Gallen yang sedang membaca berkas, tiba-tiba menutupnya dan berdiri. "Ayo, kita ke lokasi syuting." "Kenapa Bos tiba-tiba rajin ke lokasi?" gumam Hamal pelan sambil mengikuti Gallen. Sementara itu, di lokasi syuting, Orion sedang mempersiapkan seekor anjing untuk adegan pengejaran Titan. Titan tampak cemas melihat anjing pemburu Golden Retriever yang cukup besar. "Pak Orion, tidak ada anjing yang lebih kecil dan lucu?" tanya Titan. "Tidak ada," jawab Orion tegas, lalu tersenyum licik. "Tenang, anjing ini sudah terlatih." Titan melirik Galaksi dengan wajah memelas. Tapi Galaksi hanya menggeleng. Bila Orion sudah memutuskan sesuatu, tak ada yang bisa mengubahnya. "Aduh, Mba Titan cari mati sendiri," ucap Giselle sambil menepuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 9 Apartemen 301

    "Maaf, Tuan. Ini pakaian Anda yang sudah selesai di laundry," ucap seorang gadis muda sambil menyerahkan beberapa pakaian kepada Gallen. "Kenapa kamu yang antar? Ibu kamu mana?" tanya Gallen, heran. "Ibu sedang sibuk, jadi aku yang mengantarkannya," jawab gadis itu sopan. "Terima kasih," balas Gallen. Gadis bernama Starla itu, berbalik dan berjalan pergi. Namun, baru beberapa langkah, Gallen memanggilnya. "Ada apa, Tuan? Apa ada masalah dengan pakaiannya?" tanya Starla, khawatir jika laundry-nya kurang bersih. "Bukan. Ini..." Gallen mengulurkan selembar uang seratus ribu. "Tidak, Tuan. Aku tidak bisa menerimanya," Starla menolak sopan. "Ambil saja. Ini untuk jajan," paksa Gallen. Setelah ragu sejenak, Starla akhirnya menerimanya sambil mengucapkan terima kasih sebelum pergi. Sementara itu... Titan berdiri di depan unit apartemen yang salah. Seharusnya ia menuju unit 301, tapi malah berhenti di depan 311. Untungnya, penghuni unit itu tidak mengenalinya k

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 10 Kontrak Seumur Hidup

    "Apa kamu yakin akan menjadikan Rigel Adrian cameo?" tanya Gallen lewat sambungan telepon. Suaranya terdengar ragu setelah Orion mengabarkan rencananya. "Yakin," jawab Orion mantap, tanpa sedikit pun keraguan dari suaranya. "Tapi kamu tahu sendiri, kan..." "Aku tahu," potong Orion cepat, tak memberi Gallen kesempatan menyelesaikan kalimat. "Bagaimanapun, sekarang Titan bukan pemeran utama di filmku. Dia harus menerima keputusan apapun yang kubuat," lanjut Orion dengan nada tegas. Gallen menghela napas panjang. "Yah, itu terserah padamu. Hanya saja..." "Kamu mengkhawatirkan Titan," tebak Orion, tajam seperti biasa. Gallen terdiam. Tebakan Orion membuatnya tak bisa mengelak. "Apa kamu menyukai Titan?" tanya Orion tiba-tiba, membuat Gallen terhenyak. "Hah? Ngaco kamu," kilah Gallen gugup. "Kamu memang menyukainya. Jujur saja pada dirimu sendiri." Gallen memutuskan sepihak sambungan teleponnya, membuat Orion kesal. "Suka, bukan suka... Aku hanya peduli. Aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 11 Kenapa Harus Bertemu Mereka?

    "Jadi ini, tugas yang kamu berikan?" Titan melirik Gallen. Keduanya duduk berseberangan. Gallen meminta Titan menemaninya makan. "Sepertinya, kamu berpikir lain." "Cih!. Aku hanya khawatir, karena kamu tidak bisa di tebak." Pria gagah itu menyeringai, "Masih ada lagi, kamu tunggu saja." Ponsel Gallen bergetar, diabaikan begitu saja olehnya. Pria itu merasa terganggu saat orang yang menghubunginya tak mau berhenti. Gallen mengangkat panggilan tersebut. "Halo," sapanya malas. "Gal, kamu di mana? Ayo kita ketemu," Suara diseberang sana terdengar manja. "Maaf, tidak bisa. Aku sibuk," Gallen langsung memutus panggilan tersebut. Menonaktifkan ponselnya. Titan melirik Gallen sekilas, wajah pria itu sangat masam. Suara wanita yang menghubunginya, apa itu kekasihnya? Tapi, kenapa dia kesal. Saat Titan tengah menikmati makanannya sambil sesekali melempar pandang pada Gallen, suara berat memanggil namanya dari belakang. "Titan!" Titan seketika kaku. "Suara ini?" Suara yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    bab 12 Tugas Baru: Diam dan Menikmati

    Saat berjalan menuju apartemennya, Gallen merasa ada seseorang yang membuntutinya. Setiap langkah kakinya di lorong sempit itu terasa berat, seolah udara mendadak mengental. Ketika keluar dari lift dan menyusuri koridor, naluri tajamnya semakin menjerit. Dari sudut mata, Gallen menangkap bayangan. Siluet seorang wanita, tinggi, ramping, mengikutinya dengan gerakan senyap. Gallen memperlambat langkahnya. Beberapa meter lagi menuju unit apartemennya, ia berhenti mendadak. "Ada apa? Kenapa berhenti?" tanya Titan yang berjalan di belakangnya. "Aku punya tugas lain yang harus kamu lakukan. Kamu cukup diam dan menikmati," ujar Gallen, suaranya rendah dan penuh misteri. "Apa?" Titan mengerutkan dahi, wajah polosnya bingung. Tanpa memperingatkan, Gallen melepas masker yang dipakai Titan. Mata mereka bertaut. Titan belum sempat bereaksi, saat Gallen meraih dagunya, mendekatkan wajah, lalu — cup — bibir mereka bertemu dalam ciuman singkat namun menghentak. Titan terkejut. Matanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02

Bab terbaru

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    bab 24 Api yang Mulia Padam

    Suara burung pagi tak mampu menenangkan hati Galaksi yang masih kacau. Ia duduk di bangku taman kecil dekat rumah keluarga Pratama, memeluk lututnya sendiri. Ponsel di genggamannya tiba-tiba berdering. RIGEL. Galaksi terdiam beberapa detik, menimbang. Lalu ia menjawab, "Halo?" "Ayo, kita ketemu!" Semalam, Rigel berdiri di depan cermin, wajahnya penuh dilema. Di tangannya, ponsel menyala dengan nama kontak, Dewi Titan. Tapi kemudian ia menghela napas panjang dan… menggulir layar. Ia mengetuk nama lain, Galaksi. "Titan tidak akan percaya padaku. Tapi dia… mungkin masih bisa." Rigel dan Galaksi akhirnya bertemu setelah semalam pria itu menghubunginya, keduanya duduk berhadapan di sebuah kafe yang sepi. "Aku tahu kamu tidak percaya padaku, Galaksi. Tapi Adhara dan Lyra sedang menyusun sesuatu. Mereka ingin menjatuhkan Titan... dan juga Gallen." Galaksi mengernyit. "Mana buktinya, kamu pikir aku percaya." "Sekarang aku memang tidak punya bukti. Tapi, aku dengar sendiri

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 23 Sakit Tak Berdarah

    Suasana rumah keluarga Pratama berubah tegang. Gallen baru saja tiba, belum sempat duduk, Kakek Pratama sudah berdiri dengan tongkat kayu di tangan. "Dasar, bocah tengik!" DUAK! Tongkat kayu tua menghantam punggung Gallen. Sekali, dua kali dan ketiga kali. Gallen meringis, tapi tak bergerak sedikit pun. "Kamu sudah mempermalukan keluarga ini, Gallen! Di depan tamu-tamu kehormatan!" "Kamu kira ini pementasan sandiwara?! Pantas saja waktu itu kamu langsung setuju bertunangan dengan Adhara. Jadi, ini rencanamu!" Lagi, tongkat kayu Pratama Wira menghantam punggung Gallen, ini sudah yang keempat kalinya. Gallen tetap bergeming di tempatnya. Suara Pratama Wira bergetar, dadanya seperti dialiri lahar panas, wajahnya memerah, urat di lehernya tegang. Napasnya terengah-engah. Gallen menunduk dalam diam. Ia membiarkan Kakeknya meluapkan semua. Ia tahu, kemarahan kakeknya bukan hanya tentang pertunangan, tapi tentang harga diri keluarga yang hancur di depan publik. Galaksi masuk

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    bab 22 Pertunangan yang Hampa

    Hari yang dinantikan Adhara tiba, akhirnya, Gallen akan menjadi miliknya, pikirnya kala itu, sebelum sesuatu yang besar akan terjadi. Kilau lampu kristal memenuhi aula mewah tempat acara pertunangan berlangsung. Undangan dari kalangan elite industri hiburan dan bisnis berdatangan. Semua mata tertuju pada pasangan utama malam itu, Gallen dan Adhara. Gallen berdiri tegap di sisi Adhara, mengenakan setelan jas abu gelap rancangan desainer ternama. Adhara, dengan gaun putih keperakan dan senyum sempurna, tampak seperti wanita paling bahagia malam itu. Saat cincin pertunangan disematkan, tepuk tangan menggema di seluruh aula. Kilatan kamera menyala bertubi-tubi. Media sosial mulai dibanjiri unggahan tentang "pasangan paling serasi tahun ini." Namun Gallen nyaris tak mendengar suara apa pun. Pikirannya melayang. Matanya sesekali melirik ke pintu masuk, entah berharap seseorang datang, atau sekadar ingin memastikan bahwa seseorang itu memang tidak akan muncul. Titan. Sementara it

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 21 Kegundahan Hati

    Hashtag "#WeStandWithTitan" mulai ramai. Dukungan datang perlahan, netizen mulai melihat bahwa mungkin Titan hanya korban, Titan tak seburuk yang dibayangkan. Giselle menghampiri Bos-nya dengan mata berkaca-kaca. "Aku bangga, Lihat Mba..." Titan hanya tersenyum, lelah tapi hangat. "Kita belum selesai, Giselle. Tapi paling tidak, aku sudah bisa bernapas lega." Rasanya beban dipundaknya menghilang. Konferensi pers itu bukan hanya menghapus tuduhan, tapi juga membuka jalan baru. Dalam hitungan hari, nama Titan kembali muncul di berbagai media, bukan sebagai bahan gosip, tapi sebagai aktris yang bangkit dari keterpurukan. Produser film mulai menghubunginya lagi. Tawaran bermain di drama prime time datang silih berganti. Ada juga ajakan menjadi peserta reality show dan pemotretan untuk majalah fashion ternama. Titan kembali sibuk. Pagi, ia menghadiri meeting proyek film. Siang, fitting kostum untuk sesi pemotretan. Malamnya, gladi resik untuk reality show yang akan tayang pek

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 20 Melawan dengan Percaya diri

    Hari konferensi pers pun tiba. Ruangan dipenuhi wartawan dari berbagai media, kamera-kamera sudah siaga mengarah ke satu kursi kosong di depan ruangan. Bisik-bisik memenuhi udara, sebagian mempertanyakan keberanian Titan, sebagian lain menunggu sensasi baru. Tak lama, Titan masuk. Ia mengenakan kemeja putih sederhana dan celana hitam, tanpa riasan berlebihan, penampilannya mencerminkan kesungguhan. Ia menunduk sopan sebelum duduk. Sesaat, ia mengatur napas, lalu memulai. "Terima kasih atas kedatangan teman-teman media hari ini," ucapnya tenang. "Saya tahu, mungkin tidak semua dari kalian percaya pada saya. Tapi hari ini, saya di sini bukan untuk mencari pembenaran, melainkan untuk menyampaikan kebenaran." Ruangan mendadak hening. "Selama ini saya diam. Ketika dikatakan menjalin hubungan settingan. Ketika dituduh menjadi selingkuhan, saya juga tetap diam. Tapi diam saya bukan berarti saya bersalah, saya hanya terlalu lelah untuk melawan." Napas Titan bergetar. Tapi, ia melanj

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 19 Membalikkan Keadaan

    ***** Rigel berdiri mematung di balkon. Tangannya menggenggam ponsel yang menampilkan artikel dengan headline yang tak asing. "Dewi Titan Kembali Tersandung Skandal Lama Bersama Rigel Adrian?" Matanya menyipit. Ia berbalik dan berjalan cepat ke dalam. "Mba Lyra!" Wanita itu muncul dari ruang kerja, seperti sudah tahu panggilan itu akan datang. Tenang. Seperti biasa. "Kamu yang melakukan ini?" "Kenapa nada bicaramu seolah terkejut? Sejak kapan kita pura-pura jadi orang baik?" "Kamu janji, Mba Lyra. Setelah Titan keluar dari manajemen, kamu bilang tidak akan ganggu dia lagi." "Kapan aku pernah menjanjikan itu," Lyra melangkah pergi. Rigel, menatap ponsel yang kini terasa lebih berat di tangannya. Titan... maaf. Sementara di tempat lain... Gallen dan Titan duduk bersimpuh di bawah, sedangkan Galaksi duduk di sofa. Mereka seperti tersangka yang sedang diinterogasi. "Ada apa ini Kak. Kenapa Dewi Titan ada di sini?" "Apa kalian punya hubungan?" "Apa kalian be

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 18 Pasrah, Itu Bukan Gayaku

    Nama Titan kembali jadi sorotan media, tapi bukan karena prestasi. Artikel demi artikel membongkar "skandal lama" yang dibumbui tuduhan baru. Di kolom komentar, netizen berdebat. Ada yang membela, tapi lebih banyak yang menghakimi. "Cara mudah mendongkrak popularitas, artis tak tahu diri!" "Lihat, artis gagal kembali membuat sensasi." "Boikot Dewi Titan." Giselle tak lepas dari layar ponselnya, memantau berita. Setiap melihat satu komentar pedas, ia ingin menjerit. Tapi Titan hanya diam. Tidak menangis. Tidak marah. Justru itu yang membuat Giselle takut. "Mba Titan, kita harus klarifikasi. Atau paling tidak, posting sesuatu..." Titan hanya menatap kosong layar ponselnya. Kata-kata cacian dan hinaan memenuhi pikirannya. "Kalau aku jelaskan pun... siapa yang akan percaya?" Titan duduk bersandar di jok mobil. Titan lelah, pikirannya bercabang, bukan masalah skandalnya, justru masalah pertunangan Gallen yang membuatnya resah. Titan tetap datang profesional. Tapi, suasana

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 17 Di Hajar Lagi, Dengan Skandal yang Sama

    Pengumuman resmi pertunangan Gallen dan Adhara menjadi headline di berbagai media. Foto elegan yang menampilkan keduanya dengan senyum bahagia tersebar luas, disertai pernyataan manis dari Gallen. "Aku percaya pada janji yang pernah diucapkan Kakekku, dan kini saatnya aku menepatinya." Di ruang rias sebuah studio syuting, Titan menatap layar ponselnya lama. Gambar pertunangan itu membuat dadanya terasa sesak. Ada bagian dalam dirinya yang mulai ia pahami, perasaan yang sejak lama diabaikannya. "Dia... bertunangan?" gumam Titan pelan, nyaris tak terdengar. Ada yang menusuk dihatinya, sakit, remuk perlahan kemudian hancur. Giselle masuk, membawa segelas kopi. Ia terdiam sejenak melihat ekspresi Titan. "Mba Titan... kamu kenapa?" Titan cepat-cepat menyimpan ponselnya dan berbalik menghadap cermin. "Tidak apa-apa," Titan mencoba tersenyum, meski tak sampai ke matanya. "Mba, ada berita heboh." Titan menunjukkan ponselnya pada Giselle, "Maksudmu, ini?" Giselle mengangguk

  • Bintang Kesayangan CEO Tampan    Bab 16 Yang di Tunggu-tunggu

    "Gal, terima kasih," Titan memeluk Galaksi yang baru saja datang. "Terima kasih untuk apa?" tanya Galaksi bingung. Titan mengurai pelukannya. "Lihat, namaku sudah hilang di pencarian teratas, pasti kamu yang melakukannya," Gadis itu memperlihatkan ponselnya. Berita tentang dirinya dan Rigel, hilang begitu saja. Tanpa jejak. Tak lagi bisa di akses. "Tapi, Aku tidak-" "Sudahlah, aku akan bersiap-siap," Titan pergi dengan wajah ceria, senyumnya terus mengembang. Ia beruntung, Galaksi menjadi managernya. Sedangkan Galaksi, masih bingung, karena bukan dia yang melakukannya. Titan sibuk menghafal dialog. Hari ini syuting adegan penting bersama Rigel Adrian, satu ruangan, satu scene penuh, dan tidak ada jalan untuk menghindar. Saat Titan masuk ke studio, Rigel sudah menunggunya. Pria itu mengenakan kemeja putih kusut, seolah disengaja untuk memunculkan kesan 'bad boy' di depan kamera. "Selamat pagi, Dewi Titan," sapanya, nada suaranya sinis. Titan hanya mengangguk ding

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status