Juli, 2022.
"Sama siapa lagi sih, Ma?" tanya gadis berparas oriental itu sambil duduk di sebelah Ibunya yang kini asik menata beberapa alat makeup dengan jumlah begitu banyak.Wanita berumur empat puluh delapan tahun itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari putri semata wayangnya. Tak bisa ia bendung, hari ini perasaannya begitu bahagia setelah hampir enam tahun lamanya tidak merasakan kehangatan di dalam hati."Ma, Airin nanya di jawab dong," desak gadis itu lagi, memandang Ibunya kesal."Ada deh, nanti Mama kenalin ya, sayang."Airin mendengus kesal, bukannya ia tidak setuju Ibunya yang bernama lengkap Kim Hanna blasteran Korea-Indonesia itu akan menikah lagi, tetapi ini sudah kesekian kalinya.Meski hampir berkepala lima, Kim Hanna memang memiliki paras wajah yang awet muda seperti wanita usia tiga puluhan. Tak heran masih banyak laki-laki yang menyukainya."Ma, setahun ini Mama udah kenalin Airin sama dua cowok loh, jadi ini cowok ke tiga tahun ini?" tanya Airin, wajahnya tak kalah cantik dari Hanna.Airin memiliki nama lengkap Kim Ai Rin, dia adalah anak satu-satunya Kim Hanna. Saat Airin berusia dua puluh tahun, Ayahnya meninggal sehingga Hanna sudah enam tahun ini berstatus sebagai janda.Lima tahun pertama setelah ditinggal oleh sang suami, Hanna begitu menutup diri dengan beberapa pria yang mendekatinya. Hanna rasa tugasnya sebagai seorang ibu masih lah untuk mengutamakan kebahagian Airin sampai Airin menjadi gadis yang mandiri.Mungkin Hanna lelah dengan kesendirian, satu tahun belakangan ini Hanna faktanya mengencani beberapa pria, tetapi hubungan Hanna hanya separuh jalan. Ada saja hal membuat Ibu anak satu itu tidak jadi menikah meski putrinya yang bar-bar itu selalu mendukung keputusannya."Kali ini Mama yakin dia pria yang tepat untuk jadi Ayah kamu, Rin," jelas Hanna.Airin menghela napasnya. "Ma, Airin bisa menyesuaikan dengan siapa aja. Yang penting itu, itu om-om baik nggak sama Mama? Perhatian nggak sama Mama? Sayang nggak sama Mama?" ocehnya. "Lagian Airin udah dua puluh enam tahun, Ma. Airin nggak terlalu butuh sosok Ayah."Hanna tertawa kecil mendengar celotehan anaknya yang memang sudah menjadi gadis dewasa itu."Ma, Airin juga udah kerja. Jadi Mama nggak usah khawatirin Airin, oke?"Hanna membelai rambut panjang Airin, baginya sebesar apa pun anaknya itu Airin tetaplah seorang gadis kecil yang akan ia jaga.Di tengah celotehan antara Ibu dan anak berlangsung, seorang pegawai dari bangunan sebelah mengetuk pintu rumah milik keluarga Kim."Mam, ada yang minta di rias, di depan," ujar salah satu pegawai di rumah Hanna."Oh oke, tunggu ya," ujar Hanna, beranjak dari kursi duduknya. "Istirahat sana, besok kamu kerja lagi kan?"Hanna meninggalkan Airin, ia melangkahkan kakinya setapak demi setapak dari rumah tinggalnya ke bangunan sebelah yang disulap menjadi sebuah salon.Bangunan rumah Hanna dan salon tersebut masih satu halaman, bisa dikatakan rumah keluarga Kim memang luas. Salon yang di beri nama Kim Salon tersebut sudah berdiri sejak Kim Hanna menikah dengan Ayah Airin, pasalnya Hanna memang menekuni bidang kecantikan sejak dulu. Jadi saat Ayah Airin sudah meninggal, Hanna tidak terlalu bingung untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena ia juga memiliki penghasilan sendiri yang bisa dibilang di atas rata-rata setiap bulannya.Tidak hanya salon, halaman luas keluarga Kim dijadikan sebagai toko bunga, begitu indah seperti taman yang ada di film-film Disney. Berbagai bunga dan pohon-pohon kecil tumbuh dari depan hingga teras belakang, sehingga siapa saja betah berada di sana. Dari dua penghasilan itulah Hanna bisa hidup berkecukupan sampai saat ini.*Malam yang sudah Airin tunggu-tunggu karena rasa penasaran akan kekasih Ibunya tiba.Dengan anggunnya, dia dan Ibunya melangkahkan kaki memasuki sebuah restoran mewah berkonsep makanan khas Western di tengah kota. Tidak duduk bersama dengan orang-orang lain di tempat umum, calon Ayah tiri Airin memesan sebuah ruangan private agar tidak ada yang mengganggu keharmonisan pertemuan pertama mereka.Kim Hanna menggunakan dress hitam panjang elegan, bagian atasnya tertutup dan rambutnya di sanggul modern. Wajahnya ia rias sendiri karena memang ia seorang MUA terkenal.Sedangkan Kim Ai Rin, seperti biasa. Ia tampil seksi apa adanya. Ia menggunakan dress merah kerah V-neck dengan lengan pendek, panjang dresnya hanya seatas lutut. Rambut pirangnya ia biarkan terurai dengan indah hingga membuat wajahnya terlihat semakin cantik dan elegant.Pegawai resto membawa mereka hingga tiba di sebuah ruangan."Hai, pasti kamu Airin," sapa laki-laki yang tampil memukau menggunakan setelan jas hitam.Airin menyambut laki-laki itu dengan hangat, ia menjabat tangannya sambil tersenyum ramah. "Hai, Om.""Ayo duduk," ajaknya.Airin duduk bersebelahan dengan Mama-nya, sedangkan Om-om itu duduk di sebrang Kim Hanna."Sendiri? Kai mana?" tanya Kim Hanna, tak bisa membendung kebahagiannya."Kairan ke toilet," jawab laki-laki yang tak asing wajahnya di mata Airin. "Oh iya, perkenalkan nama saya Yoseph, bisa kamu panggil Om atau Papa juga nggak papa, hehe,” jelas dan candanya.Airin mengangguk tanda mengerti. "Saya kok kaya nggak asing sama wajah Om Yoseph ya?" tanyanya curiga."Dia itu sutradara terkenal Airin, jelas kamu nggak asing," sahut Kim Hanna dengan bangganya memperkenalkan calon suaminya.Bola mata Airin membelalak. "Yoseph Valo?" tanyanya.Yoseph mengangguk."Astaga! Ma, ini beneran?" Airin heboh. Ia tak menyangka calon Ayahnya adalah sutradara terkenal yang dikenal memiliki sifat humoris dan baik hati di mata publik.Kim Hanna mengangguk mantap.Yoseph Valo ikut tertawa melihat kehebohan Airin.Yoseph Valo sering memenangkan penghargaan saat karya-karya film-nya di tayangkan. Yoseph memang lebih sering menggarap film bertema action, tetapi hasil garapannya bukan kaleng-kaleng.Di tengah keriangan Yoseph, Hanna, dan Airin, seorang laki-laki bertubuh jangkung masuk dengan tatapan dingin. Melihat kehadiran laki-laki itu, bola mata Airin semakin melebar hingga hampir keluar dari tempatnya.Ia tidak menyangka, laki-laki yang seliweran di layar bioskop dan TV itu kini duduk di sebrangnya. Ia juga baru sadar, laki-laki yang duduk di sebrangnya ini adalah anak tunggal Yoseph Valo.Siapa saja mengenalnya, pasalnya laki-laki itu pernah dinobatkan menjadi laki-laki paling tampan dua tahun berturut-turut. Tak hanya itu, laki-laki bernama Kairan Valo itu terkenal dengan image cool-nya, berbeda dengan Ayahnya yang super duper ramah dan lucu bagai pelawak."Ma ... kalau Mama nikah sama Om Yoseph, berarti kita jadi keluarga artis gitu?" bisik Airin, masih menganggap ini mimpi.Meski membisik, Yoseph dan Kairan bisa mendengarnya. Yoseph kembali tertawa karena ulah Airin. "Iya, kamu jadi keluarga artis. Hahaha...."Airin meringis kecil, menatap Kairan yang sedingin gunung es. Kairan sibuk mengiris steak di piring tanpa tertawa sama sekali."Ssst, dia emang gitu. Sabar ya," sahut Yoseph lagi. "Anak om yang satu ini emang nggak banyak omong, tapi sebenarnya dia baik," Yoseph menepuk pundak Kairan.Airin mengangguk tanda mengerti dengan tatapan matanya yang berbinar. Ia masih tak menyangka, jika Mamanya menikah dengan Yoseph Valo, maka dia akan menjadi adik tiri dari Kairan Valo."Oh iya, Airin umur berapa?" tanya Yoseph kemudian."Dua enam, Om.""Oh berarti kamu masih jadi adiknya Kai, si Kai dua sembilan."Airin angguk-angguk lagi. “Sumpah, Ma! Pilihan Mama buat calon Papa Airin kali ini keren banget!”“Ish Airin, jangan buat Mama malu,” celoteh Kim Hanna pada anaknya itu.Spontan Yoseph tertawa lagi melihat kedekatan Hanna dan Airin yang duduk di sebrangnya dari tadi. Yoseph rasa, buah memang tak jatuh dari pohonnya. Buktinya sifat Airin mirip sekali dengan Hanna yang periang."Kai, nih dimakan," ujar Kim Hanna tiba-tiba, menyodorkan beberapa makanan lain yang ada di dekatnya.Kai hanya mengangguk."Airin beneran nggak nyangka, kalau Mama jadi nikah sama Om Yoseph, bakal jadi keluarga Valo," terang Airin lagi yang kesekian kalinya di sela-sela ia mengunyah. Airin akui, dia sangat bahagia kali ini.Siapa yang tidak bahagia ketika menjadi dirinya yang sebentar lagi akan masuk ke dalam keluarga salah satu orang terkenal di Indonesia? Airin rasa tidak ada."Udah makan dulu, jangan cerewet," tegur Kim Hanna.Saat menyantap makanan, mereka hening.Keluarga Valo sangat mengusung tata krama, ketika sedang makan mereka memang terbiasa diam, tidak sambil bicara seperti orang-orang lain. Berbeda dengan keluarga Kim yang tak bisa diam meski sedang tidur.'Gue jadi adiknya artis, mimpi apa gue,' pikir Airin sambil sesekali melirik keluarga Valo. 'Om Yoseph sih kayaknya nggak masalah jadi Ayah tiri, tapi Kairan ... ini cowok bisu apa gimana coba, kok bisanya nggak ngomong sama sekali. Ganteng sih, tapi kalau nggak ramah mah bintang satu.'Airin tersedak seketika saat tiba-tiba Kai mengarahkan tatapan elangnya padanya.Uhuk-uhuk."Airin, makanya makan yang tenang jangan kebanyakan gaya," ucap Hanna, menyodorkan anaknya itu segelas air. “Kebiasaan deh kamu ya, nggak bisa anggun jadi cewek.”Yoseph menahan tawanya.Airin cengengesan.Mereka melanjutkan makan malam dengan diam, hingga makanan habis dan hanya menyisakan beberapa cemilan yang masih tersaji.Kairan tetap diam, tak banyak bicara. Sedangkan Airin, ia tak henti-hentinya bicara dan membuat gelak tawa di ruangan itu."Oh iya, Airin ... boleh nggak Om habis ini ajak Mama kamu jalan-jalan?"Airin mengangguk cepat. "Boleh banget. Mama sama Om nggak usah khawatirin Airin, Airin bisa pulang naik taksi sendiri.""Ngapain naik taksi, biar Kairan antar kamu," sahut Yoseph. "Kai, antarin calon adik kamu, ya?"Tak banyak bicara, Kairan hanya mengangguk sambil menatap tajam calon adik tirinya itu.Ia melangkahkan kakinya setapak demi setapak dari rumah tinggalnya ke bangunan sebelah yang disulap menjadi sebuah salon. Bangunan rumah Hanna dan salon tersebut masih satu halaman, bisa dikatakan rumah keluarga Kim memang luas. Salon yang di beri nama Kim Salon tersebut sudah berdiri sejak Kim Hanna menikah dengan Ayah Airin, pasalnya Hanna memang menekuni bidang kecantikan sejak dulu. Jadi saat Ayah Airin sudah meninggal, Hanna tidak terlalu bingung untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena ia juga memiliki penghasilan sendiri yang bisa dibilang di atas rata-rata setiap bulannya. Tidak hanya salon, halaman luas keluarga Kim dijadikan sebagai toko bunga, begitu indah seperti taman yang ada di film-film Disney. Berbagai bunga dan pohon-pohon kecil tumbuh dari depan hingga teras belakang, sehingga siapa saja betah berada di sana. Dari dua penghasilan itulah Hanna bisa hidup berkecukupan sampai saat ini. * naskah ini sudah dihapus / diedit acak penulis krn tidak bisa dihapus manual me
Hanna meninggalkan Airin, ia melangkahkan kakinya setapak demi setapak dari rumah tinggalnya ke bangunan sebelah yang disulap menjadi sebuah salon. Bangunan rumah Hanna dan salon tersebut masih satu halaman, bisa dikatakan rumah keluarga Kim memang luas. Salon yang di beri nama Kim Salon tersebut sudah berdiri sejak Kim Hanna menikah dengan Ayah Airin, pasalnya Hanna memang menekuni bidang kecantikan sejak dulu. Jadi saat Ayah Airin sudah meninggal, Hanna tidak terlalu bingung untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena ia juga memiliki penghasilan sendiri yang bisa dibilang di atas rata-rata setiap bulannya. Tidak hanya salon, halaman luas keluarga Kim dijadikan sebagai toko bunga, begitu indah seperti taman yang ada di film-film Disney. Berbagai bunga dan pohon-pohon kecil tumbuh dari depan hingga teras belakang, sehingga siapa saja betah berada di sana. Dari dua penghasilan itulah Hanna bisa hidup berkecukupan sampai saat ini. * Malam yang sudah Airin tunggu-tunggu karena rasa pen
Krek. Dalam sekali gerakan, pintu kamar mandi itu terkunci. “Kamu sengaja kan buat aku nggak nyaman kaya gini biar aku akhirnya benar-benar menentang hubungan orang tua kita?” tanya Airin pada sosok bertubuh tinggi yang kini kembali mengunci tubuhnya. Kairan mengangguk. “Kamu bisa bayangin kan kalau aku jadi kakak tiri kamu gimana nasib kamu sehari-hari harus bertemu dengan cowok kaya aku?” “Tch, di depan wartawan sok suci. Nyatanya brengsek!” ucapnya berapi-api. Airin tidak pernah sebenci ini pada orang, baru kali ini. Melihat senyum setan di wajah Kairan, Airin memberanikan dirinya. Ia malah memajukan wajahnya dengan sedikit berjinjit agar bisa menyamai tinggi badan Kairan. “Kamu pikir aku takut sama ancaman kamu?” tantangnya lagi. Gadis itu memicingkan matanya, ia ikut melayangkan devil smile-nya pada Kairan. “Aku nggak akan biarin orang tua kita menikah,” ucap Kairan lagi. “Aku yang harus menikah sama kamu.” Mendengar kalimat itu, alis Airin sedikit naik. “GILA!” katanya ke
Kairan kembali mengendarai mobilnya, selama di dalam mobil dia benar-benar kesal apalagi terkait pembicaraan Airin dan Tristan karena ia takt ahu sama sekali hubungan dua orang tersebut. Kairan bingung, sejauh mana sudah sebenarnya Airin pernah berpacaran? Apakah gadis di sebelahnya ini sama dengan gadis-gadis nakal di luaran sana yang ganti-ganti pasangan dan hanya pura-pura polos? Karena emosi dan penuh pertanyaan, Kairan Valo menghentikan mendadak mobilnya saat baru melintas gerbang utama perumahan. Ia menghentikan mobilnya itu di taman utama perumahan yang masih ramai akan pengunjung. “Dia tadi siapa?” tanya Kairan tiba-tiba. “Bukan urusan kamu.” “Ini urusan aku,” tangkapnya. “Jawab pertanyaan aku!” “Apa hubungannya sama kamu?” tanya balik Airin. “Masalah hidup aku nggak ada hubungannya sama kamu, Kairan Valo.” “Aku nggak pernah biarin milik aku, dimiliki orang lain.” Bola mata Airin membelalak. “Kamu milik aku, Kim Ai Rin!” “Aku bukan milik kamu, Kairan Valo! Aku tau kamu
Kairan Valo dan Yoseph Valo beserta beberapa pekerja di kebun keluarga Kim bekerja keras memindah beberapa pot kembang agar terlihat berbeda. Kairan begitu kuat, ia mampu mengangkat pot besar itu sendiri padahal yang lain harus berdua. Sedangkan Yoseph, baru tiga kali mengangkat sudah ngos-ngosan dan berkeringat. Di sebelahnya ada Kim Hanna yang memijat-mijat sambil mengipasi Yoseph. “Darling capek ya, maafin ya darlingku.” “Maklum darling, udah berumur nggak sekuat jaman muda. Hufh, hufh …,” candanya. “Tuh Kairan, nggak ada capeknya tuh.” Kim Hanna menatap arah pandangan Yoseph, ia tersenyum. “Beruntungnya Airin punya kakak kaya dia.” Yoseph mengangguk. “Jadi nggak sabar buat menikah.” “Ih, darling!” Pukul setengah tujuh pagi, keluarga Kim dan keluarga Valo duduk di kursi meja makan, menyantap beberapa makanan yang tersaji. Berbeda dengan Yoseph dan Hanna yang suap-suapan di mabuk asmara, yang terjadi pada Airin adalah kecanggungan karena duduk bersebelahan dengan Kairan. Sedan
“Bang Tristan!” panggil Airin dengan suara riangnya, melangkah happy masuk begitu saja ke kamar milik tetangganya itu saat pukul tujuh malam membawa sekotak cake kesukaan Tristan yang ia olah sendiri dengan penuh kasih sayang. “Rin?” sahut Tristan, ia duduk di kursi kerjanya. Di dalam kamar Tristan memang tidak hanya ada kasur dan sofa, melainkan ada ruang kerja kecil di sudut kanan dekat jendela. Maklum hobinya Tristan adalah bekerja hingga jatuh sakit karena kelelahan. Tristan yang kini berprofesi sebagai pengacara muda itu juga menangani banyak kasus, maka dari itu istirahatnya kurang. “Kata Mama kamu sakit, jadi aku buatin cake kesukaan kamu nih,” katanya, duduk di sebrang meja Tristan. Tristan tersenyum, ia menutup laptopnya dan melepas kacamata kerjanya. “Brownis kesukaan aku nih?” Airin mengangguk. “Kapan kamu buatnya, Rin? Kan kerja kan tadi?” “Iya tadi pulang kerja langsung buat dikit, khusus buat kamu. Biar cepat sembuh.” “Thanks ya,” katanya membelai rambut Airin, ke
“Makasih ya Tristan, udah ikut bantu juga,” ucap Kim Hanna saat berada di kamar 1208, kamar Airin. “Iya tante, sama-sama,” ujar Tristan yang duduk di salah satu sofa kamar. “Eh Kinan mana?” tanya Kim Hanna lagi, masih mengambil pakaian di koper Airin. “Udah pulang duluan tadi.” “Kamu juga pulang apa mau tante pesenin kamar?” tanya Kim Hanna lagi. “Pulang aja, lagian nggak jauh dari rumah.” “Oh gitu, yaudah.” Kim Hanna duduk di kursi rias sambil mengedarkan pandangannya pada anak semata wayangnya yang sejak tadi bersembunyi di balik selimut di atas kasur kamar hotel. “Rin, mama tidur kamar kamu aja boleh nggak?” tawar Kim Hanna. “Nggak!” jawab gadis itu cepat dari balik selimut, seluruh tubuhnya menghilang di telan selimut. “Airin mau sendiri.” “Yah kamu nih, mumpung kita di hotel masa kamar sendiri-sendiri,” omel Kim Hanna, membuat Tristan tertawa kecil. “Tu anak kenapa lagi?” tanya Hana pada Tristan. Tristan menggelengkan kepalanya. “Yaudah Mama tidur di kamar Mama kalau g
Satu minggu lebih Kairan tidak mengganggu Airin karena sedang syuting acara variety show di luar negri. Hidup Airin begitu tenang dan damai sentosa. Tetapi Kairan tidak tenang, ia terus menerus memikirkan gadis bernama Kim Airin yang sepenuhnya menguasai otak dan hatinya. Walau awalnya Kairan hanya memanfaatknya untuk memecah belah hubungan orang tua mereka, tak ia sangka hari demi hari membuatnya rindu. Rindu menyiksa yang tak pernah ia rasakan pada siapa saja sebelumnya. Setiap hari ia mengirimkan pesan untuk Airin, bahkan ia menelpon gadis itu, tetapi Airin tidak menggubrisnya sama sekali. Malah satu hari terakhir ini, pesan dan panggilannya tidak ada yang masuk, sedangkan saat ia mencoba menggunakan nomor ponselnya yang lain pesan panggilan itu masih masuk. Kairan yakin, Airin telah memblockir nomor ponselnya. Sial. Entah apa yang Airin lakukan di sana? Sedang bersama siapa? Sedang memakai pakaian sopan atau tidak? Kairan hanya bisa mengira-ngira. Masalahnya sejak pertunangan o