Audrey ingin mengirim Wisnu ke planet mars, kedua kalinya datang ke rumah hanya untuk berbicara dengan kedua orang tuanya. Audrey tidak masalah datang kesini, tapi datangnya pagi seakan tidak ada pekerjaan sama sekali, tidak hanya itu setelah dari rumah langsung mengajaknya ke rumah minta di masakan.
“Mas, aku punya kehidupan pribadi loh. Kemarin kita sudah diluar kota bersama sekarang aku disuruh ke rumah lagi? Mas nggak salah?” Audrey menatap malas dengan nada kesalnya.“Aku lagi kangen sama masakanmu, kemarin yang kamu buatin udah habis.” Wisnu menjawab tanpa beban.“Mas kan bisa minta sama mamanya atau pembantu yang biasa ke rumah atau pesan online.”“Kartu aku di kamu jadi nggak bisa ambil uang cash.” Wisnu menjawab lagi yang membuat Audrey menatap tidak percaya “Memang kamu mau kemana? Aku antar.”Audrey tidak menjawab pertanyaan Wisnu, mengeluarkan kartu yang Wisnu berikan dan diletakkan di pahanya membuat Wisnu terkejut“Bos kamu sudah melamar terus kamu tolak?” tanya Icha kesekian kalinya.“Aku udah jawab berapa kali sih, Ca? Ampe bosan jawabnya.” Audrey memutar bola matanya malas.“Alasan kamu nggak masuk akal, Drey.” Icha menggelengkan kepalanya membuat Audrey semakin malas.“Kamu lihat Eza sama cewek?” tanya Rima yang diangguki Audrey.“Siapa tadi namanya? Dea?” tanya Yuli yang diangguki Audrey “Rim, apa ini cewek yang diceritain sama Eza?”“Dia ada cerita tentang Dea ke kamu?” tanya Audrey memberikan tatapan penuh selidik.“Ya, Eza tanya pendapat gimana kalau terima Dea? Padahal mereka belum kenal lama, mama udah terlanjur suka sama Dea.” Yuli menceritakan tentang pembicaraannya dengan Eza.“Kamu nggak cerita gitu ke aku? Japri kek kalau nggak bisa di group.” Audrey sudah menatap kesal pada Yuli.“Maaf, Drey. Aku juga bingung mau cerita sama kamu atau nggak, apalagi hubungan kalian baru aja berakhir.” Yuli
“Mas Wisnu nggak masuk hari ini katanya Galih sakit.” Derry berkata dengan suara keras memberikan pengumuman “Kalau ada yang butuh sama Mas Wisnu kirim pesan aja, cuman kalau balasnya lama tolong dimaklumi. Begitu informasi yang diberikan Mas Wisnu.”Audrey hanya diam, sakitnya Galih sudah diketahuinya beberapa semalam. Tidak banyak bisa membantu karena memang itu ranah pribadi Wisnu, Audrey bukan apa-apanya meskipun sudah dilamar beberapa kali.“Drey, kamu disuruh antar ini ke rumah sakit sama Mas Wisnu.” Derry memberikan amplop coklat yang membuat Audrey menatap bingung. “Berkas penting yang ketinggalan di mejanya, rencananya Mas Wisnu mau mampir ke tempat ini sebentar.”“Kenapa aku? Bisa teman-teman yang lain.” Audrey sedikit menolak.“Kamu yang anak baru dan belum banyak yang dikerjakan, Mas Wisnu bilang ini berhubungan sama perusahaan yang kamu datangi dulu.” Derry memberikan penjelasan yang sedikit masuk akal.“OB?” tanya
“Maaf, Drey. Kita nggak ada maksud, kita tahu Mas Wisnu suka sama kamu dan serius, makanya kita bantu Mas Wisnu.” Derry mengatakan dengan memberikan tatapan penyesalan.Audrey mendapati kedua rekan kerja seniornya mendatangi dirinya saat baru datang, menarik dirinya keluar di salah satu makanan cepat saji yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor. Mereka berdua menjelaskan alasan brada di pihak Wisnu, tanpa perlu Audrey susah-susah meminta mereka bercerita.“Ya sudah sih, lagian niat mbak dan mas baik sama Mas Wisnu.” Audrey menenangkan mereka berdua.“Lalu hubungan kalian berdua?” tanya Fifi penasaran.“Mbak tanya Mas Wisnu aja,” jawab Audrey yang membuat mereka berdua menatap malas.“Mas Wisnu masuk hari ini?” tanya Derry yang hanya diberikan jawaban mengangkat bahu “Kok nggak tahu?”“Mas Wisnu memang nggak bilang masuk atau nggak, mas.” Audrey menjawab sabar.“Kalau dari pengamatan aku...kalian sudah
Wisnu selalu penuh kejutan, Audrey belum memberikan jawaban atas lamarannya dan sekarang bertemu dengan orang tuanya. Membantah juga tidak akan bisa sama sekali, walaupun pernah bertemu sekali tapi tetap tidak bisa dianggap bertemu dengan berbicara panjang, tapi sekarang harus berhadapan dan berbicara panjang dengan mereka.“Kamu nggak salah? Usia kalian beda jauh loh, Nu.” Papanya Wisnu menatap tidak percaya.“Wisnu sudah yakin.”Audrey yang berada disamping Wisnu hanya diam, tidak mengeluarkan suara sama sekali. Beberapa kali tatapannya bertemu dengan orang tua Wisnu tapi langsung menundukkan kepalanya, genggaman tangan yang Wisnu berikan sebagai tanda penguat darinya.“Kita sih penting kamu bahagia sudah cukup.”Audrey menatap tidak percaya mendengar kata-kata yang keluar dari bibir papanya Wisnu, mengalihkan pandangan kearah mamanya yang berada disamping. Tatapan mereka bertemu membuat Audrey kembali menundukkan kepalanya, t
Mengusap wajahnya kasar, Audrey tidak bisa dihubungi sama sekali. Datang ke rumahnya orang tua Audrey mengatakan jika Audrey sudah keterima kerja di kota Bandung, tidak mungkin diam dan tidak memberitahukan sama sekali. Surat pengunduran dirinya diletakkan diatas meja kerjanya oleh OB, menurut informasi dikirimkan atas nama dirinya.Wisnu sama sekali tidak menyangka Audrey melakukan hal ini, selama ini semua berjalan baik-baik saja. Audrey tidak membantah sama sekali dengan keinginannya, hembusan nafas panjang dikeluarkan Wisnu yang seakan tersadar dengan semua yang dilakukannya.“Mas,” panggil Derry yang membuat Wisnu menatap kearahnya “Hasil audit sudah aku kirim ke email.”Wisnu menganggukkan kepalanya “Der, Audrey ada ngomong apa gitu sama kamu?”“Bener resign?” tanya Derry memastikan yang diangguki Wisnu “Audrey nggak pernah cerita apa-apa, mas. Fifi juga nggak tahu apapun tentang Audrey, dia jarang bicara hal pribadi sama kita.”
“Mau sampai kapan disini?” suara nenek terdengar mendekati Audrey.“Nenek nggak suka aku disini?” tanya Audrey dengan mengerucutkan bibirnya “Aku bilang sama kakek kalau nenek sudah ngusir aku.”Pukulan pelan diberikan nenek pada Audrey yang membuatnya mengerucutkan bibir “Anak nakal, terus kamu gimana?”“Disini temani nenek sama kakek.” Audrey menjawab tanpa beban.“Baiklah, terserah kamu.” Neneknya menyerah berbicara dengan Audrey “Nenek sudah tidak tahu harus bicara bagaimana sama kamu, apa kamu nggak kasihan sama Wisnu?”“Nggak, biarkan aku berpikir tenang dulu.”“Baiklah, kamu bisa disini selama yang kamu inginkan tapi satu hal jangan gantung nasib orang. Bayangin kamu di posisi dia pasti rasanya nggak enak, dibicarakan bukan kabur.”“Nenek makin cerewet.” Audrey menggoda neneknya yang lagi-lagi mendapatkan pukulan pelan di lengan “Sakit, nenek.”“Sudah, mending didalam menikmati hidup darip
Audrey menatap bangunan rumah yang pernah didatanginya saat liburan atau weekend, tapi pada saat itu datang karena diajak dan dijemput. Berbeda dengan sekarang dimana Audrey datang dengan tiba-tiba, tidak tahu pemilik rumah ada didalam atau tidak, tapi satu yang pasti sekarang bukan waktu sibuk audit.Menekan bel dengan harapan sang pemilik rumah yang membukanya, pagar terlalu tinggi membuat Audrey tidak bisa melihat mobil sang pemilik rumah. Hembusan nafas dikeluarkannya beberapa kali sebelum menekan bel rumah, menunggu beberapa saat tidak terbuka sama sekali, mencoba sekali lagi dengan menekan bel dan lagi-lagi tidak ada perubahan. Audrey menatap ragu, mencoba sekali lagi untuk ketiga kali atau terakhir kalinya dengan menekan bel, menunggu lagi dan hembusan nafas panjang dikeluarkannya ketika tidak ada pergerakan sama sekali, tampaknya sang pemilik tidak ada di rumah.Audrey menatap ponselnya dengan nomer lamanya, sedikit ragu menghubunginya tapi terlalu lama
Persiapan mereka menikah sangat cepat, Wisnu dan keluarganya sudah menyiapkan semuanya tanpa memerlukan Audrey. Beberapa jam yang lalu mereka resmi menikah, Galih menemani Wisnu sepanjang acara, mereka menikah dengan sangat sederhana karena memang keinginan Audrey dan terpaksa Wisnu memenuhinya.Audrey tidak mau diajak bulan madu, padahal Wisnu menginginkan bulan madu. Berbagai macam pertimbangan mereka melakukan bulan madu di kota sebelah tidak sampai Bali atau Lombok atau luar negeri. Mereka akan melaksanakan bulan madu nanti setelah pekerjaan di kantor selesai, awal dan akhir bulan adalah waktu sibuk-sibuknya dimana mereka harus melakukan audit dari satu perusahaan ke perusahaan lain.Wisnu sudah memutuskan membawa Galih bersama dengan mereka, Audrey tidak masalah. Mereka sudah bertemu dan sejauh ini Galih anak yang baik, anak yang tidak macam-macam dan mudah diatur. Audrey beberapa kali interaksi dengan Galih, bahkan sebelum pernikahan mereka menghabiskan w