Share

Bittersweet Love
Bittersweet Love
Penulis: nura0484

1

“Putus!?”

Teriak ketiga sahabat Audrey yaitu Icha, Rima, dan Yuli. Audrey hanya menganggukkan kepalanya sekali lagi, Audrey menceritakan apa yang terjadi pada hubungan dirinya dan sang kekasih, Eza.

“Eza nggak ada membela kamu gitu?” tanya Icha.

“Aku yang melarang, bagaimanapun orang tua itu paling penting.” Audrey menjawab dengan santai “Mbak Eva dari lama udah nggak suka sama aku.”

“Aneh sih kalau mama secara tiba-tiba nggak suka sama kamu.” Yuli menyahut langsung “Kalian ingat nggak?” mereka bertiga langsung menggelengkan kepalanya. “Aish...kalian ini. Mbak Eva dari awal kan memang nggak suka sama kamu, tapi mama? Dia awalnya welcome loh sama kamu terus kenapa tiba-tiba nggak setuju? Papa sih sejauh aku lihat nggak ada masalah.”

Diam, semuanya diam mendengar kata-kata Yuli. Audrey dari awal sudah curiga beberapa hal, tapi mencoba menghilangkan pikiran-pikiran negatif, tidak menjadi istri Eza bukan masalah besar. Mereka berdua masih bisa menjadi sahabat, selama ini mereka berawal dari sahabat dan berakhir dengan kekasih hampir lima tahun.

Eza mengatakan niatnya saat lulus dari kuliah, Audrey hanya menganggukkan kepalanya saja. Tidak terlalu berharap lebih dengan ajakan Eza menikah, sampai akhirnya mamanya Eza berbicara langsung dengan Audrey agar meninggalkan anaknya karena penyakit yang Audrey derita. Orang terdekat Audrey tahu tentang penyakit yang di derita, tapi mereka tidak tahu sakit yang seperti apa. Audrey sendiri tidak pernah menjelaskan detail tentang penyakitnya, bukan tidak bisa tapi Audrey bingung menjelaskannya bagaimana. Eza seringkali membantu Audrey dengan membeli obat-obatan untuk penderita jantung, tapi saat Audrey membawa obat itu pulang orang tua dan kakaknya melarang meminum obat itu karena memang tidak ada kaitan dengan sakit jantung yang dirasakannya.

“Eza itu cinta sama kamu, aku yakin dia akan melakukan segala macam cara agar kalian bersama.” Yuli berkata dengan penuh keyakinan.

“Aku malah berharap Eza tidak melakukan apa-apa, membiarkan semua keputusan terjadi. Restu orang tua lebih penting dibandingkan yang lain, aku nggak mau menikah kalau orang tua tidak merestui.”

“Bagus!” Rima memberikan jempol pada Audrey. “Pembicaraan ditutup, sekarang kita membahas mau kerja dimana setelah lulus ini? Sampai sekarang nggak dapat kerja mulu.”

“Aku nggak perlu kerja, suami sudah siap dengan uangnya.” Icha mengatakan dengan penuh kebahagiaan.

“Tetap aja cewek itu harus kerja, harus bisa apapun. Kalau ada apa-apa sama suami kita setidaknya bisa berdiri sendiri.” Rima memulai ceramahnya.

“Penting sekarang aku sudah menikah, kalau masalah itu memang benar tapi balik lagi kompromi dengan pasangan, komunikasi itu penting.” Icha memberikan kata-kata bijaknya.

“Udah...debat nggak penting kalian.” Audrey mengangkat kedua tangannya mengarah pada wajah Rima dan Icha.

“Aku udah keterima kerja, dibantu sama orang tuanya Bram.” Yuli melanjutkan dengan santai.

“Kalau gitu tinggal kita berdua ini yang belum kerja,” ucap Rima menatap Audrey.

“Aku kan udah keterima kerja di KAP, masa lupa? Terus bukannya kamu keterima di hotel?” Audrey menatap Mega bingung.

“Berhenti gue, lelah.” Rima mengatakan dengan nada malasnya.

“Juragan kaya kamu nggak usah kerja, tinggal terusin aja itu bisnis sapi papa. Duitnya banyak apalagi pas Qurban.” Yuli memberikan solusi dengan nada menggoda “Kamu sendiri kenapa kerja, Drey? Papa juga udah banyak uang tinggal minta selesai.”

“Mau pegang uang sendiri, biar tahu gimana susahnya cari uang.” Audrey menjawab dengan kesal pada Yuli.

“Udah...ahh...aku mau pulang.” Icha berdiri setelah membereskan barang-baranya “Kamu jangan sedih loh.”

Audrey memutar bola matanya malas, tidak lama Yuli juga pulang dijemput Bram. Rima menunggu Audrey, lebih tepatnya pulang bersama. Mereka berdua sudah berteman sejak putih abu-abu, memegang rahasia masing-masing diantara mereka berdua dan selalu pergi kemana-mana bersama.

“Memang kerja dimana?” tanya Rima penasaran.

“Punya senior di kampus, masih baru sih.” Audrey menjawab sambil lalu “Bukan yang full time begitu, tapi tetap aja kerja di KAP pasti buat pusing dan harus lembur.”

“Cowok yang pernah dekatin kamu dulu ada? Siapa namanya? Haduh...aku lupa namanya.” Rima mencoba mengingat nama pria yang pernah mendekati Audrey.

“Ishak.”

“Nah...itu dia...ada disana juga?” tanya Rima.

“Kayaknya nggak deh.” Audrey mencoba mengingat tentang Ishak “Dia udah jadian tahu sama adik kelas.”

Perjalanan mereka diisi dengan cerita tentang Ishak, pria yang pernah berusaha mendekati Audrey. Sayangnya tidak bisa karena masih ada Eza, Audrey sendiri bukan wanita yang bisa dengan mudah masuk kedalam pesona pria lain. Hubungannya dengan Eza memang sudah lama, bermula dari teman dan berakhir menjadi mantan, tapi mereka sudah berjanji akan tetap menjadi teman sampai kapanpun.

Audrey dan Rima masih ingat bagaimana dulu Ishak berusaha mendekati Audrey, hasil yang didapat nihil. Perjuangannya berakhir dengan kegagalan, perasaan bersalah membuat Audrey mencarikan pengganti atau lebih tepatnya wanita yang tepat bagi Ishak dan ternyata hubungan mereka sudah berjalan sudah mendekati setahun.

“Kalau dia tahu kamu putus pastinya masih mau sama kamu tu.” Rima mengatakan kata-kata yang membuat Audrey hanya menggelengkan kepalanya “Ahh....aku ingat satu lagi cowok yang pernah buat kamu hampir lupain Eza.”

“Apa sih? Daritadi bahas cowok mulu, kamu sendiri sama Dika gimana?” Audrey mengalihkan pembicaraan.

Pria yang akan disebut Rima akan membuat wajah Audrey memerah, pengalaman pada masa lalu membuat Audrey tidak bisa berkata-kata. Pada saat itu hubungannya dengan Eza berhenti sementara karena fokus dengan kegiatan awal kuliah, pria yang disebut Rima tidak lain adalah senior kampus Audrey.

Pria ini sangat baik, perhatian dan membantu semua mahasiswa baru, termasuk Audrey. Awalnya mengira jika pria ini menyukai dirinya, tapi ternyata salah besar. Senior atau pria ini hanya menganggap mereka semua adik, termasuk Audrey. Sejak itu mulai membatasi diri dengan seniornya ini, walaupun beberapa kali Audrey merasakan perhatian yang diberikan padanya berbeda dengan temannya yang lain.

Tidak lama setelah itu hubungan Audrey dan Eza berjalan kembali dan baik-baik saja sampai kemarin, Audrey melupakan seniornya dan memulai hidup dengan hubungan bersama Eza. Audrey sendiri tidak tahu kabar dari seniornya sama sekali, walaupun Audrey tahu jika mereka memiliki ketertarikan satu sama lain.

“Kalau kamu diberikan kesempatan ketemu sama dia, apa yang akan kamu katakan?” tanya Rima yang menyadarkan Audrey dari lamunannya.

“Entah, aku nggak ada pikiran kesana.” Audrey mengangkat bahu tanda jika dirinya memang tidak tahu harus bagaimana.

“Kalau dia bilang suka sama kamu saat itu, apa kamu terima?” tanya Rima.

“Dulu adalah dulu, sekarang adalah sekarang yang harus dijalani. Sekarang, setelah semua yang terjadi dengan Eza membuatku nggak yakin ada orang tua pria yang mau anaknya menikahi aku.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status