Share

2

“AUDREY!”

Teriakan sang mama membuat Audrey bergerak cepat keluar dari kamar dan melangkah kearah orang tuanya berada, lebih tepatnya meja makan. Kedatangan Audrey membuat yang berada di meja makan menatap kearahnya, penampilan Audrey masih dengan pakaian rumah yang belum mandi sama sekali.

“Kamu bukannya harus masuk kerja?” tanya kakaknya, Erni.

Audrey terdiam beberapa saat, menatap jam yang ada di dinding dan seketika langsung masuk kembali kedalam kamar, mengambil semua perlengkapan mandi dan langsung mandi tanpa perlu lama-lama. Memastikan penampilannya sudah bagus dan sempurna, keluar kembali menuju meja makan yang hanya menyisakan mamanya, Rizka.

“Kamu itu kok bisa lupa kalau kerja.” Rizka menggelengkan kepalanya.

“Namanya lupa, ma.” Audrey memberikan tatapan tidak bersalah.

Menyiapkan dirinya dengan sangat cepat, tidak membutuhkan waktu lama sudah siap dengan penampilannya. Mengambil bekal yang sudah disiapkan mamanya dan langsung berangkat dengan diantar, Audrey tidak bisa mengendarai kendaraan apapun dan semua itu karena larangan kedua orang tuanya.

Bekerja di tempat senior membuat gerak geriknya tidak bisa bebas, Audrey sendiri belum pernah bertemu dengan seniornya yang memiliki perusahaan. Tidak penting juga tahu tentang seniornya, beberapa orang mengatakan jika seniornya ini sangat dingin dan tegas. Audrey tidak pernah interaksi dengannya jadi tidak bisa memberikan penilaian, masuk disini juga karena ajakan dari pria yang pernah menyukainya, Ishak.

“Drey, minggu ini ada audit di Gresik. Kamu aja yang berangkat, dekat juga ini. Kita besok berangkat ke Semarang.” Derry yang tidak lain atasannya berkata dengan memberikan berkas dengan tatapan tanpa beban.

“Sendiri?” tanya Audrey bingung.

“Wisnu, kamu sama dia.” Derry menjawab sambil lalu.

“Wisnu....Mas Wisnu? Pemilik KAP ini?” Audrey membelalakkan matanya menatap Derry.

“Wisnu siapa lagi? Memang disini ada nama Wisnu selain dia?”

“Mas, kamu nggak salah? Aku sama Mas Wisnu? Aku masih anak kemarin sore loh.” Audrey membuat Derry berubah pikiran.

“Nggak ada lagi, Drey. Kita satu tim ini mau ke Semarang besok, tim lain juga ada kerjaan.”

“Kenapa aku nggak diajak ke Semarang? Mbak Fifi bisa buat gantiin aku.” Audrey menunjuk Fifi yang bingung.

“Fifi ada kerjaan juga, dia memang nggak ikut tapi deadline minggu depan. Kamu tega sama dia?” Derry menatap Audrey dalam dengan penuh memohon.

“Mas, aku nggak pernah ketemu sama Mas Wisnu masa langsung kerja sama dia?”

“Bagus malah kalau sama Mas Wisnu, banyak yang bisa kamu ambil ilmunya. Aku dulu juga gitu, nggak usah khawatir.” Fifi langsung komentar tanpa beranjak dari tempatnya “Mas Wisnu bakal membantu jadi tenang saja.”

Tidak bisa membantah lagi, semua sudah diputuskan yang artinya harus menerima dengan tangan terbuka. Membuka berkas yang diberikan Derry, laporan tentang perusahaan yang akan di datanginya bersama Wisnu. Menghembuskan nafas panjang, mulai membacanya dengan perlahan apa saja yang harus dilakukan.

Tekanan tersendiri saat membayangkan harus bekerja dengan Wisnu, pemilik perusahaan. Audrey tahu jika tempatnya bekerja ini lebih pada kekeluargaan, mereka bekerja seperti teman dan banyak yang cinlok disini dengan berakhir pada pelaminan.

“Siapa yang ikut gue ke Gresik?” suara Wisnu memenuhi ruangan.

“Audrey, mas.”

Audrey yang mendengar namanya langsung mengangkat tangan, melihat Wisnu yang berjalan kearahnya dengan tatapan datar. Penilaian orang-orang tentang Wisnu memang tidak salah, wajahnya dingin tapi Audrey merasakan kehangatan saat menatap kearahnya. Menelan saliva kasar agar tidak memperlihatkan rasa gugup, jelas Audrey gugup karena harus bekerja bersama dengan pemilik perusahaan.

“Persiapan buat ke Gresik sudah beres?” tanya Wisnu langsung.

“Sudah, mas.” Audrey menjawab langsung.

Semua sudah selesai, berkat bantuan Fifi membuat Audrey bisa menyelesaikan dengan cepat. Perusahaan di Gresik tidak serumit mereka yang akan berangkat ke Semarang atau manapun, perusahaan ini belum terlalu besar.

“Gue sama Audrey aja, Der?” Wisnu mengalihkan pandangan kearah Derry.

“Yup,” jawab Derry singkat.

“Fifi nggak ikut?”

“Deadline gue minggu depan, mas. Masih harus bolak balik juga ke perusahaannya.” Fifi yang kali ini menjawab.

Audrey mendengarkan hanya bisa diam, menilai jika Wisnu juga memiliki pemikiran yang sama dengannya.

“Audrey bukan?” Audrey langsung menganggukkan kepalanya “Besok sampai sini jam enam, kita berangkat sama-sama. Kamu tanya sama mereka apa aja yang perlu dibawa dan siapkan sekarang, taruh langsung di lobby waktu kamu pulang biar bisa langsung dibawa dan jangan ada yang ketinggalan.” Wisnu memberikan perintah tapi dengan nada lembut.

“Baik, mas.”

Wisnu berjalan meninggalkan Audrey, mendekati Derry dan berbicara hal yang Audrey tidak paham. Fifi mengetuk meja Audrey dengan memberi kode untuk segera mengerjakan apa yang Wisnu katakan, memilih melakukan apa yang Wisnu katakan dengan menyiapkan semuanya, Fifi membantu memberikan beberapa catatan apa-apa saja yang dibutuhkan dan memeriksa kembali.

“Kamu letakkan di lobby sekarang.”

Mengikuti apa yang dikatakan Fifi, meletakkannya di lobby. Langkahnya terhenti saat Derry memanggil namanya, berjalan mendekati Derry yang ternyata memeriksa kembali barang-barang yang akan dibawa ke Gresik.

“Udah benar semua, kamu taruh di lobby.” Derry meletakkan kembali yang diambilnya.

Audrey lagi-lagi menganggukkan kepalanya, meletakkan barang-barang di lobby agar besok bisa langsung dibawa saat berangkat. Bekerja kembali dan tidak ada sesuatu yang membuatnya pusing, setidaknya saat ini tidak perlu lembur. Satu per satu pulang di jam yang biasanya mereka pulang jika dalam keadaan normal, membereskan barang-barangnya dan lagi-lagi memeriksa jangan sampai ada yang tertinggal.

“Drey,” panggil seseorang yang membuatnya berhenti.

“Eza, ada apa?” tanya Audrey bingung.

“Jemput kamu.”

“Tapi....” Audrey bingung harus memutuskan apa.

“Kita bicara tentang...”

“Rasanya nggak ada lagi yang perlu dibicarakan.” Audrey memotong langsung dengan menolak ajakan Eza.

“Banyak, jadi bisa kita bicara?” Eza memberikan tatapan memohon.

“Aku sudah dijemput.” Audrey melihat supir keluarganya duduk di kursi tunggu.

Eza menatap kearah supir Audrey “Aku bilang kalau kamu pulang sama aku.”

Audrey memegang lengan Eza “Jangan, aku harus cepat pulang mau istirahat. Kalau luang aku pasti kabari dan kita ketemu, aku sudah capek ini.”

“Tapi....” Eza menatap Audrey yang memberikan tatapan memohon “Baiklah, kita memang harus bicara karena bagaimanapun ini demi masa depan kita.”

Bibirnya ingin membantah semua yang Eza katakan, menutup bibirnya kembali dengan menganggukkan kepalanya. Eza mengantarkan Audrey ke mobil keluarganya, membuka dan menutup pintunya, tidak lupa berbicara singkat dengan supir keluarganya. Seluruh keluarga sudah mengenal Eza dengan baik, tidak jauh berbeda dengan Audrey yang dikenal seluruh keluarga Eza.

“Kalau sudah sampai nanti kabari.” Eza menatap Audrey dalam yang hanya bisa menganggukkan kepala.

Bingung dengan semua yang dilakukan Eza sekarang, mencoba mengingat pembicaraan mereka dimana sudah memutuskan untuk berpisah dan sekarang tiba-tiba datang dan seakan ingin membahas sesuatu.

“Hubungan kita belum berakhir, aku akan berjuang mempertahankan kamu depan mama dan papa.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status