“Sudah siap semua? Nggak ada yang ketinggalan?” tanya Wisnu menatap Audrey yang meletakkan barang-barang.
“Mudah-mudahan nggak ada, mas. Mas Derry sama Mbak Fifi kemarin bantu ngecekin.” Audrey menjawab dengan menatap Wisnu yang hanya menganggukkan kepala.Wisnu masuk kedalam mobil di balik setir, Audrey bingung harus duduk dimana. Gerakan tangan Wisnu membuat Audrey masuk kedalam dengan duduk disamping Wisnu, memastikan sabuk pengaman terpasang mereka berangkat meninggalkan kantor.Perjalanan yang cukup panjang, tampaknya Audrey harus mengucapkan terima kasih pada pemerintah yang membangun jalan tol, setidaknya tidak perlu terlalu lama berada didalam tempat bersama Wisnu yang tidak tahu harus berbicara apa, kepribadiannya yang tertutup membuat Audrey tidak tahu memulai pembicaraan.“Kamu angkatan berapa?” tanya Wisnu membuka suaranya setelah beberapa menit jalan dan sedikit jauh dari kantor.“Empat tahun dibawah Mas Wisnu,” jawab Audrey yang hanya diangguki Wisnu “Kita pernah ketemu, mas dulu kan masih aktif di kampus.”“Mungkin, tapi mahasiswa banyak jadi aku nggak terlalu perhatian. Kita beli makan dulu, kamu mau apa?”Mereka berhenti di restoran cepat saji, membeli dengan menggunakan layanan drive thru. Audrey memesan yang tidak terlalu rumit roti, kentang dan minuman. Wisnu sendiri memesan yang tidak jauh berbeda dengan Audrey, perjalanan selanjutnya diisi mereka yang memakan makanan yang baru dibeli, beberapa kali Audrey membantu Wisnu membuka bungkus makanan atau memegang kentangnya.“Perjalanannya lumayan jauh, tapi kita berangkat pagi bisa sampai dengan cepat.” Wisnu membuka suaranya.“Terima kasih buat pemerintah yang membuat jalan tol.” Audrey berkata dengan senyum kecilnya yang hanya diangguki Wisnu. “Apa kita nggak terlalu pagi?”“Bukan masalah besar, kita bisa pelajari beberapa. Kamu membawa berkas mereka bulan lalu, kan?”Audrey menganggukkan kepalanya “Mbak Fifi bilangnya begitu.”Mereka selanjutnya tidak ada yang membuka suara, pembicaraan mereka tadi hanya pembicaraan normal. Wisnu sendiri fokus dengan keadaan jalan, tidak terlalu tahu tempat perusahaan karena memang Audrey tidak pernah keluar jauh, inipun keluar karena masalah pekerjaan. Keluarganya sangat protektif pada dirinya yang memiliki sakit ini, walaupun Audrey sudah menekankan berkali-kali jika dirinya baik-baik saja.“Kita sampai.”Suara Wisnu mengagetkan Audrey yang membuatnya menatap sekitar, mereka sudah memasuki perusahaan yang masih sepi. Wisnu merapikan penampilannya dan langsung diikuti Audrey, tidak lama mereka keluar dari mobil menuju pos satpam untuk melaporkan kedatangan dan maksud kedatangannya.“Memang terlalu pagi.” Wisnu membuka suara setelah mereka duduk di ruang tamu.Audrey tidak menghiraukan Wisnu, tatapannya mengarah sekitar. Menatap ruang tamu perusahaan, satu per satu dilihat dan tidak tahu apa yang dilihatnya tapi terpenting adalah tidak langsung berinteraksi dengan Wisnu. Perasaan tidak tenang dan tidak nyaman bersama dengan orang yang tidak dikenal atau belum pernah interaksi.“Kamu introvert?” tanya Wisnu langsung.“Hah...apa mas? Introvert? Aku?” Wisnu menganggukkan kepalanya “Nggak tahu, mas.”“Anggap aku sebagai kakak bukan atasan, kita disana sudah kekeluargaan tapi tetap tahu tempatnya.” Wisnu memberikan nasehat yang diangguki Audrey.Tidak tahu harus memberikan respon atau tanggapan apa atas apa yang dikatakan Wisnu. Karyawan perusahaan datang tidak lama kemudian, Wisnu memperkenalkan diri dan mereka mulai bekerja audit perusahaan sampai hal yang paling kecil. Wisnu membandingkan hasil yang mereka kerjakan dulu dengan sekarang, beberapa kali ada kesalahan yang membuat Audrey harus memulainya dari awal.Badan Audrey sudah memberikan signal lelah, tapi tetap bertahan dengan beberapa kali minum air yang sudah disediakan. Tetap fokus pada apa yang harus dilakukan, bekerja sendiri sedangkan Wisnu berada di ruangan berbeda.“Mbak, mau minuman dingin?” tanya salah satu karyawan pada Audrey.“Boleh kalau tidak merepotkan, terima kasih.” Audrey menjawab dengan menatap sekilas.Bekerja kembali tanpa peduli dengan keadaan sekitar, minuman yang datang tidak lama kemudian sudah habis dalam beberapa kali minum. Tidak melihat tanda-tanda Wisnu mendatanginya membuat Audrey bisa fokus dengan pekerjaannya, waktu istirahat hanya Audrey pakai untuk ibadah dan makan.“Bagaimana?” tanya Wisnu yang sudah ada disamping Audrey.“Sudah hampir selesai, mas.” Audrey menjawab menatap Wisnu sekilas.“Ada yang beda dengan bulan lalu?” tanya Wisnu sambil menarik kursi untuk duduk disamping Audrey.“Kalau aku lihat sejauh ini belum ada, mas.” Audrey menjawab tanpa menatap Wisnu sama sekali.“Kamu minum banyak banget, nggak pipis terus itu?”“Haus, pastinya pipis tapi kerjaan belum selesai.”“Kamu tahan pipis?” Audrey mengangguk pelan dengan sedikit takut. “Kamar mandi sana, aku nggak mau kamu nanti sakit.”“Tapi ini udah mau selesai, nanggung dikit lagi selesai.” Audrey mengalihkan pandangan kearah Wisnu dengan tatapan memohon.“Aku yang selesaikan, kamu istirahat sebentar buat ibadah juga.”Tidak bisa membantah lagi, Audrey memilih mengikuti kata-kata Wisnu. Beranjak dari tempatnya yang langsung diganti Wisnu, melihat itu artinya sudah tidak ada kesempatan lagi untuk membantah. Mengalah dengan melakukan apa yang dikatakan Wisnu, hembusan nafas lega dikeluarkannya saat sedikit tenang dari pekerjaan.Ibadah dan kamar mandi, waktu yang diberikan Wisnu dimanfaatkan dengan baik oleh Audrey, setelah memastikan dirinya sudah sedikit lebih baik memilih kembali ke ruangan dimana Wisnu berada. Langkahnya terhenti saat melihat Wisnu akan menutup laptop, mendekati dengan tatapan bingung atas apa yang Wisnu lakukan.“Sudah selesai, kamu melakukan dengan baik. Kita pulang dan bahas ini besok di kantor,” ucap Wisnu menjelaskan pada Audrey yang belum membuka suaranya.Mencerna perkataan Wisnu dengan pelan, seketika membelalakkan matanya setelah memahami maksud dari perkataannya. Membantu Wisnu yang membereskan barang-barangnya, memastikan tidak ada yang tertinggal baru membawanya kedalam mobil, mereka berpamitan pada pimpinan perusahaan dan karyawan yang menemani mereka selama sehari.Masuk kedalam mobil tidak ada yang membuka suaranya, Audrey memilih menatap jalanan dengan Wisnu yang fokus mengemudikan mobil. Suasana hening didalam mobil, hanya suara kendaraan dari luar yang mengisi keheningan mereka.“Alamat rumahmu.” Wisnu membuka suaranya terlebih dahulu.“Jangan, mas. Aku minta supir buat jemput.” Audrey langsung menolak.“Aku antar sudah malam, aku nggak papa.” Wisnu tetap dengan pendiriannya “Supir kamu bisa istirahat, sekali-sekali istirahat nggak antar jemput kamu.”“Beneran biar dijemput jadi mas nggak perlu repot antar aku.” Audrey meyakinkan Wisnu.“Alamat rumahmu.” Wisnu memberikan nada suara tegas yang membuat Audrey terdiam.Menyebutkan alamat rumahnya, mendengar Audrey menyebutkan alamat rumahnya membuat sudut bibir Wisnu terangkat keatas. Mobil berjalan dengan sedikit cepat agar bisa sampai rumah Audrey tidak terlalu malam.“Terima kasih, mas.” Audrey menundukkan kepalanya.“Istirahat, jangan main ponsel saja. Kesehatanmu harus dijaga, jangan sampai kamu pingsan dan hilang kesadaran. Selamat malam sampaikan salam buat keluargamu, besok jangan lupa kita membahas tentang perusahaan tadi.”Audrey masih mengingat semua kata-kata yang keluar dari Wisnu, menggelengkan kepalanya saat mengingat kembali kata-katanya. Wisnu bagaimana bisa tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya, menatap wajahnya di cermin tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan dirinya lelah, menggelengkan kepalanya jika diam-diam Wisnu memperhatikannya.Audrey seketika ingat jika mereka yang di kantor selalu mengatakan jika Wisnu perhatian sama semuanya, otomatis perhatiannya pada Audrey bukan hal yang spesial. Audrey langsung menganggukkan kepalanya mengingat semua yang dikatakan orang-orang di kantor, menatap ranjang dimana artinya memang harus istirahat.Tidak terlalu lelah hanya saja perlu meletakkan tubuhnya di ranjang, tidak pernah ada dalam bayangannya jika bekerja di tempat akuntan public bisa membuatnya lelah, dalam bayangan Audrey dirinya belum mendapatkan pekerjaan yang berat. Memejamkan matanya tidak lama kemudian karena tidak bisa lagi berpikir tentang hal-hal berat, otaknya membutuhkan istirah
“Wuih...semalaman sama Mas Wisnu,” goda Fifi yang membuat Audrey hanya diam sambil menggelengkan kepalanya “Banyak ilmu berarti?”“Capek yang ada, mbak. Mereka pinter banget menutupi beberapa data, Mas Wisnu teliti banget coba kalau bukan Mas Wisnu pasti aku nggak akan tahu kalau ada yang ditutupi.” Audrey menceritakan semuanya pada Fifi.“Maksudnya kita nggak teliti gitu?” tanya Derry dengan nada serius yang membuat Audrey takut dan terkejut.“Jangan gitu deh, mas. Kamu nggak lihat dia udah ketakutan gini?” tegur Fifi dengan memukul lengan Derry pelan.“Kamu tahu kenapa kita milih kamu buat nemenin Mas Wisnu?” tanya Derry yang masih menatap Audrey dalam “Biar kamu tahu orang-orang model begitu.”“Mas Wisnu tanya sama kita ada anak baru nggak? Soalnya perusahaan ini suka nutupin sesuatu yang busuk, makanya kita langsung milih kamu.” Fifi menjelaskan dengan bahasa yang dipahami Audrey.“Kaya ospek gitu?” Audrey bertanya dengan nada polosnya.“Anggep aja begitu.” Derry menyerah dengan m
Suasana makan-makan yang ramai menjadi berbeda buat Audrey, pernyataan Wisnu yang secara tiba-tiba membuatnya terkejut dan tidak bisa berkata apapun. Wisnu sendiri tampak biasa saja setelah mengatakan itu dan seakan itu hanya angin lalu, melihat itu membuat Audrey ingin rasanya memaki bosnya itu.“Masih marah sama tadi?” suara Derry yang ada dihadapan Audrey.“Nggak, mas. Lagian juga nggak muat dan lebih enak di mobil Mas Wisnu luas nggak perlu sempit-sempitan.” Audrey menjawab dengan malas.“Wah...nyindir ini.” Derry menggelengkan kepalanya “Makan yang banyak biar gemuk, biar kesannya sebagai kepala tim memperhatikan anak didiknya.” Audrey mengangkat tangannya memberi tanda hormat atau lebih tepatnya akan mengikuti semua kata-kata Derry, melihat itu Derry hanya menggelengkan kepalanya dan kembali sibuk berbicara dengan yang lain.“Wajah kamu suntuk sekali,” bisik Fifi.“Masa sih? Biasa aja kali, mbak.” Audrey berkat
Keadaan kantor tidak jauh berbeda dengan biasanya, Audrey akan mendapatkan pekerjaan dari Derry untuk memeriksa kembali pekerjaan yang telah mereka lakukan. Menatap serius di Layar dengan beberapa dari mereka yang berbicara tentang apa yang terjadi di perusahaan-perusahaan.“Drey, kamu mau kopi?” tanya Fifi yang berada disampingnya.“Memang mbak mau buat?” tanya Audrey tanpa menatap Fifi.“Mau beli online,” jawab Fifi “Kamu pilih sendiri aja nih.”Audrey menghentikan pekerjaannya menatap ponsel Fifi “Handphone siapa ini, mbak?”“Mas Wisnu, kita disuruh beli minuman. Kamu pilih sendiri soalnya tinggal kamu.” Fifi menjawab Audrey “Kalau mau makanan juga boleh tadi aku juga udah pesan makan, tenang yang lain juga.”Audrey menatap pesanan yang sudah dilakukan Fifi, mencari apa yang ingin dibelinya. Perasaan tidak enak jika membeli makanan yang harganya mahal, Audrey masih baru di tempat ini.“Mana handphoneku?
Audrey benar-benar tidak menyangka Wisnu menjemputnya pagi, catat pagi hari jam enam. Tidak memberikan kesempatan Audrey untuk mandi, mereka berangkat dengan Audrey menggunakan piyama dan membawa pakaian ganti didalam tas.“Mas, niat banget.” Audrey menatap malas pada Wisnu.“Nanti mandi di tempatku aja, kita ke pasar dulu di rumah nggak ada bahan makanan.” “Memang mau masak apa?” tanya Audrey yang benar-benar tidak ada ide sama sekali.“Terserah kamu, tapi aku lagi pengen sarapan sayur asam sama pepes ikan.” “Ok,” jawab Audrey langsung.“Memang kamu bisa?” tanya Wisnu penasaran.“Lihat aja nanti.” Audrey menjawab sambil lalu.Mereka sampai ke pasar dengan pakaian Audrey yang menggunakan piyama dan ditutupi dengan jacket Wisnu, membeli beberapa bahan yang akan digunakan untuk masak nantinya. Wisnu yang membayar dan membawa semua bahan belanjaan mereka, Audrey hanya berjalan sambil menikmati jaj
“Kalau ngomong nggak usah aneh-aneh, mas.” Audrey menegur Wisnu.“Memang kenapa? Apa orang melamar harus kenal lama?” tanya Wisnu dengan memberikan tatapan dalam pada Audrey.“Mas belum tahu semua tentang aku, jadi jangan berkata yang nantinya akan disesali.”“Audrey, usia aku bukan usia main-main. Aku lebih tua dibandingkan kamu, mengatakan hal itu pastinya sudah aku pikirkan dalam. Mengetahui semua tentang kamu? Memang aku belum tahu banyak tentang kamu tapi bukan suatu alasan untuk mengatakan keseriusan.” Wisnu mengatakan dengan serius.Audrey menghembuskan nafas panjang “Mas nggak tahu semua tentang aku, kalau mas tahu pasti akan meninggalkan aku.”“Penyakit kamu?” tembak Wisnu langsung yang membuat Audrey terkejut “Aku tahu, walaupun tidak terlalu tahu banyak.”“Mas tahu darimana?” tanya Audrey berusaha menenangkan dirinya.“Waktu kita kerja bareng, aku mengamati setiap karyawan yang kerja disana. Aku
“Pagi semua,” sapa Audrey dengan senyum lebarnya.“Wuih dalam rangka apa ini? Semangat banget? Senin loh ini.” Derry memberikan tatapan menggoda.“Biar semangat di pagi hari.” Audrey menyahut masih dengan senyum lebarnya.“Liburan kemarin menyenangkan kayaknya,” ucap Fifi dengan nada menggoda.“Nggak juga, seharian kemarin nonton drakor terus makan dan tidur. Makanya hari ini banyak energi, menyalurkan ke teman-teman semua.” Audrey memberikan alasan masuk akal.“Energi kamu lagi banyak, kan?” Audrey mengangguk ragu kearah Derry dengan tatapan curiga “Kalau gitu ikut Mas Wisnu ke Yogya besok.”“Kenapa aku? Masih ada teman yang lain.” Audrey langsung menolak saran Derry.“Energi banyak akan percuma kalau dibuang begitu saja.” Derry memberikan alasan masuk akal yang membuat Audrey menatap tidak percaya.“Nggak mau, aku masih baru disini harusnya mas bimbing bukan diserahkan ke Mas Wisnu,” protes Aud
Audrey tidak tahu apa yang dibicarakan Wisnu pada mamanya, mendapatkan ijin dengan mudah padahal selama ini harus melalui beberapa tahap dan sulit. Mamanya tampak lupa jika Audrey memiliki sakit, tapi seakan tidak peduli dengan keadaan Audrey yang suka merasa lelah.“Kamu itu sudah di operasi jadi pastinya baik-baik saja,” ucap mama Audrey dengan santai, Indah.“Biasanya mama sama papa sulit kasih ijin, kenapa sekarang langsung kasih ijin?” Audrey memberikan nada protes dengan tatapan tidak percaya.Mereka berdua sekarang berada didalam kamar Audrey yang sedang memasukkan pakaian kedalam tas, tidak menyiapkan semuanya dari sebelumnya membuat Audrey harus memikirkan apa saja yang dibawa. Wisnu sendiri memutuskan pulang setelah meminta ijin, mereka akan bertemu nanti di bandara.“Beda, kalau biasanya kamu main-main sedangkan ini kamu mencari uang alias kerja. Lagian yang minta ijin langsung bos kamu masa mama melarang, memang kamu mau dilar