Audrey masih mengingat semua kata-kata yang keluar dari Wisnu, menggelengkan kepalanya saat mengingat kembali kata-katanya. Wisnu bagaimana bisa tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya, menatap wajahnya di cermin tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan dirinya lelah, menggelengkan kepalanya jika diam-diam Wisnu memperhatikannya.
Audrey seketika ingat jika mereka yang di kantor selalu mengatakan jika Wisnu perhatian sama semuanya, otomatis perhatiannya pada Audrey bukan hal yang spesial. Audrey langsung menganggukkan kepalanya mengingat semua yang dikatakan orang-orang di kantor, menatap ranjang dimana artinya memang harus istirahat.Tidak terlalu lelah hanya saja perlu meletakkan tubuhnya di ranjang, tidak pernah ada dalam bayangannya jika bekerja di tempat akuntan public bisa membuatnya lelah, dalam bayangan Audrey dirinya belum mendapatkan pekerjaan yang berat. Memejamkan matanya tidak lama kemudian karena tidak bisa lagi berpikir tentang hal-hal berat, otaknya membutuhkan istirahat.Suara ketukan pintu membuat Audrey membuka matanya dengan malas, tidak lama membelalakkan matanya saat melihat jam. Tanpa menunggu lama langsung berjalan kamar mandi, membersihkan tubuhnya dan langsung berangkat.“Kesiangan?” tanya Fifi yang hanya diangguki Audrey lemas “Udah makan? Kalau belum makan dulu sana di pantry sambil minum kopi.”“Mas Derry kemana, mbak?” tanya Audrey.“Udah berangkat kemarin,” jawab Fifi menatap sekilas “Aku juga sebentar lagi berangkat.”“Aku sendirian?” tanya Audrey dengan takut sambil melihat sekitar.“Mas Wisnu ada, jadi nggak sendirian. Makan dulu baru kerja lagi, Mas Wisnu pasti mau tahu hasil yang kemarin.” Fifi memberikan perintah.Audrey lemas mendengar kata-kata Fifi, berada di kantor hanya berdua dengan Wisnu. Seharian kemarin sudah bersama dia, walaupun sebenarnya mereka tidak berada dalam satu ruangan, tapi sekarang benar-benar berada didalam satu ruangan dan harus memberikan laporan dari apa yang dirinya kerjakan kemarin.Membuka laptop dan memulai pekerjaannya, tidak mendengarkan perkataan Fifi agar dirinya makan terlebih dahulu. Audrey bahkan hanya menanggapi sekedarnya saat Fifi pamitan keluar, tidak melihat sekitar dan membuatnya tidak sadar jika Wisnu duduk disampingnya sambil mengerjakan pekerjaannya sendiri.“Mas Wisnu?” Audrey menatap terkejut dengan keberadaan Wisnu disampingnya.“Aku lihat kamu serius jadi nggak mau ganggu, Fifi bilang kamu belum makan.” Wisnu menatap jam yang ada di dinding tidak jauh dari tempat mereka duduk “Kita sarapan dulu, gimana? Aku juga belum makan.”“Aku bawa bekal, mas.” Audrey mengeluarkan kotak bekalnya.“Kalau gitu kita makan berdua, gimana?” Audrey membelalakkan matanya mendengar kata-kata Wisnu “Kalau kamu keberatan aku minta ob buat belikan aku makanan.”“Memang mas mau makanan rumahan?” Audrey mengeluarkan suaranya yang tidak enak jika menolak Wisnu.“Aku sudah lama nggak makan hasil masakan seseorang,” jawab Wisnu jujur.“Kalau gitu kita makan bersama saja, tapi kalau nggak...”“Aku nggak akan menghina,” potong Wisnu yang membuat Audrey tersenyum.Wisnu mengajak Audrey ke pantry, tidak ingin membantah memilih untuk mengikuti langkah Wisnu dan mereka duduk di pantry untuk menikmati sarapan yang Audrey bawa. Tidak ada pembicaraan yang mereka lakukan selama makan, Audrey tidak berani membuka suaranya ketika makan. Menghentikan suapannya saat melihat Wisnu makan dengan sangat lahap, cara Wisnu makan seakan belum makan dalam waktu yang cukup lama.“Mas nggak makan berapa hari?” tanya Audrey tiba-tiba.“Aku sudah lama nggak makan masakan rumah,” jawab Wisnu dengan jujur“Mas Wisnu bukannya menikah? Istrinya pasti jago masak,” ucap Audrey tiba-tiba yang langsung menyadari kebodohannya.“Kamu nggak mendengar gosip atau kamu memang memancing aku?” tanya Wisnu dengan nada penuh selidik.“Maaf, mas.” Audrey mengatakan dengan nada tidak enak.“Kamu masa nggak tahu kalau aku sudah cerai? Istri aku menikah sama teman masa kecilnya atau bisa dikatakan cinta pertamanya.”“Ohh...jadi...duda?” Audrey menutup mulutnya yang dengan mudahnya mengucapkan kata-kata terlarang.“Aku memang duda, lagian itu kenyataannya.” Wisnu tersenyum melihat reaksi Audrey.Makanan yang Audrey bawa habis tanpa sisa, hal yang tidak pernah dirinya lakukan jika membawa bekal. Bekal yang dibuat mamanya ternyata membuat Wisnu menyukainya, mungkin besok-besok Audrey akan meminta dibawakan lebih agar Wisnu bisa makan juga.“Kalau sudah kita lanjutkan pekerjaan.” Wisnu mengatakan dengan ekspresi serius.Meninggalkan pantry, kembali ke meja Audrey duduk tadi. Mereka mengerjakan pekerjaannya dalam diam, tidak ada yang mengeluarkan suara, Audrey yang harus memberikan laporan pada Wisnu tentang pekerjaannya kemarin. Suara yang memenuhi ruangan hanya suara dari pendingin ruangan, helaan nafas mereka, atau saat Audrey meminum airnya.“Sudah, mas.” Audrey berkata terlebih dahulu.“Kamu print dan kasih ke aku.” Wisnu menyahut tanpa menatap Audrey.Beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil hasil print yang dikerjakannya tadi, memberikan pada Wisnu yang masih fokus dengan pekerjaannya. Audrey memberikan yang langsung diterima Wisnu, membaca pekerjaan yang Audrey kerjakan dengan meninggalkan pekerjaannya sendiri.Melihat Wisnu yang membaca serius hasil pekerjaannya, membuat Audrey cemas dengan mengaitkan kedua tangannya. Wisnu membaca berkali-kali sambil mencocokkan dengan apa yang ada di laptopnya, laptop yang berisi tentang beberapa temuannya kemarin. Tidak membuka suara sama sekali, membuat Audrey semakin takut jika hasil yang dirinya kerjakan tidak sesuai.“Kayaknya kita harus kembali kesana.” Wisnu membuka suaranya.“Kenapa gitu, mas?” tanya Audrey bingung.“Ada beberapa perbedaan yang kita temukan disini,” jawab Wisnu “Kamu lihat sini.”Audrey berdiri dan berjalan mendekati Wisnu, sedikit ragu saat harus menatap laptopnya, menundukkan wajahnya mendekati laptop, tidak menyadari jika wajahnya tepat berada didepan wajah Wisnu. Melihat kearah samping yang membuat Audrey terkejut dengan mundur ke belakang, Wisnu secara spontan memegang pinggang Audrey agar tidak jatuh.Audrey yang berhasil sadar langsung berdiri, memastikan diri jika wajahnya merah saat ini, tatapannya mengarah ke tempat lain untuk menenangkan dirinya. Hembusan nafas berkali-kali dikeluarkannya sebelum berhadapan dengan Wisnu kembali, mengalihkan pandangan dimana Wisnu yang masih diam.“Maaf, mas.” Audrey membuka suara terlebih dahulu.“Aku hubungi mereka biar kita bisa kesana.”Audrey menatap tidak enak pada Wisnu, duduk kembali di tempatnya dengan melihat laptopnya berusaha mencari perbedaan yang Wisnu temukan. Audrey tidak menemukan perbedaan, perasaannya saat ini adalah jantung berdetak sangat kencang membayangkan apa yang terjadi tadi, Audrey bisa merasakan tangan Wisnu berada di perutnya dan hampir menyentuh bagian sensitifnya.“Drey, kita berangkat setelah makan siang. Kamu kabarin orang rumah kalau nggak usah jemput dan pulang malam.” Wisnu mengatakan tanpa menatap Audrey.“Ya, mas.”“Wuih...semalaman sama Mas Wisnu,” goda Fifi yang membuat Audrey hanya diam sambil menggelengkan kepalanya “Banyak ilmu berarti?”“Capek yang ada, mbak. Mereka pinter banget menutupi beberapa data, Mas Wisnu teliti banget coba kalau bukan Mas Wisnu pasti aku nggak akan tahu kalau ada yang ditutupi.” Audrey menceritakan semuanya pada Fifi.“Maksudnya kita nggak teliti gitu?” tanya Derry dengan nada serius yang membuat Audrey takut dan terkejut.“Jangan gitu deh, mas. Kamu nggak lihat dia udah ketakutan gini?” tegur Fifi dengan memukul lengan Derry pelan.“Kamu tahu kenapa kita milih kamu buat nemenin Mas Wisnu?” tanya Derry yang masih menatap Audrey dalam “Biar kamu tahu orang-orang model begitu.”“Mas Wisnu tanya sama kita ada anak baru nggak? Soalnya perusahaan ini suka nutupin sesuatu yang busuk, makanya kita langsung milih kamu.” Fifi menjelaskan dengan bahasa yang dipahami Audrey.“Kaya ospek gitu?” Audrey bertanya dengan nada polosnya.“Anggep aja begitu.” Derry menyerah dengan m
Suasana makan-makan yang ramai menjadi berbeda buat Audrey, pernyataan Wisnu yang secara tiba-tiba membuatnya terkejut dan tidak bisa berkata apapun. Wisnu sendiri tampak biasa saja setelah mengatakan itu dan seakan itu hanya angin lalu, melihat itu membuat Audrey ingin rasanya memaki bosnya itu.“Masih marah sama tadi?” suara Derry yang ada dihadapan Audrey.“Nggak, mas. Lagian juga nggak muat dan lebih enak di mobil Mas Wisnu luas nggak perlu sempit-sempitan.” Audrey menjawab dengan malas.“Wah...nyindir ini.” Derry menggelengkan kepalanya “Makan yang banyak biar gemuk, biar kesannya sebagai kepala tim memperhatikan anak didiknya.” Audrey mengangkat tangannya memberi tanda hormat atau lebih tepatnya akan mengikuti semua kata-kata Derry, melihat itu Derry hanya menggelengkan kepalanya dan kembali sibuk berbicara dengan yang lain.“Wajah kamu suntuk sekali,” bisik Fifi.“Masa sih? Biasa aja kali, mbak.” Audrey berkat
Keadaan kantor tidak jauh berbeda dengan biasanya, Audrey akan mendapatkan pekerjaan dari Derry untuk memeriksa kembali pekerjaan yang telah mereka lakukan. Menatap serius di Layar dengan beberapa dari mereka yang berbicara tentang apa yang terjadi di perusahaan-perusahaan.“Drey, kamu mau kopi?” tanya Fifi yang berada disampingnya.“Memang mbak mau buat?” tanya Audrey tanpa menatap Fifi.“Mau beli online,” jawab Fifi “Kamu pilih sendiri aja nih.”Audrey menghentikan pekerjaannya menatap ponsel Fifi “Handphone siapa ini, mbak?”“Mas Wisnu, kita disuruh beli minuman. Kamu pilih sendiri soalnya tinggal kamu.” Fifi menjawab Audrey “Kalau mau makanan juga boleh tadi aku juga udah pesan makan, tenang yang lain juga.”Audrey menatap pesanan yang sudah dilakukan Fifi, mencari apa yang ingin dibelinya. Perasaan tidak enak jika membeli makanan yang harganya mahal, Audrey masih baru di tempat ini.“Mana handphoneku?
Audrey benar-benar tidak menyangka Wisnu menjemputnya pagi, catat pagi hari jam enam. Tidak memberikan kesempatan Audrey untuk mandi, mereka berangkat dengan Audrey menggunakan piyama dan membawa pakaian ganti didalam tas.“Mas, niat banget.” Audrey menatap malas pada Wisnu.“Nanti mandi di tempatku aja, kita ke pasar dulu di rumah nggak ada bahan makanan.” “Memang mau masak apa?” tanya Audrey yang benar-benar tidak ada ide sama sekali.“Terserah kamu, tapi aku lagi pengen sarapan sayur asam sama pepes ikan.” “Ok,” jawab Audrey langsung.“Memang kamu bisa?” tanya Wisnu penasaran.“Lihat aja nanti.” Audrey menjawab sambil lalu.Mereka sampai ke pasar dengan pakaian Audrey yang menggunakan piyama dan ditutupi dengan jacket Wisnu, membeli beberapa bahan yang akan digunakan untuk masak nantinya. Wisnu yang membayar dan membawa semua bahan belanjaan mereka, Audrey hanya berjalan sambil menikmati jaj
“Kalau ngomong nggak usah aneh-aneh, mas.” Audrey menegur Wisnu.“Memang kenapa? Apa orang melamar harus kenal lama?” tanya Wisnu dengan memberikan tatapan dalam pada Audrey.“Mas belum tahu semua tentang aku, jadi jangan berkata yang nantinya akan disesali.”“Audrey, usia aku bukan usia main-main. Aku lebih tua dibandingkan kamu, mengatakan hal itu pastinya sudah aku pikirkan dalam. Mengetahui semua tentang kamu? Memang aku belum tahu banyak tentang kamu tapi bukan suatu alasan untuk mengatakan keseriusan.” Wisnu mengatakan dengan serius.Audrey menghembuskan nafas panjang “Mas nggak tahu semua tentang aku, kalau mas tahu pasti akan meninggalkan aku.”“Penyakit kamu?” tembak Wisnu langsung yang membuat Audrey terkejut “Aku tahu, walaupun tidak terlalu tahu banyak.”“Mas tahu darimana?” tanya Audrey berusaha menenangkan dirinya.“Waktu kita kerja bareng, aku mengamati setiap karyawan yang kerja disana. Aku
“Pagi semua,” sapa Audrey dengan senyum lebarnya.“Wuih dalam rangka apa ini? Semangat banget? Senin loh ini.” Derry memberikan tatapan menggoda.“Biar semangat di pagi hari.” Audrey menyahut masih dengan senyum lebarnya.“Liburan kemarin menyenangkan kayaknya,” ucap Fifi dengan nada menggoda.“Nggak juga, seharian kemarin nonton drakor terus makan dan tidur. Makanya hari ini banyak energi, menyalurkan ke teman-teman semua.” Audrey memberikan alasan masuk akal.“Energi kamu lagi banyak, kan?” Audrey mengangguk ragu kearah Derry dengan tatapan curiga “Kalau gitu ikut Mas Wisnu ke Yogya besok.”“Kenapa aku? Masih ada teman yang lain.” Audrey langsung menolak saran Derry.“Energi banyak akan percuma kalau dibuang begitu saja.” Derry memberikan alasan masuk akal yang membuat Audrey menatap tidak percaya.“Nggak mau, aku masih baru disini harusnya mas bimbing bukan diserahkan ke Mas Wisnu,” protes Aud
Audrey tidak tahu apa yang dibicarakan Wisnu pada mamanya, mendapatkan ijin dengan mudah padahal selama ini harus melalui beberapa tahap dan sulit. Mamanya tampak lupa jika Audrey memiliki sakit, tapi seakan tidak peduli dengan keadaan Audrey yang suka merasa lelah.“Kamu itu sudah di operasi jadi pastinya baik-baik saja,” ucap mama Audrey dengan santai, Indah.“Biasanya mama sama papa sulit kasih ijin, kenapa sekarang langsung kasih ijin?” Audrey memberikan nada protes dengan tatapan tidak percaya.Mereka berdua sekarang berada didalam kamar Audrey yang sedang memasukkan pakaian kedalam tas, tidak menyiapkan semuanya dari sebelumnya membuat Audrey harus memikirkan apa saja yang dibawa. Wisnu sendiri memutuskan pulang setelah meminta ijin, mereka akan bertemu nanti di bandara.“Beda, kalau biasanya kamu main-main sedangkan ini kamu mencari uang alias kerja. Lagian yang minta ijin langsung bos kamu masa mama melarang, memang kamu mau dilar
Wisnu memegang kata-katanya, menghormati Audrey dengan memberikan ruang ketika dirinya sedang mandi atau menyiapkan diri. Wisnu akan keluar dari kamar, ranjang mereka juga tidak jadi satu, pakaian yang Wisnu pakai saat didalam kamar juga masih sangat sopan. Tidak hanya itu Wisnu juga melakukan pekerjaannya sampai malam yang membuat Audrey tidak enak sendiri, mereka bekerja dalam diam saat berada didalam kamar.“Mas, ini hasil pertemuannya.” Audrey mengirim email pada Wisnu.“Ok,” jawab Wisnu singkat tanpa menatap Audrey.Tidak memiliki pekerjaan lain, menatap layar laptopnya dengan bingung harus melakukan apa. Mengalihkan pandangan kearah Wisnu dimana masih fokus dengan pekerjaannya, hembusan nafas pelan dikeluarkannya dengan menatap kembali pada layar.“Drey, aku bisa minta tolong?” Audrey mengalihkan pandangan kearah Wisnu “Tolong apa, mas?”“Beli camilan sama kopi di tempat kemarin, kopi kamu tahu kan kesukaanku?