-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-
"Ah! Sialan!" maki Nandara, ia merasa frustasi dan akhirnya memutuskan untuk pergi kesana lain kali saja. Ia melajukan mobilnya menuju rumah.
Sesampainya dirumah, Nandara langsung menuju kamar dan mengurung diri. Hari ini sangat berat baginya, setelah mengunjungi rumah Nadia, ia malah makin merindukan mamanya. Memori yang masih melekat dikepalanya terus berputar, ia tak tahan lagi, ia ingin menangis. Saat Nandara sedang kalut dalam pikirannya, seseorang mengetuk pintu kamar Nandara. Nandara bangun dari tempat tidurnya lalu beranjak pergi untuk membuka pintu kamar.
"Nan, mau ikut papa?" tanya orang yang mengetuk pintunya tadi, ia adalah papanya Nandara.
"Kemana, Pa?" sahut Nandara dengan bingung.
"Papa kangen Mama, rencananya mau ke makam Mama hari ini" ucap papa Nandara dengan hati-hati, ia tahu bahwa putranya ini masih belum mengikhlaskan segalanya.
Nandara memikirkan perkataan papanya, terjadi pertengkaran batin antara pergi dan tidak. Ia masih merasa sangat sedih, tetapi ia juga sangat merindukan Mamanya. Dirinya belum siap untuk melihat kenyataan, bahwa rumah baru mamanya bukanlah rumah seperti yang ia tempati hari ini.
"Maaf pa" ucap Nandara sambil tertunduk, ia meneteskan air matanya. Ia tidak kuat dengan cobaan ini.
"Udah gapapa, papa ngerti kamu belum siap" ucap papa Nandara dengan tersenyum sambil menepuk pundak Nandara. Ia paham atas penderitaan Nandara selama ini, meskipun sudah 2 tahun istrinya meninggalkannya, Nandara masih belum bisa menerima kenyataan pahit itu.
"Iya pa, makasi" ucap Nandara. Sang Papa langsung memeluknya dengan erat, seakan mengucapkan kata maaf berulang kali atas kejadian yang menyakitkan ini. Dahulu, papanya berjanji akan merawat dan membesarkan Nandara seorang diri hingga Nandara menjadi pribadi yang lebih baik dan membanggakan. Sekarang, Nandara bisa mengakuinya, bahwa papanya sudah berhasil mendidiknya dengan baik.
Setelah papanya berpamitan pergi, Nandara langsung menuju kearah ruang TV. Ia ingin melupakan sejenak hal sedih itu. Ia duduk di atas sofa yang empuk itu dan mengambil cemilan yang ada diatas meja kecil disamping sofa. Ia mencari channel TV khusus kartun anak-anak. Walapun disekolah ia dijuluki Mr. Perfect dan si dingin, tetapi saat dirumah dan bersama sahabatnya ia akan menjadi sesosok anak kecil yang berhati hello kitty. Ia akan menjadi lebih perhatian, lebih lemah, dan sering menunjukkan emosinya.
Saat Nandara sedang fokus pada tontonannya, notifikasi pesan muncul di handphonenya. Nandara dengan segera mengecek handphonenya dan terdiam untuk sesaat, otaknya sedang memproses apa yang terjadi saat ini. Nadia mengirimkan pesan untuknya.
Nadia: Hi
Nandara: iya kenapa Nad?
Nadia: Ini, Gara ninggalin hp nya dirumah gue, lo bisa ambil terus kasih kedia ngga?
"Sialan, Gara! lo buat gue jantungan" pikir Nandara. Ia tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya saat ini, tetapi pesan tersebut cukup membuat hatinya berdebar. Untuk sesaat. Setelah ia menerima pesan tersebut, tanpa membalasnya, Nandara langsung menyambar kunci mobilnya dan segera pergi kerumah Nadia.
Sepanjang jalan, Nandara cukup gugup. Ia tidak pernah pergi kerumah seorang perempuan, bahkan ia tidak pernah berbicara dengan perempuan kecuali Stella, itupun karena Stella selalu menempel padanya. Tak terasa ia telah sampai didepan rumah Nadia, dengan cepat Nandara meminta Nadia utnuk membawakannya keluar rumah agar ia tidak perlu turun dari mobil lagi. Anaknya lumayan mager ya bunda.
Nadia membuka pintu gerbang rumahnya sambil membawa handphone Gara, setelah Nandara melihat Nadia datang, dengan segera ia menurunkan kaca jendela mobilnya.
"Nih, hp nya Gara" ucap Nadia sambil menyodorkan hp milik Gara kepada Nandara. Nandara sempat terdiam sebentar saat Nadia memberikannya hp milik Gara, dalam hati Nandara seperti ada satu kata yang ia katakan saat ini. Cantik.
"Woi ngapen elu bengong?" teriak Nadia. Lamunan Nandara hilang begitu saja saat mendengar suara teriakan Nadia.
"Eh iya, makasih Nad, nanti gue bakal kasi ke Gara" sahut Nandara dengan sedikit gugup.
"Lo ngapain gugup gitu? kayak baru ngeliat cewek aja lo" ucap Nadia. Nandara kembali terpaku diam melihat Nadia. "Iya, ini emang pertama kalinya gue kerumah cewek" ucap Nandara dalam hati.
"Yaelahh bengong lagi lo! udah ah sana pulang, nanti si Gara nangis hp nya ilang" ucap Nadia sambil berjalan masuk kembali kedalam rumah dan menutup pintu gerbang. Lagi-lagi Nandara tersadar dari lamunannya dan mengucapkan terimakasih, padahal Nadia sudah pergi masuk kedalam rumah. Ia terheran-heran pada dirinya sendiri, ada apa dengan dirinya?
Setelah menutup kaca jendela mobilnya, Nandara langsung memacu mobilnya menuju rumah Gara. Sementara itu dirumah Gara, si empunya rumah sedang menangis meraung-raung karena handphone miliknya tidak berhasil ia temukan.
"Huaaaa HP gue kemanaaaa" tangis Gara
-----
Author's note:
Halo semua! gimana chapter ini? kalau ada yang kurang bisa komen yaa. Semoga kalian suka sama chapter kali ini ya!<3 jangan lupa juga jaga kesehatan!
Maaf banget untuk chapter hari ini masih belum banyak, masih dalam fase pemulihan hehehe
Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya! Mohon maaf jika ada typo dalam penulisan chapter ini!
Have a nice day<3
sincerely, Lilly
18.08.2021
Sore ini Nadia pergi menuju taman. Ia sudah bosan berdiam diri didalam kamar selama satu minggu penuh. Bukan. Bukan karena paksaan bunda, tetapi ia saat ini sedang sakit. Bisa disebut begitu bukan? Nadia duduk termenung pada bangku kosong yang menghadap kearah sebuah kolam besar, ia sedang larut dalam pikirannya. Semua memori pahit itu kembali lagi, dalam seminggu ini ia tidak tenang. Menangis, berteriak, kesakitan, dan takut. Hanya itu yang ia rasakan. Menyedihkan bukan? Tapi ini adalah hal yang harus ia tanggung. Ia sama sekali tak menyesal telah melindungi temannya pada saat itu, ia juga sudah berfikir bahwa ia akan berakhir seperti ini. Sejujurnya, Nadia sangat merindukan teman-temannya. Ia tak ingin mereka merasa bersalah, ini murni terjadi karena ketidaksengajaan. Tidak ada yang mengetahui hal ini selain keluarganya, namun sekarang teman-temannya sudah mengetahui hal tersebut. Sebaiknya saat Nadia kembali sekolah, ia harus meminta maaf. "Nad
"JANGANNNNNNNNNNNNNNNNN!!!!!!" teriak Nadia. Namun, terlambat, Gara sudah menuangkan satu ember penuh dengan air kepada Nadia dan Stella melemparkan tepung kearah Nadia, begitupula dengan Nandara. "AAAAAAAAAAAAAA MAAFFF!!! AMPUNNN!!!" teriak Nadia lagi. Seketika ia terduduk dan melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Gara, Nandara, dan Stella kebingungan dengan perilaku Nadia. Semua orang merasa khawatir, Nadia tak berhenti menangis sambil meminta maaf. "Nad! Nad!! lo kenapa??" tanya Stella sambil berlari menghampiri Nadia. "Nadd????" tanya Gara, ia juga menghampiri Nadia. Nandara yang menyaksikan hal tersebut dengan segera pergi kedalam untuk mengambil sebuah handuk. "Jauh" cicit Nadia. "Lo kenapa Nad?? lo gapapa??" tanya Stella sambil membersihkan tepung dari kepala Nadia. "GUE BILANG JAUH!" teriak Nadia. Ia terus menangis ketakutan, badannya bergetar, dadanya terasa sesak. Stella dan Gara dengan sigap berdiri dan me
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Di saat Nandara sedang fokus menonton TV, seseorang mengirimnya sebuah pesan.HandphoneNandara terus mengeluarkan notifikasi, tanda seseorang sedang mengirimkan pesanspampadanya. Nandara memutuskan untuk mengambil HP nya di kamar. Selama menuju kamar, perasaannya sudah tak enak dan benar saja, setelah ia mengambil HP nya, banyak sekali pesan masuk dan itu semua dari orang gila yang tak lain dan tak bukan Gara. Nandara membuka pesan dari Gara yang berisi puluhan huruf "P" dan umpatan-umpatan. Dengan malas, ia membalaschattersebut. Nandara: Apaan. Tak butuh waktu lama, Gara langsung membalas pesan tersebut. Gara: Ultah Nadia lagi 2 hari, kasisurpriseyok! Nandara: Kok lo bisa tau
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Saat ini Nadia sedang bersiap untuk belajar, kelas 12 memang se-padat ini ya? ulangan-kuis-tugas dan terus berulang, membuat Nadia merasa sedikit pusing. Tingg.... Suara notifikasi hp mengalihkan fokus Nadia sementara. Ia mengambil hp-nya untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan. Itu adalah Gara. Nadia mengernyitkan alisnya, kenapa Gara mengirimnya pesan? Gara: Nad Nadia: ya? Gara: Lo lagi belajar? Nadia merasa aneh dengan Gara yang tiba-tiba mengirimkan pesan, alhasil ia mengabaikan pesan tersebut dan melanjutkan sesi belajarnya. Lagi pula, ia harus mempelajari banyak hal untuk ulangan besok. Disisi lain, Gara yang melihat pesannya tidak dibalas memutuskan untuk bertanya pada Stella saja. Padahal ia hanya ingin m
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Gue pengen nyerah, Nad" ucap Stella. Saat ini ia terdengar putus asa dan tidak percaya diri, membuat Nadia sedih melihatnya. "Kenapa?" tanya Nadia. "Gue engga tau harus gimana, kata-kata yang selalu dia bilang ke gue terlalu menyakitkan. Apa harus ya dia sejahat itu?" ucap Stella. Nadia menepuk bahu Stella dan mengusapnya perlahan, ia juga kesal setiap Nandara membalas ucapan Stella. Terlalu kasar untuk perempuan. "Gaapa Stel,you deserve someone better than him. Lo itu cantik, lo tau sendiri selera lo gimana, yang harus lo lakuin sekarangmove on" ucap Nadia menasehati temannya. "Udah gue coba Nad, gue gabisa, gue gabisa lupain dia" sahut Stella, air matanya mulai menetes meskipun sudah ia tahan. "I know it's hard, Stell. Dicoba aja pelan-pelan, gimana?" saran Na
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Tiga 'tuyul' itu sedang panik saat ini, mereka baru saja menyadari bahwa hari ini masih hari sekolah. Tak ada pilihan lain selain berangkat sekarang meskipun terlambat. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, masih ada waktu bagi Gara dan Stella untuk pulang kerumah masing-masing dan bersiap untuk sekolah. Dengan tergesa-gesa mereka pergi kerumah. "Kalian ini kenapa? tumben terlambat" tanya Bu Eri selaku wali kelas mereka. "Maaf bu, kemarin saya belajar buat persiapan olimpiade sampai larut, jadi terlambat bangun" sahut Gara. "Maaf bu, saya bangun terlambat" sahut Stella. "Maaf bu, saya juga" sahut Nandara. "Hadehh, yasudah saya juga gak bisa bantu apa-apa. Kalian ibu hukum lari keliling lapangan aja ya, Nandara sama Gara 5 kali putaran, Stella kamu 3 putaran" Ucap Bu Eri "Baik bu" sahut Nandara, Gara dan