Ardy sampai di mansion sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dia masuk ke dalam kamar, melihat istrinya telah terlelap dan telah menyiapkan baju untuknya. Ardy masuk ke dalam kamar mandi.
Anggun membuka matanya mendengar gemericik air dalam kamar mandi.
Saat keluar dari kamar mandi, dia melihat Anggun duduk di tepi ranjang. Anggun memperhatikan suaminya yang baru saja keluar dengan rambut basah, menambah kadar ketampanannya. Anggun menyadarkan dirinya lalu mengambil handuk kecil untuk membantu mengeringkan rambut suaminya.
"Mas mau makan malam? Biar aku panaskan makanannya." Tanya Anggun lalu akan berdiri untuk menyiapkan makan malam.
"Mas sudah makan tadi di kantor." Jawab Ardy singkat.
"Mas kenapa pulangnya malam sekali?"
"Mas banyak pekerjaan sayang."
"Mas tadi aku nunggu mas jemput aku di kampus. Aku juga telepon berkali-kali tapi tidak diangkat-angkat."
"Maaf sayang." Ucap Ardy. Raganya memang berada di
Setelah keluar dari mansionnya, Anggun memilih untuk pergi ke mall. "Pak, tolong barang-barang saya yang di bagasi di antar ke alamat ini. Disana sudah ada orang yang akan menunggu. Terima kasih." Ucap Anggun sambil memberikan sebuah kertas berisi sebuah alamat beserta sejumlah uang untuk ongkos taksinya. "Baik non. Tapi ini uangnya kebanyakan." Jawab supir taksi setengah baya itu. "Itu rejeki buat bapak dan keluarga." Jawab Anggun lalu turun dari taksi dan memasuki mall. Anggun pergi ke ATM untuk menarik seluruh uangnya lalu menggunting kartu ATM tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Anggun pergi ke counter handphone untuk menjual ponselnya pemberian dari suaminya dan membeli yang ponsel lain serta mengganti nomornya dengan yang baru. Anggun pergi ke salon untuk merubah penampilannya dengan memotong dan mewarnai rambutnya. Dia juga berganti pakaian di dalam salon itu dengan kaos dan jaket hoodie serta celana jeans sobek-sob
Sesampainya di kota S, Anggun dan Beni turun di sebuah rumah sederhana dengan halaman yang luas dan pagar pendek. Rumah itu terlihat sangat kotor. Dedaunan berserakan di halaman namun pohon-pohon rindang membuat suasana nyaman. Mereka masuk ke dalam rumah dengan menyeret kopernya. Saat membuka pintu terlihat debu yang begitu tebal di dalam rumah itu. "Maaf membuatmu tidak nyaman karena rumah ini sudah kutinggalkan sejak 5 tahun lalu sejak kedua orang tuaku meninggal. Tidak ada yang mengurus rumah ini." "Tidak apa-apa Ben. Aku bersyukur kamu sudah mau membantuku. Terima kasih. Ayo sekarang kita bersihkan." Mereka berdua mulai membersihkan rumah itu hingga kelelahan dan tertidur di sofa. "Laparnya, sudah jam berapa ini?" Ucap Anggun pada dirinya sendiri. "Ben.. Beni.. bangun, ayo kita cari makan. Aku sudah lapar sekali." Ucap Anggun untuk membangunkan Beni. " Arghh.. "lengkuh Beni.. "Beni bangun." "Hoam.. ja
"Maaf Stella, aku hanya menganggapmu sebagai adikku. Aku tidak pernah mencintaimu sebagai seorang wanita." Ucap pria itu. "Tapi kak, aku tulus mencintaimu bisakah kita mencoba untuk hubungan ini?" "Stella mengertilah kalau saat ini kakak sudah punya pacar." "Aku tidak mau dianggap adik olehmu kak. Aku tidak mau." Kesal Stella. "Maafkan kakak Stel." Stella menangis lalu keluar dari ruangan itu dan tiba-tiba dia berada di pinggir jalan. Banyak pejalan kaki yang berjalan melintasi Stella. Suasananya sangat ramai, kendaraan bermotor berlalu lalang. Ada beberapa anak berlarian ke arah Stella sambil bercanda. Salah satu anak itu mendorong temannya sampai ke jalan raya. Stella melihat ada mobil yang melaju dengan kencang menuju anak itu. Stella berlari mendorong anak itu tapi dia sendiri tertabrak mobil. Stella terpental 5 meter dari tempat dia berdiri. Darah mengalir dari kepalanya. Seketika Stella tidak
Anggun dan Beni memulai dengan membuat sistem keamanan tingkat tinggi untuk melindungi data suatu perusahaan beserta dengan identifikasi sidik jari setiap karyawan yang akan memasuki suatu ruangan. Rahasia perusahaan tidak akan bocor dengan sistem keamanan yang mereka buat. Sistem itu mendata seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan sehingga dapat mengetahui apa saja yang dikerjakan oleh karyawan itu. Jika ada yang berusaha untuk meretas data perusahaan maka sistem itu otomatis akan menyerang balik komputer lawan dan mengacaukannya. Anggun dan Beni juga membuat sistem pemeriksaan data keuangan yang canggih sehingga memudahkan untuk membuat dan memeriksa laporan keuangan. Sistem itu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Anggun dan Beni menyelesaikan sistem yang mereka buat dalam waktu 2 bulan, mematenkan sistem buatan mereka lalu menjual sistem tersebut kepada beberapa perusahaan besar, rumah sakit dan hotel di
Berkat sistem yang mereka buat, Anggun dan Beni bisa membeli sebuah ruko yang mereka jadikan kantor beberapa bulan yang lalu. Sistem yang mereka buat telah menghasilkan uang yang cukup untuk membeli ruko serta menggaji 3 pegawai untuk mengawasi dan mengecek sistem buatan Anggun dan Beni jika ada kendala serta 1 bagian administrasi. Meskipun usaha mereka termasuk baru merintis tapi sistem itu sudah terkenal dan di pakai oleh beberapa perusahaan besar. Selama kehamilannya Anggun sangat merindukan suaminya, tapi rasa rindu tertutup oleh rasa kecewanya terhadap sikap Ardy kepadanya. Satu bulan terakhir di mansion Ardy, Anggun merasa seperti istri yang tak dianggap. Tidak ada komunikasi, tidak ada keterbukaan dan kejujuran di antara keduanya. Kehamilan anak kembarnya Anggun tidak merasakan ngidam, dia hanya cepat merasa lelah dan selalu ingin tidur. Beberapa hari yang lalu Anggun juga telah melahirkan kedua bayi kembarnya yang berjenis kelamin
Ardy, Rayhan, dan Declan telah sampai di kota S menggunakan jet pribadi milik Ardy. Keluar dari bandara, mereka telah di tunggu oleh supir yang bertugas mengantar dan menjemput ketiganya. Mereka langsung pergi menuju lokasi pertemuan dengan pemilik sistem keamanan yang diketahui bernama Beni. Ketiganya sampai di sebuah ruko 3 lantai yang ternyata adalah lokasi tempat pertemuan mereka dengan Beni. "Benar ini alamatnya?" Tanya Ardy ragu ketika melihat ruko yang tidak terlalu besar dan terlihat biasa saja dari depan. "Benar tuan, ini sesuai dengan alamat yang diberikan." Jawab Rayhan sambil menunjukkan sebuah kertas yang berisi alamat kantor perusahaan sistem keamanan. "Ini perusahaan baru berdiri bro. Awal membangun sebuah usaha sudah punya ruko sendiri itu termasuk hebat, apalagi belum ada 1 tahun." Jelas Declan yang mengerti keraguan Ardy. "Huh! Ayo sekarang kita masuk ke dalam." Ketiganya masuk ke dala
Anggun berjalan mengikuti langkah Ardy. Sesampainya di restoran, mereka masuk ke ruang VVIP restoran itu. "Kalian makanlah di ruangan yang lain, ada yang harus aku bicarakan dengan istriku." Ucap Ardy kepada Rayhan, Declan dan Beni. Mereka berpencar Ardy dan Anggun memasuki ruangan VIP dan Beni, Declan dan Rayhan memasuki ruangan VIP lain yang bersebelahan dengan sepasang suami istri itu. Pelayan masuk memberikan buku menu dan siap untuk mencatat semua pesanan Ardy. Anggun hanya diam saja tanpa menjawab bahkan tanpa melihat Ardy. "Kamu mau pesan apa?" Tanya Ardy kepada Anggun sambil memberikan buku menu. "Jeruk hangat."jawab Anggun malas tanpa melihat menu restoran itu. Dia tidak ingin berdebat di depan pelayan yang saat ini sedang mencatat pesanan mereka. "Saya pesan ini, ini, dan ini." Ucap Ardy sambil menunjuk menu yang dia inginkan. Setelah mencatat pesanan Ardy dan Anggun, pelayan itu keluar dan menutup kembali pintu ruang
Pagi-pagi saat Ardy membuka mata, ponselnya berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. Dia membukanya dan melihat foto serta laporan dari anak buahnya yang bertugas mengawasi Anggun. Rasa bahagia membuncah dalam dada hanya dengan melihat foto istrinya. "Aku senang akhirnya aku menemukanmu istriku. Walaupun kamu belum mau pulang bersamaku tapi aku akan terus berusaha mendapatkan cinta dan kepercayaanmu lagi." Tekad Ardy saat melihat foto istrinya. Ardy mengambil ponselnya lalu menekan tombol telepon untuk menghubungi Rayhan. "Ray tolong kamu pesankan sebuah buket bunga untuk istriku dan antarkan ke ruko yang kemarin kita datangi untuk rapat bersama dengan pak Beni." "Tolong! Apa benar ini adalah tuan Ardy?"pikir Rayhan. "Apa aku bermimpi? Apakah yang menelpon ku adalah tuan Ardy?" "Rayhan" teriak Ardy yang dari tadi panggilannya tidak dijawab Rayhan. "Iya tuan bagaimana?" Teriakan Ardy membuyarkan lamunan Rayhan. "