"Tadi sangat seru, pandangan ku seolah menembus awan hitam di sana," ucapnya seraya mengangkat jari ke udara. Menunjuk langit hitam legam tiada bintang.
Grrr
Si Hulk menggeram. Deretan giginya bagai taring singa, siap melahap. Aleta terkekeh, mentertawakan pria bertubuh besar itu.
"Haiden! Anjingmu ini payah sekali," ejek Aleta.
Haiden membuang puntung rokok miliknya. Secepat kilat ia merogoh dada lalu mengeluarkan senjata api, dan dilempar ke arah si Hulk.
Sigap hulk ta
Lalu, Aleta merobek sedikit ujung gaunnya. Bermodalkan robekan kain itu, ia mencomot potongan burung elang milik si Hulk, yang tergeletak di permukaan tanah.Ia meringis, jijik tapi anehnya ia tetap mengambil bagian masa depan si Hulk itu. Ia pertontonkan burung elang tersebut kepada Haiden."Lihat ini baik-baik, Haiden! Apa menurutmu ini kurang berotot, besar atau kurang panjang?"Melihat benda panjang berurat berlumuran darah itu. Mendadak kekuatan Haiden seolah runtuh. Rasa ngilu menjalari tubuhnya. Terutama pada bagian selangkangan. Lantas, Haiden bersimpuh duduk.
Hai, hai. Apa kabar kalian? Tiga hari Othor engga up, kalian rindu, kah? Rindu, dong. Masa engga, sih. WkwkJangan resah babe. Hari ini Othor bakalan up dua bab. Panteng terus, yawww. Love you all❤️_______"Anak pungut? Sky anak pungut?"Sepaham Aleta. Sky betul kakaknya meskipun ia sendiri tidak tau, Sky kakak kandung atau bukan. Sky dan Aleta hidup berdampingan sejak kecil."Mungkin saatnya kau tau," jawab Jhon.Aleta mengerutkan kening. Ia menggaruk kepalanya keheranan."Kita keluar dulu. Aku akan mengungkap beberapa hal, yang mungkin kau
Tuh, Othor kasih bab lagi. Yang baru datang. Sok tambahkan novel ini ke rak buku kalian yaw. Yang sudah menambahkan jangan lupa pantengin terus ya wkwk. Btw kasih Krisan juga dong buat Othornya. Kali aja Othor ada salah kata atau alur cerita yang gimana gitu, ye kannn.Dahlah, salam kiss dari Othor 😘_____Kurang dari tiga puluh menit. Aleta menghabiskan semua porsi steak daging, yang Jhon pesan. Bahkan Jhon hanya disisakan dua kali suap saja. Jhon sampai geleng-geleng kepala.Ditambah gadis itu juga meneguk habis satu botol anggur.Untunglah ia tidak mabuk. Kesadarannya kasih ada meski kedua netra hijau keabu-abuan miliknya memerah."Sudah kenyang?" Tanya Jhon, memastikan karena seorang Aleta seolah tak memiliki rasa kenyang jika hanya memakan se
"Ibu?"Sepasang mata tajam bak mata pisau miliknya tetiba redup. Semua kebengisan dari cara ia memandang mendadak lenyap. Netranya berubah redup, redup dan tanpa sadar buliran hangat membasahi pipi Aleta.Buliran itu jelas terasa. Aleta tersadarkan. Sigap ia seka. "Sialan, apa ini."Dalam waktu sekejap. Wajah sangar gadis itu kembali. Ia menghela nafas berat."Lousion sialan. Kenapa dia menyimpan foto besar ibuku di sini. Dasar payah! Mana kamarnya gelap mirip pemakaman. Persis sekali tempat ibuku rebahan," decak Aleta sambil menaiki tempat tidur Lousion.
Cek-klekPintu terbuka. Sejenak Lousion berdiri mengedarkan mata. Tidak ada seorang pun di dalam.Beni, anjing kesayangan Lousion berlari dari perapian. Ia melompat ke dalam pelukan Lousion.Lousion usap-usap kepala Beni, yang plontos tanpa bulu. Ia perhatikan baik-baik anjing tersebut. Ia menghela lega karena sepertinya hari ini Aleta tidak mengusik Beni."Jhon!" Panggil Lousion, lantang."Iya, tuan." Tiba-tiba Jhon berdiri di belakang Lousion. Kehadiran pria itu tidak Lousion sadari semenjak Lousion masuk."Di mana Aleta?""Ada di
Di dalam kamar. Lousion merebahkan tubuh. Kepala pria itu sersa nyut-nyutan. Ribuan jarum bagai menusuk. Memaksa otak Lousion meledak.Bagaimana tidak? Jika hari ini Lousion mendapat beberapa masalah. Dimulai dari gagalnya penyelundupan senjata terlarang karena penyekatan polisi di tengah jalan lalu Lousion mendapat kabar jika Sky kalah bertaruh, dan sekarang berada di rumah sakit sampai barusan ada telepon masuk mengenai ulah yang Aleta buat dengan Haiden."Bisa mati aku," batin Lousion.Saat penat melanda seperti saat ini. Solusi Lousion hanya satu. Yakni memandang foto mendiang sang istri sampai ketenangan menyelimuti qolbunya.
Secepat kilat. Aleta melompat dari ranjang. Ia berlari keluar diikuti Jhon.Aleta masih menggunakan high heels. Namun, itu bukan penghalang untuknya menaiki anak tangga. Gerakan gadis itu sangat gesit.Sampai di pertengahan anak tangga mendadak Beni datang sambil menggonggong. Terkesannya Beni mau menyampaikan sesuatu pada Aleta.Aleta terkejut. Pijakan kakinya nyaris tidak tepat sasaran."Aleta, awas!" Teriak Jhon sigap menahan pinggul Aleta. "Hati-hati!"Guk guk guk"Itu gara-gara Beni," geram Aleta malah menyalahkan Beni."Beni, turun!
Teng …Pukul 12 siang tepat. Di atas brankar rumah sakit. Sky mengerjapkan mata. Netra tajamnya langsung mengedar. Menyusuri tiap ruang ia berada.Sebuah benda bulat di permukaan dinding menunjukkan jarum jam pendek berhenti di angka 12. Spontan Sky menoleh ke luar jendela.Langit cerah berawan. Pertanda sebentar lagi akan semi."Shit!"Ia hendak menuruni brankar membosankan itu, tetapi sesuatu menahannya.