Share

2. Mobil Mewah Siapa?

"Kabar burung berkata, Bu Nulla jadi wanita simpanan Bos,” ujar wanita tadi sambil celingukan.

"Ladies, berhentilah gosip!" tegur Kevan singkat. "Lagipula, Nulla nggak mungkin kayak gitu."

Kevan merasa sangat mengenal Nulla. Dia tidak akan diam begitu saja mendengar beberapa orang menjelek-jelekannya.

“Cih, Bu Nulla pasti lebih memilih Pak Miguel yang kaya raya daripada pria miskin kayak kamu," celetuk si wanita resepsionis. Dia melanjutkan kembali pekerjaannya. “Sana pergi!”

Empat karyawan wanita di sana saling pandang. Mereka melihat Kevan melangkah pergi. Namun, salah seorang diantara mereka memberanikan diri mendekati Kevan.

“Mas, tunggu!” Wanita berkemeja putih memanggil Kevan. "Mas, mau lihat?" tanyanya.

Kevan ragu dan bertanya, "Apa ini?"

"Lihat aja dan kamu akan tahu kelakuan mantan pacarmu itu!"

Dengan ditunggangi rasa ingin tahu yang tinggi, Kevan akhirnya mengambil ponsel wanita itu. Dia melihat sebuah video mengejutkan.

"Dia ... Nulla?!"

Kevan menatap wanita di depannya dengan shock. Detik itu juga, si wanita mengangguk.

"Ya. Wanita di video syur itu Bu Nulla."

***

"Astaga! Aku masih kepikiran Nulla," ujar Kevan sedih. "Uhh … nggak masalah kalau Nulla putus dariku. Tapi, kenapa dia jadi begitu bitchy?"

Setelah menempuh perjalanan selama 5 jam, Kevan sampai di kota Tangoーkota kelahirannya yang berada di pulau Pearl. Selain terkenal dengan keindahannya, Pulau Pearl memiliki tambang emas yang berlimpah.

Kevan melangkah menelusuri jalanan berkerikil kumuh menuju gang rumahnya yang tidak jauh dari stasiun kereta api. Kota Tango terkenal dengan daerah kumuh yang penduduknya didominasi pemulung dan pekerja tambang.

Kevan menatap layar ponselnya. Entah sudah berapa kali dia memutar video syur Nulla bersama seorang pria yang wajahnya tidak jelas. Dia memandangi Nulla dengan jijik.

"Aku nggak peduli mereka dapat video ini dari mana! Tapi, aku yakin pria di video ini Miguel."

Kevan kembali mengingat sosok Miguel yang telah menghinanya. Dia mengembuskan napas dengan kasar.

"Aku akan tunjukkan video ini kepada Tuan Rudi Darwin dan Nyonya Felicia Darwin," ujar Kevan sembari tersenyum sarkas. "Tuan dan Nyonya Darwin harus tahu kelakuan calon menantu mereka."

Kevan memiliki dua pekerjaan paruh waktu sekaligus. Yaitu menjadi bodyguard dan menjadi anak buah rentenir di kota Tango.

Kevan sangat menikmati pekerjaannya sebagai salah satu bodyguard anak tunggal keluarga Darwin sejak 18 bulan lalu. Karena selain gaji yang ditawarkan tinggi, waktu yang dibutuhkan pun fleksibel. Karena saat ini, Kevan masih berkuliah di Universitas Golden Baubau sebagai mahasiswa penerima beasiswa 50%.

"Eh, gembel!"

Kevan sontak menoleh saat mendengar suara sopran wanita berseru padanya. Ekspresi wajah Kevan berubah sumringah melihat sosok wanita dengan make up tebal yang memanggilnya.

"Eh Bu Bos Gallon, ada apa?" tanya Kevan santai.

"Ikut aku ke stasiun Tango 2 sama Gauche dan Glen sekarang!" ajak si bos wanita sambil kipas-kipas.

Kevan memutar bola matanya tanda bahwa dirinya jengah. "Sekarang? Mau nagih ke mana, Bos?"

Kevan melihat dua pria di belakang Gallon. Mereka adalah Gauche dan Glen.

“Mang Imron telat bayar utang 2 Minggu. Kamu harus bisa dapatkan uangnya. Paham?!” Gallon membenarkan rambutnya yang tergerai. “Glen dan Gauche jangan sampai ikut ke warung makan Mang Imron. Karena mereka berdua tergila-gila anaknya Mang Imron yang janda. Bisa kacau urusanku!"

"Oh, Neng Inura? Dia janda kembang, Bu Bos.”

“Astaga! Kamu juga suka Inura, Kevan?” tanya Gallon mendadak membuat Kevan tersipu malu.

“Nggak, Bu Bos. Eh, tapi, Bosー”

Kevan segera menutup mulutnya saat melihat Gallon mengeluarkan dua lembar uang ratusan ribu rupiah dari gulungan uang kertas.

"Nih, uang buat udud. Aku tahu kamu belum udud, kan?"

Wajah Kevan kembali sumringah. "Bu Bos memang paling tahu isi hati anak muda," ujar Kevan menggoda Gallon. Dia menerima uang 200.000 rupiah dari Gallon dengan senang hati.

"Terlihat jelas dari muka kamu yang kusut! Ayo jalan sekarang!" seru Gallon menunjuk wajah Kevan.

‘Sialan! Padahal uang ini buat Mama beli beras dan gas di rumah, bukan buat aku,’ keluh Kevan di dalam hatinya. ‘Tapi, biarin aja. Yang penting tugas menagih utang kali ini harus berhasil.’

Baru saja mereka akan melangkah, suara wanita terdengar memanggil nama Gallon.

"Lon! Gallon! Tunggu!"

Datang seorang wanita menggunakan sepatu hak tinggi 7 cm. Dia mengangkat dress panjang merah agar dapat berjalan dengan leluasa.

"Kamu ke mana aja, Nyai Mustika? Aku mau pergi nagih ke stasiun."

Gallon melangkah bersama Mustika menuju mobil yang terparkir tidak jauh hari mereka. Sedangkan, Kevan berjalan bersama Gauche dan Glen.

"Aku juga mau nagih Desi," jawab Mustika. "Tadi Mega bilang kalau Desi beli motor baru. Tapi, dia belum bayar utangnya ke aku. Panas hati ini!"

"Mega Bos pempek yang pelit itu? Dia bilang gitu ke kamu?" tanya Gallon memastikan. "Jadi, kamu tadi gibah sama Mega?"

"Iya. Dia bilang, Desiーsi juragan kepiting beli motor baru. Sialan!" Mustika menggerutu. "Kevan, setelah urusan Mang Imron selesai, kita langsung pergi ke restoran sea food Desi! Paham?"

"Oke, Nyai," jawab Kevan.

Gallon dan Mustika masuk ke mobil. Glen sudah siap di kursi sopir. Sedangkan Kevan berada di atas motor bersama Gauche.

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Kevan mengendarai motor sport dengan membonceng Gauche. Dia mengikuti mobil yang ditumpangi Gallon dan Mustika.

***

“Aaarrgghhh!”

Bruk!

Kevan mendorong seorang pria hingga tersungkur. "Mang Imron!" teriak Kevan memanggil nama pemilik warung makan Sunda sederhana. "Cepat bayar utang Bos Gallon! Hari ini udah jatuh tempo."

Gallon dan Mustika duduk di dalam mobil yang terparkir tepat di depan warung makan Imron sambil kipas-kipas karena siang itu sangat terik. Mereka berdua memperhatikan cara Kevan menagih utang. Tidak lama, keluar seorang wanita dengan usia kira-kira 22 tahun.

"Aduh, Gusti! Kang Kevan jangan dorong Abah kayak gitu!" seru si wanita. Dia tampak marah dan ketakutan. Dia ikut terduduk di lantai memeluk Imron.

"Neng Inura geulis pisan!" puji Kevan sambil menyelipkan rokok di tengah-tengah bibirnya. Dia tersadar Gallon sedang menatapnya dari kejauhan. “Ayolah, Mang Imron, cepat bayar utang! Jangan bikin kerjaan saya jadi rumit, dong!” seru Kevan meninggikan nada suaranya disertai wajah memelas yang kontras dengan suaranya.

“Aku nggak punya uang sekarang. Aku minta perpanjangan waktu,” ujar Imron. Dia memegangi dadanya yang terasa sesak.

“Haduh, Mang! Kasihan dikit ke saya, napa? Kalo Mang Imron telat bayar, nanti Bos Gallon bakal mundurin gajian aku! Lah, aku mana bisa makan kalo nggak terima gaji. Kita sama-sama jangan saling merugikan, Mang!” Kevan berjongkok di hadapan Imron dan Inura. “Ngomong-ngomong ….” Kevan melirik Inura, lalu tersenyum sinis.

Tangan kanan Kevan menarik kalung dari leher Inura. Seketika itu juga, Kevan berhasil mendapatkan kalung emas milik Inura. Dia berdiri sambil memperhatikan kalung di tangannya.

“Jangan, Kang!” teriak Inura. “Itu peninggalan mantan Suamiku satu-satunya.”

Kevan sedikit menundukkan badan. Dia bertanya, “Memang apa peduliku? Kamu kan banyak yang naksir, kawin lagi aja, Neng.”

Kevan kembali tersenyum sinis. “Berikan semua cincin di jarimu dan anting yang kamu pakai!”

Inura dan Imron saling menatap. “Jangan, Inura!” seru Imron.

“Cepat, Inura, atau kamu mau aku sentil ginjalnya Mang Imron pake tang, nih?!” Kevan mengancam Inura dengan wajah menyeringai.

Inura yang sedang ketakutan dengan cepat melepas semua perhiasan. Kemudian, memberikannya kepada Kevan.

"Bagus." Kevan mengantongi semua perhiasan yang didapatnya. "Semua perhiasan itu bahkan nggak cukup untuk bayar bunganya. Semua total utang mu 120 juta rupiah."

Kevan mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam jaket. Dia kembali berjongkok. "Cepat tanda tangan!" perintahnya.

"Apa ini?" tanya Imron curiga.

"Ini adalah surat perjanjian. Bos Gallon akan menjadi pemilik sah atas tanah dan bangunan ini jika bulan depan kamu nggak bisa bayar utangnya."

Kevan menarik pakaian Imron hingga pria 67 tahun itu tersungkur.

"Cepat tanda tangan!"

Inura membelalakkan mata. "Akang Kevan nggak punya hati! Tega sekali terhadap orang miskin seperti kami. Aku bersumpah kamu nggak akan pernah bahagia."

Kevan menelan saliva. 'Aku terpaksa menerima pekerjaan ini. Karena aku butuh uang. Tidak peduli sumpah serapah yang aku dapatkan dari orang-orang,' pikirnya.

"Bagus!" Kevan melipat dokumen tadi setelah Imron selesai tanda tangan. Dia menatap Imron dan Inura sebelum pergi meninggalkan mereka.

***

"Ughh! Rasanya lelah menjadi orang miskin," keluh Kevan tiba-tiba.

Kevan baru saja selesai bekerja menagih utang. Dia berjalan kaki menuju gang rumahnya. Karena batal ke restoran sea food milik Desi, maka Kevan pulang lebih awal dari jadwal.

"Eh?!"

Kevan terkejut. Dia menghentikan langkah. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Mobil mewah siapa yang parkir di depan gang rumah orang tuaku? Apa ini mobil keluarga Darwin? Tapi, untuk apa mereka datang mencari ku?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Anisa Salsabila P
semangat kevann!
goodnovel comment avatar
Nathan Ryuu
dan di sinilah para figuran keren bermunculan, hahahaha. terutama figuran gauche, super keren dah!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status