Share

Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya
Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya
Penulis: Zoya Dmitrovka

1. Pria Miskin yang Putus Cinta

"Akhirnya aku sampai di kota Peak pulau Bermuda,” ujar pria tampan berpenampilan sederhana. Jaket hijau lumut dengan topi berwarna senada, sepatu boots serta tatapan tajamnya menambah kesan dingin pada dirinya.

Kedua kaki si pria melangkah memasuki gedung pencakar langit perusahaan Wijaya Corp yang merupakan perusahaan terbesar nomor satu di pulau Bermuda. Dia meraih ponselnya yang bergetar dari saku celana.

Pria itu tersenyum ketika membaca nama penelepon di layar ponsel. Dia lantas menyapa lawan bicaranya, "Halo, Nona Ciara Darwin!"

"Kamu di mana, Kevan Hanindra? Kenapa hari ini nggak datang ke rumahku? Kamu kuliah?"

Kevan menyipitkan matanya menyesuaikan pencahayaan di dalam lobi. Dia menatap ke sekeliling sambil mengagumi interior kantor Wijaya Corp.

"Aku cuti bekerja selama dua hari, Nona," jawab Kevan lembut seperti biasanya. "Dan sekarang, aku sedang berada di pulau Bermuda."

"Apa?! Pulau Bermuda?! Kamu menemui pacarmu?!" tanya Ciara dengan nada tinggi bercampur emosi.

Kevan mengangguk dan menjawab, "Ya benar, Nona." Dia membenarkan dugaan Ciara.

Terdengar desah napas panjang dari lawan bicaranya.

"Oke," ucap Ciara, lalu mengakhiri sambungan telepon begitu saja.

Kevan menghela napas. "Hmm, semoga Cia baik-baik aja selama aku tinggal," ucapnya penuh harap.

Kevan menyimpan ponselnya kembali. Dia menatap seorang wanita yang bertugas sebagai resepsionis Wijaya Corp.

"Permisi, Nona. Apa Nulla ada?"

Si wanita menghentikan pekerjaannya. Kemudian, menatap Kevan dengan bingung.

"Kamu siapa? Berani sekali memanggil Bu Nulla hanya nama depannya."

'Astaga! Ketus sekali wanita ini!' seru Kevan mengomel di dalam hati.

"Aku pacarnya Nulla Hanifah. Apa dia ada?"

Bukannya menjawab dengan ramah, petugas resepsionis justru menatap Kevan sinis. Dia memandangi Kevan dari atas kepala hingga ujung kaki.

Si wanita menunjuk-nunjuk Kevan sambil berseru, "Eh, Mas! Jangan halu! Lihat penampilan kamu!"

"Apa ada yang salah dengan penampilanku?"

Si wanita tersenyum sinis. "Bu Nulla nggak mungkin pacaran sama gembel kayak kamu!"

"Gembel? Kamu bilang gembel hanya karena melihat penampilanku?"

Suasana menjadi ramai karena si wanita berteriak. Beberapa karyawan datang dan menatap Kevan dengan keheranan. Mereka saling berbisik.

Tidak lama kemudian, kedua telinga Kevan menangkap suara wanita yang sangat dikenalnya. “Itu pasti Nulla!” serunya.

Kedua mata Kevan tertuju pada wanita berpakaian kemeja kuning gading dengan rok sebatas lutut yang ketat. Rambut panjang pirangnya dibiarkan tergerai sehingga menambah kesan seksi.

"Nulla!" panggil Kevan menyerukan nama si wanita. Dia melambaikan tangan ketika Nulla menatapnya.

Langkah Nulla sontak terhenti, begitu juga dengan langkah pria di sampingnya. Nulla tersentak saat melihat sosok Kevan berdiri di depannya.

Tatapan Kevan beralih ke pria di sisi kanan Nulla. ‘Siapa dia?’ tanyanya membatin.

Kevan tersenyum saat Nulla menatapnya. Namun, tidak sebaliknya.

"Kevan, kamu? Kamu ngapain di sini?"

Nulla berjalan mendekati Kevan. Dia salah tingkah karena banyak pasang mata yang memperhatikannya.

Nulla melotot. Dia tampak tidak senang dengan kehadiran Kevan.

Kedua bola mata hitam Kevan terlihat bahagia bertemu dengan pacarnya. "Iya, ini aku, Nulla Hanifah," sahut Kevan masih dengan senyumnya yang manis. "Kamu sudah selesai kerja, kan? Ayo kita pergi!" ajaknya kemudian.

Nulla menoleh ke kanan dan kirinya. Dia menatap pria yang sejak tadi bersamanya.

"Nulla, siapa dia?" tanya pria itu. Wajah tampannya terlihat kebingungan sekaligus penasaran.

"Perkenalkan," ujar Kevan sembari mengulurkan tangan kanan kepada si pria. "Aku Kevanーpacar Nulla. Bukannya kamu tunangan Nonaー"

Kevan belum selesai berbicara. Namun, pria beralis tebal dengan belahan dagu itu memotong pembicaraannya seraya mengerutkan kening.

"Nulla, benar dia pacar kamu? Bukannya kamu bilang, nggak ada pacar? Aku nggak menyangka, sekretarisku yang cantik dan seksi memiliki selera pria rendahan seperti dia!" seru si pria sambil menunjuk Kevan.

Kevan melihat wajah Nulla berubah merah padam. Karena tidak ada tanggapan apapun dari si pria, Kevan terpaksa menarik tangannya lagi.

"Uhm, iーitu, Pak Miguel ...."

Nulla yang kebingungan segera melemparkan tatapan penuh amarah kepada Kevan. Dia emosi dan malu karena Kevan muncul di kantornya mendadak.

"Nulla, kamu tahu? Pacarmu ini bahkan bekerja paruh waktu sebagai bodyguard tunangankuーCiara Darwin. Ha! Ha! Ha!"

Miguel tertawa terpingkal-pingkal. Dia puas berhasil membuat Kevan merasa malu di depan Nulla.

Kevan mengepalkan kedua tangan menahan amarah. Kevan melihat beberapa karyawan di sana tidak berhenti bergosip. Namun demi menjaga nama baik dan perasaan Nulla, Kevan tidak membalas perlakuan Miguel.

“Kevan, kamu benar-benar membuatku malu!” tuding Nulla dengan nada tinggi.

Miguel mengenakan jas hitam dan jam Rolley Alexander. Di tangannya, dia memegang kunci mobil Rolls-Royce keluaran terbaru.

“Nulla, pacar kamu ini ….” Miguel memainkan kedua bola matanya ketika menatap sinis ke arah Kevan.

Nulla memusatkan perhatiannya pada Kevan, begitu juga dengan semua orang.

“Hmm, jika dilihat-lihat … penampilan pacarmu sangat sederhana. Tidak ada barang branded yang menempel di badannya. Apa dia berasal dari keluarga miskin? Kamu terlalu berharga untuk pria miskin seperti dia, Nulla!”

Miguel tersenyum sarkas. Dia bertolak pinggang. Tidak lama kemudian, Miguel menyalakan rokoknya.

Lagi, Kevan melihat perubahan pada wajah Nulla. Dia merasa tidak enak hati pada Nulla. Namun, dia juga tidak bisa menerima penghinaan yang dilontarkan Miguel.

“Nulla, akuー”

Nulla berteriak seketika, “Stop, Kevan!” Nulla memalingkan wajah ke arah lain bermaksud menghindari kontak mata dengan Kevan. “Apa yang dikatakan Pak Miguel memang benar. Apa kamu nggak sadar?”

Miguel terlihat senang dengan respon Nulla yang memihaknya. Dia mengembuskan asap rokok ke udara dengan bebas sambil sesekali tersenyum.

Kevan sangat risih dengan tingkah Miguel. ‘Astaga! Bukankah di ruangan ber-AC seperti ini dilarang merokok?’ pikirnya tiba-tiba.

Kevan menatap Nulla dengan curiga. “Maksud kamu?” tanyanya kemudian. “Sadar akan hal apa? Aku nggak merasa sudah melakukan kesalahan.”

Nulla menggigit bibir bawahnya. Dia berkata, “Pak Miguel benar. Kamu terlalu miskin dan nggak pantas jadi pacar aku, Kevan. Kamu bahkan nggak pernah berikan aku hadiah atau barang mewah seperti keinginanku.”

“Aku sedang berusaha, Nulla. Nih, coba lihat!” Kevan menyodorkan sebuah goody bag hitam kepada Nulla. “Aku membawa hadiah anniversary kita yang ke-4. Bukalah!”

Nulla mengambil goody bag dari tangan Kevan, lalu membukanya. Semua orang tidak sabar ingin melihat isinya, termasuk Miguel.

“Nulla, apa kamu ingat? Hari ini adalah hari bersejarah kita.” Kevan berbicara dengan antusias, tetapi Nulla mengabaikannya.

Nulla mengeluarkan sebuah tas berwarna hitam elegan favoritnya. Kedua matanya berkaca-kaca. ‘Ini … ini adalah tas Daisy Cool yang aku beritahu Kevan dua hari lalu. Dia benar-benar membelinya untukku,’ batin Nulla. Dia menatap Kevan tanpa bisa berkata-kata.

“Nulla, kamu yakin pacarmu yang miskin ini mampu beli barang mahal? Jangan-jangan tas yang kamu pegang itu palsu!” sindir Miguel. Dia menginjak rokoknya hingga padam.

“Jaga bicaramu!” tegur Kevan kesal.

“Kamu yang seharusnya jaga bicaramu, Kevan!” teriak Nulla. “Pak Miguel Wijaya ini Bos aku. Dia benar. Seharusnya aku nggak percaya gitu aja sama kamu!”

Nulla terhasut dengan perkataan Miguel. Dia mengembalikan tas tersebut dengan kasar hingga mengenai dada Kevan.

Brak!

“Nih, aku kembaliin tasnya. Aku malu pakai barang palsu.”

“Ini bukan barang palsu, Nulla!” bantah Kevan tidak mau kalah. “Aku belinya di toko official Daisy Cool. Kalau kamu nggak percaya, aku bisaー”

Nulla menutup kedua telinganya sambil menggeleng. Dia enggan mendengarkan penjelasan Kevan.

Nulla mendongakkan wajahnya menatap pria yang sudah dipacarinya selama 4 tahun ini. “Stop, Kevan! Mulai detik ini, kita putus!” serunya. Dia berbalik menatap Miguel. “Ayo, Pak! Kita pergi sekarang.”

Jantung Kevan berdegup kencang saat mendengar seruan Nulla barusan. Hatinya bertambah hancur melihat Nulla menggandeng tangan Miguel.

“Tunggu, Nulla!” Kevan meraih tangan kanan Nulla, lalu menariknya.

“Ahh!” teriak Nulla terkejut. “Lepasin aku, Kevan! Aku bilang, kita putus. Paham?”

“Nggak. Aku nggak mau putus,” ucap Kevan menolak keinginan Nulla. “Atas dasar apa kamu mutusin aku? Bahkan kamu nggak beri aku kesempatan untuk jelasin hal yang sebenarnya. Kenapa kamu berubah, Nulla?”

Nulla dan Kevan telah mengenal sejak sekolah menengah atas. Namun, mereka resmi berpacaran setelah lulus sekolah. Karena Nulla berasal dari keluarga menengah, dia berhasil lulus kuliah dan berkarir lebih dulu daripada Kevan.

Nulla mencoba melepaskan tangannya dari Kevan. “Lepasin aku, Kevan! Aku nggak mau sama kamu yang miskin. Apa itu nggak cukup jelas?”

“Aku sekarang memang miskin. Tapi, aku sedang berusaha, Nulla,” balas Kevan sambil melemparkan tatapan memohon. “Sabarlah sedikit!”

“Sabar kata kamu?! Sabar sampai kapan, hah?!” Nulla menghempas tangan Kevan.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Kevan. Semua orang yang berada di sana memekik tertahan dengan menutup mulut mereka. Namun, tidak dengan Miguel yang justru tertawa puas.

“Ha! Ha! Ha! Kau pantas mendapatkannya, hei pria miskin!” ejek Miguel dengan tatapan merendahkan. "Jika kamu butuh pekerjaan tambahan, kamu bisa bekerja membersihkan sepatuku."

Kevan terkejut dan sakit hati dengan perlakuan Miguel. Kevan menggertakkan gigi.

“Nulla, kau?!”

“Sekarang lebih baik kamu pergi dari kantorku dan jangan pernah datang lagi!”

Selesai mengatakan kalimat barusan, Nulla pergi bersama Miguel. Kevan melihat keduanya masuk ke mobil mewah yang dipastikan milik Miguel.

“Gembel kayak kamu memang pantas diperlakukan seperti tadi!” seru wanita resepsionis dengan senyum sinis.

“Mas, kasihan banget sih! Lebih baik kamu mencari wanita lain, selain Bu Nulla,” ujar wanita rambut pendek.

Karyawan lain pun ikut menimpali dengan berkata, “Benar. Sejak Bu Nulla diangkat menjadi kepala sekretaris, sikapnya menjadi sangat angkuh dan ….” Kalimatnya terjeda. Dia menoleh menatap teman-temannya.

“Dan?” Kevan menjadi sangat penasaran dibuatnya. “Dan, apa?”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Zoya Dmitrovka
Halo, Zoyaliciouz! Zoya di sini menyapa para pembaca. Zoya menantikan komentar kalian, tetapi pliss perhatikan sikap sopan yahh. Makasih ;⁠)
goodnovel comment avatar
Nathan Ryuu
heleh nulla
goodnovel comment avatar
Anisa Salsabila P
yg sabar yh kevan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status