แชร์

5. Coffee shop

ผู้เขียน: Liazta
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-07-27 04:46:04

Tiara berdiri di depan coffee shop Tiara memandang Coffee shop  yang cukup  ramai dengan pengunjung. Walaupun  Coffee shop itu tidak begitu besar, hanya satu ruko. Namun mampu membuat coffee shop ini menjadi tempat tujuan utama pengunjung untuk bersantai dan melepaskan Lelah Setelah lelah bekerja. 

Tiara memberanikan diri untuk masuk ke dalam coffee shop dengan membawa amplop exlusif di tangan nya. "Permisi mas, apa saya boleh berjumpa dengan pemilik coffee shop ini," ucap Tiara yang bertanya dengan pria yang menjadi barista di coffee shop.

"Mau ketemu sama bang  Roma," ucap  pria berwajah manis tersebut.

"Iya," jawab Tiara.

"Bang, ada yang cari," ucap barista tersebut saat melihat pemilik coffee shop itu melintas di depannya.

"Siap Dik?" Ucap Roma kepada baris yang yang bernama Dicky.  

"Adek ini," ucap Dicky senyum memandang Tiara.

Pria yang mengenakan kemeja hitam panjang tangan dan celana jean berwarna biru itu memandang ke arah Tiara.

"Selamat sore Pak?" ucap Tiara menyapanya. 

Roma sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya sore ada apa mencari saya?" ucap Roma ramah.  

"Saya ingin mengantarkan lamaran Pak. Saya ingin mendaftar menjadi karyawan Bapak," ucap Tiara.

Roma sedikit menganggukkan kepalanya dan memandang ke sekeliling coffee shop miliknya. "Kita bicara di ruangan saya saja di lantai 2 karena di sini penuh," ucap Roma yang tidak melihat ada  kursi yang kosong.

"Baik Pak boleh," ucap Tiara yang tersenyum.

"Mari langsung ikuti saya," ucap Roma yang berjalan menuju ke lantai 2 coffee shop nya

Tiara masuk kedalam ruangan yang memiliki desain wallpaper berwarna silver. Tiara duduk di kursi yang berada di depan meja Roma.

“Nama kamu siapa,” ucap Roma yang menjadi pemilik coffee shop tersebut.

“Tiara Aulia Pak,” jawab gadis tersebut dengan sangat sopan. Ini Pak berkas surat lamarannya. Saya sudah langsung  bawa, hanya saja saya belum membuat nama coffee shop ini. Karena saya memang baru saja di sini Jadi belum tahu tadi nama coffee shop nya apa," ucap Tiara menjelaskan dan menyenangkan surat lamaran miliknya.

"Om dut coffee," jawab Roma yang mengambil surat lamaran yang diberikan oleh Tiara. Roma mengeluarkan surat lamaran itu dari dalam amplopnya dan melihat CV kemudian membaca surat lamaran. Roma memeriksa persyaratan yang lainnya yang sudah disiapkan oleh gadis tersebut. "Nilai ujian sekolah kamu sangat tinggi,"ucap Roma.

"Iya pak, saya mendapat peringkat pertama nilai USBN tertinggi dari provinsi asal saya," ucap Tiara. 

"Memiliki sertifikat ilmu beladiri pencak silat.  Sudah mendapatkan Sabuk Merah Tingkat XI  / Guru Utama," ucap Roma yang membaca sertifikat milik Tiara. 

"Iya pak," jawab Tiara yang sedikit tersenyum

"Apa itu makna dari sabuk merah?" Ucap Roma yang sedikit ingin menguji gadis yang duduk di depannya

"Merah melambangkan keberanian dalam membela kebenaran, berjiwa besar, mawas diri, pemaaf dan mengutamakan kepentingan umum dan dapat menjadi panutan," ucap Tiara dengan lugas.

Roma tersenyum ketika mendengar jawaban Tiara.  Roma yang memiliki kemampuan bela diri begitu sangat tahu makna makna dan juga simbol dari ilmu beladiri. 

Saya di kampung sudah diangkat menjadi guru, saya juga selalu terkirim menjadi atlet pencak silat dari provinsi saya untuk utusan dari sekolah,* ucap Tiara menjelaskan.

Roma menganggukkan kepalanya. "Jadi cewek cantik itu jangan mau lemah harus kuat supaya tidak mudah tertindas," ucap Roma yang tersenyum.

Tiara menganggukkan kepalanya ketika mendengar apa yang disampaikan oleh pria tersebut. "Dulu ayah dan juga bunda itu sama-sama atlet beladiri sehingga kami anak-anaknya diberi bekal ilmu beladiri ," ucap Tiara. 

"Sangat luar biasa saya suka mendengarnya," ucap Roma yang tersenyum. Roma memandang kagum gadis cantik di depannya.

“Kamu bisa bekerja bagian apa di sini? Balista, pelayan atau pencuci piring?” tanya Roma. Melihat Tiara yang tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali, sehingga  Roma terlihat ragu memandang gadis yang masih remaja tersebut. 

Dengan cepat gadis tersebut menganggukkan kepalanya. “Saya bisa bekerja sebagai pelayan pak, sebagai pencuci piring juga bisa pak. Untuk jadi barista saya tidak bisa pak soalnya saya tidak memiliki keterampilan dan juga tidak pernah mengikuti kursus untuk menjadi barista” ucap Tiara menjelaskan.

Roma memandang Gadis itu dari atas hingga ke bawah. Gadis itu berwajah sangat cantik dengan postur tubuh yang tinggi, kulit yang putih dan langsing. Melihat kelebihan yang dimiliki gadis itu Ramo begitu sangat ingin mengambilnya menjadi pelayan karena itu akan membuat pengunjung semakin banyak yang datang ke tempatnya.

“Kerja coffee shop itu capek, apa kamu sanggup?"

“Sanggup pak. Saya sudah biasa kerja Pak. Saya janji bakalan kerja dengan rajin,” ucap gadis tersebut penuh harap.

Roma kemudian menganggukkan kepalanya. “Baiklah kamu bisa menjadi pelayan, kebetulan saya masih butuh satu orang pelayan dan satu hal lagi, panggil saja saya abang Roma, saya belum tua kok, menikah aja belum,” ucap Roma dengan sedikit tersenyum. 

“Baik Bang,” jawab Tiara sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya. 

"Kerja di sini gajinya tidak besar. Disini Saya membayar gaji mingguan yang mana Kalau untuk pelayan itu gajinya per minggu Rp 450.000. Jam kerja mulai dari jam 10 pagi Hingga jam 17.00 wib dan sip kedua itu dari jam jam 17:00  Hingga jam 12 malam," ucap roma menjelaskan.

"Kalau boleh memilih,  saya minta yang sore bang," ucap Tiara. Tiara begitu sangat berharap bisa bekerja di sore hari hingga malam karena dia akan mengantarkan surat-surat lamarannya ke perusahaan lain di saat pagi hingga siang hari

"Bila Taira mau seperti itu boleh, tidak apa," ucap Roma. Walaupun tidak begitu yakin, Roma memberikan kesempatan untuk gadis tersebut bekerja di coffee shop miliknya.

"Kapan Bang, Tiara mulai bekerja?" tanya Tiara.

"Terserah Tiara aja, kalau mau hari ini langsung juga tidak masalah," jawab Roma.

"Boleh bang langsung masuk?" tanya Tiara seakan tidak percaya ketika mendengar ucapan pria didepannya. Mata Tiara terbuka lebar memandang wajah pria tersebut.

"Boleh dan disini kita pakai baju seragam. Ini baju seragamnya," ucap Roma yang mengambil baju seragam untuk karyawannya dari dalam lemari yang ada di sampingnya. Di sini usaha coffee shop Abang belum terlalu lama karena itu semuanya untuk urusan manajer dan keuangan itu Abang langsung yang megang," ucap Roma memberi penjelasan kepada gadis yang duduk di depan.

"Memang sebaiknya seperti itu bang, usaha itu sebaiknya kita sendiri yang mengolah karena walau bagaimanapun yang dikelola sendiri berbeda dengan hasil yang dikelola orang lain," ucap Tiara.

Roma tersenyum saat mendengar jawaban gadis cantik tersebut. 

"Bila Tiara bisa bekerja sekarang. Hari ini bisa langsung di mulai,' ucap Roma. 

"Iya Bang terima kasih," jawab Tiara. Tiara begitu sangat senang ketika pemilik coffee shop itu tidak meminta banyak syarat darinya.  Bahkan dia bisa langsung bekerja hari ini juga.   Mendengar gaji yang akan diterimanya per minggu membuat Tiara sangat bersemangat. Uang gajinya nanti bisa dipakai untuk membeli perlengkapan yang sangat dibutuhkannya seperti tikar dan bantal. Tiara juga memiliki uang untuk biaya  hidup di Jakarta.  

  "Terima kasih ya bang,  saya akan langsung bekerja. Saya janji akan bekerja dengan sangat rajin,"" Ucap Tiara yang begitu sangat senang .

****

Tiara berdiri di depan coffee shop Tiara memandang Coffee shop  yang cukup  ramai dengan pengunjung. Walaupun  Coffee shop itu tidak begitu besar, hanya satu ruko. Namun mampu membuat coffee shop ini menjadi tempat tujuan utama pengunjung untuk bersantai dan melepaskan Lelah Setelah lelah bekerja. 

Tiara memberanikan diri untuk masuk ke dalam coffee shop dengan membawa amplop exlusif di tangan nya. "Permisi mas, apa saya boleh berjumpa dengan pemilik coffee shop ini," ucap Tiara yang bertanya dengan pria yang menjadi barista di coffee shop.

"Mau ketemu sama bang  Roma," ucap  pria berwajah manis tersebut.

"Iya," jawab Tiara.

"Bang, ada yang cari," ucap barista tersebut saat melihat pemilik coffee shop itu melintas di depannya.

"Siap Dik?" Ucap Roma kepada baris yang yang bernama Dicky.  

"Adek ini," ucap Dicky senyum memandang Tiara.

Pria yang mengenakan kemeja hitam panjang tangan dan celana jean berwarna biru itu memandang ke arah Tiara.

"Selamat sore Pak?" ucap Tiara menyapanya. 

Roma sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya sore ada apa mencari saya?" ucap Roma ramah.  

"Saya ingin mengantarkan lamaran Pak. Saya ingin mendaftar menjadi karyawan Bapak," ucap Tiara.

Roma sedikit menganggukkan kepalanya dan memandang ke sekeliling coffee shop miliknya. "Kita bicara di ruangan saya saja di lantai 2 karena di sini penuh," ucap Roma yang tidak melihat ada  kursi yang kosong.

"Baik Pak boleh," ucap Tiara yang tersenyum.

"Mari langsung ikuti saya," ucap Roma yang berjalan menuju ke lantai 2 coffee shop nya

Tiara masuk kedalam ruangan yang memiliki desain wallpaper berwarna silver. Tiara duduk di kursi yang berada di depan meja Roma.

“Nama kamu siapa,” ucap Roma yang menjadi pemilik coffee shop tersebut.

“Tiara Aulia Pak,” jawab gadis tersebut dengan sangat sopan. Ini Pak berkas surat lamarannya. Saya sudah langsung  bawa, hanya saja saya belum membuat nama coffee shop ini. Karena saya memang baru saja di sini Jadi belum tahu tadi nama coffee shop nya apa," ucap Tiara menjelaskan dan menyenangkan surat lamaran miliknya.

"Om dut coffee," jawab Roma yang mengambil surat lamaran yang diberikan oleh Tiara. Roma mengeluarkan surat lamaran itu dari dalam amplopnya dan melihat CV kemudian membaca surat lamaran. Roma memeriksa persyaratan yang lainnya yang sudah disiapkan oleh gadis tersebut. "Nilai ujian sekolah kamu sangat tinggi,"ucap Roma.

"Iya pak, saya mendapat peringkat pertama nilai USBN tertinggi dari provinsi asal saya," ucap Tiara. 

"Memiliki sertifikat ilmu beladiri pencak silat.  Sudah mendapatkan Sabuk Merah Tingkat XI  / Guru Utama," ucap Roma yang membaca sertifikat milik Tiara. 

"Iya pak," jawab Tiara yang sedikit tersenyum

"Apa itu makna dari sabuk merah?" Ucap Roma yang sedikit ingin menguji gadis yang duduk di depannya

"Merah melambangkan keberanian dalam membela kebenaran, berjiwa besar, mawas diri, pemaaf dan mengutamakan kepentingan umum dan dapat menjadi panutan," ucap Tiara dengan lugas.

Roma tersenyum ketika mendengar jawaban Tiara.  Roma yang memiliki kemampuan bela diri begitu sangat tahu makna makna dan juga simbol dari ilmu beladiri. 

"Saya di kampung sudah diangkat menjadi guru, saya juga selalu terkirim menjadi atlet pencak silat dari provinsi saya untuk utusan dari sekolah,* ucap Tiara menjelaskan.

"Jadi cewek cantik itu jangan mau lemah harus kuat supaya tidak mudah tertindas," ucap Roma yang tersenyum.

Tiara menganggukkan kepalanya ketika mendengar apa yang disampaikan oleh pria tersebut. "Dulu ayah dan juga bunda itu sama-sama atlet beladiri sehingga kami anak-anaknya diberi bekal ilmu beladiri ," ucap Tiara. 

"Sangat luar biasa saya suka mendengarnya," ucap Roma yang tersenyum. Roma memandang kagum gadis cantik di depannya.

“Kamu bisa bekerja bagian apa di sini? Balista, pelayan atau pencuci piring?” tanya Roma. Melihat Tiara yang tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali, sehingga  Roma terlihat ragu memandang gadis yang masih remaja tersebut. 

Dengan cepat gadis tersebut menganggukkan kepalanya. “Saya bisa bekerja sebagai pelayan pak, sebagai pencuci piring juga bisa pak. Untuk jadi barista saya tidak bisa pak soalnya saya tidak memiliki keterampilan dan juga tidak pernah mengikuti kursus untuk menjadi barista” ucap Tiara menjelaskan.

Roma memandang Gadis itu dari atas hingga ke bawah. Gadis itu berwajah sangat cantik dengan postur tubuh yang tinggi, kulit yang putih dan langsing. Melihat kelebihan yang dimiliki gadis itu Ramo begitu sangat ingin mengambilnya menjadi pelayan karena itu akan membuat pengunjung semakin banyak yang datang ke tempatnya.

“Kerja coffee shop itu capek, apa kamu sanggup?"

“Sanggup pak. Saya sudah biasa kerja Pak. Saya janji bakalan kerja dengan rajin,” ucap gadis tersebut penuh harap.

Roma kemudian menganggukkan kepalanya. “Baiklah kamu bisa menjadi pelayan, kebetulan saya masih butuh satu orang pelayan dan satu hal lagi, panggil saja saya abang Roma, saya belum tua kok, menikah aja belum,” ucap Roma dengan sedikit tersenyum. 

“Baik Bang,” jawab Tiara sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya. 

"Kerja di sini gajinya tidak besar. Disini Saya membayar gaji mingguan yang mana Kalau untuk pelayan itu gajinya per minggu Rp 450.000. Jam kerja mulai dari jam 10 pagi Hingga jam 17.00 wib dan sip kedua itu dari jam jam 17:00  Hingga jam 12 malam," ucap roma menjelaskan.

"Kalau boleh memilih,  saya minta yang sore bang," ucap Tiara. Tiara begitu sangat berharap bisa bekerja di sore hari hingga malam karena dia akan mengantarkan surat-surat lamarannya ke perusahaan lain di saat pagi hingga siang hari

"Bila Taira mau seperti itu boleh, tidak apa," ucap Roma. Walaupun tidak begitu yakin, Roma memberikan kesempatan untuk gadis tersebut bekerja di coffee shop miliknya.

"Kapan Bang, Tiara mulai bekerja?" tanya Tiara.

"Terserah Tiara aja, kalau mau hari ini langsung juga tidak masalah," jawab Roma.

"Boleh bang langsung masuk?" tanya Tiara seakan tidak percaya ketika mendengar ucapan pria didepannya. Mata Tiara terbuka lebar memandang wajah pria tersebut.

"Boleh dan disini kita pakai baju seragam. Ini baju seragamnya," ucap Roma yang mengambil baju seragam untuk karyawannya dari dalam lemari yang ada di sampingnya. Di sini usaha coffee shop Abang belum terlalu lama karena itu semuanya untuk urusan manajer dan keuangan itu Abang langsung yang megang," ucap Roma memberi penjelasan kepada gadis yang duduk di depan.

"Memang sebaiknya seperti itu bang, usaha itu sebaiknya kita sendiri yang mengolah karena walau bagaimanapun yang dikelola sendiri berbeda dengan hasil yang dikelola orang lain," ucap Tiara.

Roma tersenyum saat mendengar jawaban gadis cantik tersebut. 

"Bila Tiara bisa bekerja sekarang. Hari ini bisa langsung di mulai,' ucap Roma. 

"Iya Bang terima kasih," jawab Tiara. Tiara begitu sangat senang ketika pemilik coffee shop itu tidak meminta banyak syarat darinya.  Bahkan dia bisa langsung bekerja hari ini juga.   Mendengar gaji yang akan diterimanya per minggu membuat Tiara sangat bersemangat. Uang gajinya nanti bisa dipakai untuk membeli perlengkapan yang sangat dibutuhkannya seperti tikar dan bantal. Tiara juga memiliki uang untuk biaya  hidup di Jakarta.  

  "Terima kasih ya bang,  saya akan langsung bekerja. Saya janji akan bekerja dengan sangat rajin,"" Ucap Tiara yang begitu sangat senang .

****

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Bodyguard cantik kesayangan Presdir   Bab 57

    "Apa dia sudah jalan ke sini?" Faisal memandang Rafael."Iya dad, kita tunggu sebentar." Rafael sedikit tersenyum. Meskipun menu sudah terhindar, namun ia ingin makan siang bersama-sama dengan sahabatnya. Sekalian akan mengenalkan Daddy, dan menceritakan tentang hubungannya dengan sang bodyguard.Tiara memandang ke arah pintu masuk. Jantungnya berdegup cepat saat melihat sosok yang dikenalnya. "Rhoma," panggil Faisal. Rhoma tersenyum dan berjalan ke arah Faisal."Enggak nyangka bisa jumpa di sini. Bagaimana kabar kamu, nak?" Faisal bertanya dengan tersenyum. Rhoma adalah orang yang sangat berjasa dalam hidupnya, karena sudah menyelamatkan nyawa istri dan dirinya sendiri. Faisal pernah berniat untuk menjalin kerjasama membuka coffee shop dengan Rhoma, namun pada akhirnya pemuda itu menolak dengan alasan begitu sibuk takut tidak terhandle lagi."Alhamdulillah baik pak Faisal." Rhoma tersenyum. Rafael kenalin ini Rhoma yang dulu pernah menyelamat Daddy dan mommy saat di serang oleh o

  • Bodyguard cantik kesayangan Presdir   Bab 56

    Rafael memandang Tiara dengan tersenyum. pagi ini, gadis itu terlihat sangat cantik dan segar dengan memakai stelan blazer berwarna pink muda dan baju kaos putih di dalamnya. Baru melihat senyum manis Tiara saja, hatinya sudah sangat senang dan berbunga-bunga. Degup jantungnya semakin cepat, ketika tatapan matanya bertemu dengan Rafael. Dengan cepat Tiara mengalihkan pandanganya ke arah yang lain. Ia tidak ingin Elizabeth atau Faizal merasa curiga melihat sikapnya."Ayo Tiara, duduk." Elizabeth menarik tangan gadis Cantik tersebut."Iya Bu," jawab Tiara. Sikap baik Elizabeth yang seperti ini, membuat Tiara semakin merasa bersalah. Bahkan sang majikannya itu meletakkan daging bakar ke dalam piringnya. "Bagaimana kuliahnya semala" tanya Rafael. Meskipun obrolan tentang kegiatan perkuliahan dan seperti apa saat di kampus, sudah dibahas, namun tetap saja Rafael bertanya untuk mencari topik obrolan di meja makan. "Baru permulaan pak jadi masih tahap beradaptasi," jawab Tiara dengan sedi

  • Bodyguard cantik kesayangan Presdir   Bab 55

    "Saya juga ingin jalan-jalan di Indonesia, jadi anggap saja saat ini sedang jalan-jalan." Yunaindra kembali membujuk kedua gadis tersebut. Ke dua gadis itu pastinya tidak percaya dan canggung dengan orang yang baru di kenal seperti dirinya."Mengapa kalian sepertinya takut denganku, yakinlah aku ini orang baik dan tidak pemakan manusia." Pria berwajah tampan itu terkekeh. Menghadapi anak kecil, diperlukan kesabaran yang ekstra tinggi dan itulah yang saat ini dilakukannya. Dengan sabar meyakini kedua gadis yang masih berdiri dengan sorot mata penuh keraguan. Yunaindra hanya diam dan memandang kedua gadis yang saling berbisik. "Baiklah tapi saya minta saya diantar pulang duluan ya Om," pinta Zia. Berdua saja di dalam mobil dengan lawan jenis yang baru saja di kenal, tentu membuat Zia tidak nyaman. "Tidak masalah." Pria tampan itu tersenyum lega. Tidak masalah siapa yang diantar lebih dulu, yang penting kedua gadis itu mau diantarkan pulang, sehingga ia tidak merasa bersalah terhada

  • Bodyguard cantik kesayangan Presdir   Bab 54

    "Maaf Mr, saya ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi saya harus segera pulang untuk menyelesaikan pekerjaan saya. Apa saya bisa minta tolong untuk mengantarkan teman-teman saya pulang? Namun jika Mr sibuk, tidak apa, saya akan menghubungi taksi." Tiara berkata dengan sedikit berbisik di dekat daun telinga Yunaindra agar perkataannya tidak di dengar oleh kedua temannya."Oh tidak, aku tidak sibuk. Pulanglah, selesaikan perjalanan mu." Pria bermata sedikit sipit itu tersenyum. "Terimakasih Mr." Tiara beranjak dari duduknya. "Tiara mau ke mana?" Tanya Zia."Maaf, aku ada pekerjaan untuk besok pagi. Jadi aku pamit dulu ya. Kalian akan di antar Mr Yuna pulang." Tiara berkata dengan tersenyum. Sebelum kedua temannya berbicara, Tiara sudah pergi lebih dulu. Tiara langsung pergi dan masuk ke dalam mobil. Senyum mengembang di bibir tipisnya saat melihat 40 pesan dari Rafael. [Gimana di kampus?][Ingat ya, jangan pandang-pandang cowok.][Selesai kuliah langsung pulang.][Telpon Abang kalau s

  • Bodyguard cantik kesayangan Presdir   Bab 53

    "Tiara ini mobil kamu?" Cila bertanya dengan heboh. Dilihatnya mobil mewah berwarna hitam itu dengan mulut terbuka. Tanpa ada rasa malu, gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan meminta Zia untuk mengambil gambarnya. Zia hanya patuh mengikuti perintah teman barunya. Ia mengambil gambar Cila dengan berbagai pose. "Cila, ini sudah banyak." Zia mulai lelah. "Satu kali lagi, buat video reels." Pintanya dengan tersenyum.Dengan sangat sabar Zia mengikuti permintaan temannya. "Sudah," ucapnya sambil memberikan ponsel Cila."Tunggu, satu lagi, video tiktok." Cila kembali merayu temannya. Zia menuruti kehendak temannya. Dengan sabar mengambil rekaman video tiktok. Entah sudah berapa kali gadis itu mengambil video tiktok dan menunggu Cila mengupdate dan kemudian mengambil lagi. Yunaindra tersenyum geli melihat Cila yang bertingkah udik. Melihat tingkah gadis-gadis itu, membuatnya hanya tertawa kecil. Namun secara diam-diam Yunaindra ikut serta mengambil video Zia dan Cila. Lumay

  • Bodyguard cantik kesayangan Presdir   Bab 51

    Tiara seakan tidak percaya ketika melihat rombongan dosen yang masuk kedalam ruangan dan kemudian duduk di kursi bagian depan yang disediakan khusus untuk dosen yang akan memberikan kata sambutan untuk mereka. "Abang Rhoma," gumamnya" Tiara memandang sosok yang begitu sangat dikenalnya dengan mulut yang sedikit terbuka. Diantara dosen-dosen yang sekarang duduk di depan, pria itu tampak paling muda dan juga paling tampan."Tiara, dosennya ganteng banget ya." Zia mencolok tangan Tiara. "Iya, ganteng banget dan masih muda. Sudah nikah belum ya," jawab teman Tiara bernama Cila. Tiara hanya diam saat mendengar teman-temannya berbicara. Sampai saat ini, ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Meskipun terpesona dengan dosen muda yang menjadi pusat perhatian para mahasiswi, namun tetap saja para mahasiswi itu diam dan fokus mendengarkan arahan dari Dekan fakultas mereka."Dosen-dosen yang duduk di depan ini, merupakan ketua jurusan dan koordinator prodi." Pria berkacamata ter

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status