Tiara berdiri di depan coffee shop Tiara memandang Coffee shop yang cukup ramai dengan pengunjung. Walaupun Coffee shop itu tidak begitu besar, hanya satu ruko. Namun mampu membuat coffee shop ini menjadi tempat tujuan utama pengunjung untuk bersantai dan melepaskan Lelah Setelah lelah bekerja.
Tiara memberanikan diri untuk masuk ke dalam coffee shop dengan membawa amplop exlusif di tangan nya. "Permisi mas, apa saya boleh berjumpa dengan pemilik coffee shop ini," ucap Tiara yang bertanya dengan pria yang menjadi barista di coffee shop.
"Mau ketemu sama bang Roma," ucap pria berwajah manis tersebut.
"Iya," jawab Tiara.
"Bang, ada yang cari," ucap barista tersebut saat melihat pemilik coffee shop itu melintas di depannya.
"Siap Dik?" Ucap Roma kepada baris yang yang bernama Dicky.
"Adek ini," ucap Dicky senyum memandang Tiara.
Pria yang mengenakan kemeja hitam panjang tangan dan celana jean berwarna biru itu memandang ke arah Tiara.
"Selamat sore Pak?" ucap Tiara menyapanya.
Roma sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya sore ada apa mencari saya?" ucap Roma ramah.
"Saya ingin mengantarkan lamaran Pak. Saya ingin mendaftar menjadi karyawan Bapak," ucap Tiara.
Roma sedikit menganggukkan kepalanya dan memandang ke sekeliling coffee shop miliknya. "Kita bicara di ruangan saya saja di lantai 2 karena di sini penuh," ucap Roma yang tidak melihat ada kursi yang kosong.
"Baik Pak boleh," ucap Tiara yang tersenyum.
"Mari langsung ikuti saya," ucap Roma yang berjalan menuju ke lantai 2 coffee shop nya
Tiara masuk kedalam ruangan yang memiliki desain wallpaper berwarna silver. Tiara duduk di kursi yang berada di depan meja Roma.
“Nama kamu siapa,” ucap Roma yang menjadi pemilik coffee shop tersebut.
“Tiara Aulia Pak,” jawab gadis tersebut dengan sangat sopan. Ini Pak berkas surat lamarannya. Saya sudah langsung bawa, hanya saja saya belum membuat nama coffee shop ini. Karena saya memang baru saja di sini Jadi belum tahu tadi nama coffee shop nya apa," ucap Tiara menjelaskan dan menyenangkan surat lamaran miliknya.
"Om dut coffee," jawab Roma yang mengambil surat lamaran yang diberikan oleh Tiara. Roma mengeluarkan surat lamaran itu dari dalam amplopnya dan melihat CV kemudian membaca surat lamaran. Roma memeriksa persyaratan yang lainnya yang sudah disiapkan oleh gadis tersebut. "Nilai ujian sekolah kamu sangat tinggi,"ucap Roma.
"Iya pak, saya mendapat peringkat pertama nilai USBN tertinggi dari provinsi asal saya," ucap Tiara.
"Memiliki sertifikat ilmu beladiri pencak silat. Sudah mendapatkan Sabuk Merah Tingkat XI / Guru Utama," ucap Roma yang membaca sertifikat milik Tiara.
"Iya pak," jawab Tiara yang sedikit tersenyum
"Apa itu makna dari sabuk merah?" Ucap Roma yang sedikit ingin menguji gadis yang duduk di depannya
"Merah melambangkan keberanian dalam membela kebenaran, berjiwa besar, mawas diri, pemaaf dan mengutamakan kepentingan umum dan dapat menjadi panutan," ucap Tiara dengan lugas.
Roma tersenyum ketika mendengar jawaban Tiara. Roma yang memiliki kemampuan bela diri begitu sangat tahu makna makna dan juga simbol dari ilmu beladiri.
Saya di kampung sudah diangkat menjadi guru, saya juga selalu terkirim menjadi atlet pencak silat dari provinsi saya untuk utusan dari sekolah,* ucap Tiara menjelaskan.
Roma menganggukkan kepalanya. "Jadi cewek cantik itu jangan mau lemah harus kuat supaya tidak mudah tertindas," ucap Roma yang tersenyum.
Tiara menganggukkan kepalanya ketika mendengar apa yang disampaikan oleh pria tersebut. "Dulu ayah dan juga bunda itu sama-sama atlet beladiri sehingga kami anak-anaknya diberi bekal ilmu beladiri ," ucap Tiara.
"Sangat luar biasa saya suka mendengarnya," ucap Roma yang tersenyum. Roma memandang kagum gadis cantik di depannya.
“Kamu bisa bekerja bagian apa di sini? Balista, pelayan atau pencuci piring?” tanya Roma. Melihat Tiara yang tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali, sehingga Roma terlihat ragu memandang gadis yang masih remaja tersebut.
Dengan cepat gadis tersebut menganggukkan kepalanya. “Saya bisa bekerja sebagai pelayan pak, sebagai pencuci piring juga bisa pak. Untuk jadi barista saya tidak bisa pak soalnya saya tidak memiliki keterampilan dan juga tidak pernah mengikuti kursus untuk menjadi barista” ucap Tiara menjelaskan.
Roma memandang Gadis itu dari atas hingga ke bawah. Gadis itu berwajah sangat cantik dengan postur tubuh yang tinggi, kulit yang putih dan langsing. Melihat kelebihan yang dimiliki gadis itu Ramo begitu sangat ingin mengambilnya menjadi pelayan karena itu akan membuat pengunjung semakin banyak yang datang ke tempatnya.
“Kerja coffee shop itu capek, apa kamu sanggup?"
“Sanggup pak. Saya sudah biasa kerja Pak. Saya janji bakalan kerja dengan rajin,” ucap gadis tersebut penuh harap.
Roma kemudian menganggukkan kepalanya. “Baiklah kamu bisa menjadi pelayan, kebetulan saya masih butuh satu orang pelayan dan satu hal lagi, panggil saja saya abang Roma, saya belum tua kok, menikah aja belum,” ucap Roma dengan sedikit tersenyum.
“Baik Bang,” jawab Tiara sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kerja di sini gajinya tidak besar. Disini Saya membayar gaji mingguan yang mana Kalau untuk pelayan itu gajinya per minggu Rp 450.000. Jam kerja mulai dari jam 10 pagi Hingga jam 17.00 wib dan sip kedua itu dari jam jam 17:00 Hingga jam 12 malam," ucap roma menjelaskan.
"Kalau boleh memilih, saya minta yang sore bang," ucap Tiara. Tiara begitu sangat berharap bisa bekerja di sore hari hingga malam karena dia akan mengantarkan surat-surat lamarannya ke perusahaan lain di saat pagi hingga siang hari
"Bila Taira mau seperti itu boleh, tidak apa," ucap Roma. Walaupun tidak begitu yakin, Roma memberikan kesempatan untuk gadis tersebut bekerja di coffee shop miliknya.
"Kapan Bang, Tiara mulai bekerja?" tanya Tiara.
"Terserah Tiara aja, kalau mau hari ini langsung juga tidak masalah," jawab Roma.
"Boleh bang langsung masuk?" tanya Tiara seakan tidak percaya ketika mendengar ucapan pria didepannya. Mata Tiara terbuka lebar memandang wajah pria tersebut.
"Boleh dan disini kita pakai baju seragam. Ini baju seragamnya," ucap Roma yang mengambil baju seragam untuk karyawannya dari dalam lemari yang ada di sampingnya. Di sini usaha coffee shop Abang belum terlalu lama karena itu semuanya untuk urusan manajer dan keuangan itu Abang langsung yang megang," ucap Roma memberi penjelasan kepada gadis yang duduk di depan.
"Memang sebaiknya seperti itu bang, usaha itu sebaiknya kita sendiri yang mengolah karena walau bagaimanapun yang dikelola sendiri berbeda dengan hasil yang dikelola orang lain," ucap Tiara.
Roma tersenyum saat mendengar jawaban gadis cantik tersebut.
"Bila Tiara bisa bekerja sekarang. Hari ini bisa langsung di mulai,' ucap Roma.
"Iya Bang terima kasih," jawab Tiara. Tiara begitu sangat senang ketika pemilik coffee shop itu tidak meminta banyak syarat darinya. Bahkan dia bisa langsung bekerja hari ini juga. Mendengar gaji yang akan diterimanya per minggu membuat Tiara sangat bersemangat. Uang gajinya nanti bisa dipakai untuk membeli perlengkapan yang sangat dibutuhkannya seperti tikar dan bantal. Tiara juga memiliki uang untuk biaya hidup di Jakarta.
"Terima kasih ya bang, saya akan langsung bekerja. Saya janji akan bekerja dengan sangat rajin,"" Ucap Tiara yang begitu sangat senang .
****
Tiara berdiri di depan coffee shop Tiara memandang Coffee shop yang cukup ramai dengan pengunjung. Walaupun Coffee shop itu tidak begitu besar, hanya satu ruko. Namun mampu membuat coffee shop ini menjadi tempat tujuan utama pengunjung untuk bersantai dan melepaskan Lelah Setelah lelah bekerja.
Tiara memberanikan diri untuk masuk ke dalam coffee shop dengan membawa amplop exlusif di tangan nya. "Permisi mas, apa saya boleh berjumpa dengan pemilik coffee shop ini," ucap Tiara yang bertanya dengan pria yang menjadi barista di coffee shop.
"Mau ketemu sama bang Roma," ucap pria berwajah manis tersebut.
"Iya," jawab Tiara.
"Bang, ada yang cari," ucap barista tersebut saat melihat pemilik coffee shop itu melintas di depannya.
"Siap Dik?" Ucap Roma kepada baris yang yang bernama Dicky.
"Adek ini," ucap Dicky senyum memandang Tiara.
Pria yang mengenakan kemeja hitam panjang tangan dan celana jean berwarna biru itu memandang ke arah Tiara.
"Selamat sore Pak?" ucap Tiara menyapanya.
Roma sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya sore ada apa mencari saya?" ucap Roma ramah.
"Saya ingin mengantarkan lamaran Pak. Saya ingin mendaftar menjadi karyawan Bapak," ucap Tiara.
Roma sedikit menganggukkan kepalanya dan memandang ke sekeliling coffee shop miliknya. "Kita bicara di ruangan saya saja di lantai 2 karena di sini penuh," ucap Roma yang tidak melihat ada kursi yang kosong.
"Baik Pak boleh," ucap Tiara yang tersenyum.
"Mari langsung ikuti saya," ucap Roma yang berjalan menuju ke lantai 2 coffee shop nya
Tiara masuk kedalam ruangan yang memiliki desain wallpaper berwarna silver. Tiara duduk di kursi yang berada di depan meja Roma.
“Nama kamu siapa,” ucap Roma yang menjadi pemilik coffee shop tersebut.
“Tiara Aulia Pak,” jawab gadis tersebut dengan sangat sopan. Ini Pak berkas surat lamarannya. Saya sudah langsung bawa, hanya saja saya belum membuat nama coffee shop ini. Karena saya memang baru saja di sini Jadi belum tahu tadi nama coffee shop nya apa," ucap Tiara menjelaskan dan menyenangkan surat lamaran miliknya.
"Om dut coffee," jawab Roma yang mengambil surat lamaran yang diberikan oleh Tiara. Roma mengeluarkan surat lamaran itu dari dalam amplopnya dan melihat CV kemudian membaca surat lamaran. Roma memeriksa persyaratan yang lainnya yang sudah disiapkan oleh gadis tersebut. "Nilai ujian sekolah kamu sangat tinggi,"ucap Roma.
"Iya pak, saya mendapat peringkat pertama nilai USBN tertinggi dari provinsi asal saya," ucap Tiara.
"Memiliki sertifikat ilmu beladiri pencak silat. Sudah mendapatkan Sabuk Merah Tingkat XI / Guru Utama," ucap Roma yang membaca sertifikat milik Tiara.
"Iya pak," jawab Tiara yang sedikit tersenyum
"Apa itu makna dari sabuk merah?" Ucap Roma yang sedikit ingin menguji gadis yang duduk di depannya
"Merah melambangkan keberanian dalam membela kebenaran, berjiwa besar, mawas diri, pemaaf dan mengutamakan kepentingan umum dan dapat menjadi panutan," ucap Tiara dengan lugas.
Roma tersenyum ketika mendengar jawaban Tiara. Roma yang memiliki kemampuan bela diri begitu sangat tahu makna makna dan juga simbol dari ilmu beladiri.
"Saya di kampung sudah diangkat menjadi guru, saya juga selalu terkirim menjadi atlet pencak silat dari provinsi saya untuk utusan dari sekolah,* ucap Tiara menjelaskan.
"Jadi cewek cantik itu jangan mau lemah harus kuat supaya tidak mudah tertindas," ucap Roma yang tersenyum.
Tiara menganggukkan kepalanya ketika mendengar apa yang disampaikan oleh pria tersebut. "Dulu ayah dan juga bunda itu sama-sama atlet beladiri sehingga kami anak-anaknya diberi bekal ilmu beladiri ," ucap Tiara.
"Sangat luar biasa saya suka mendengarnya," ucap Roma yang tersenyum. Roma memandang kagum gadis cantik di depannya.
“Kamu bisa bekerja bagian apa di sini? Balista, pelayan atau pencuci piring?” tanya Roma. Melihat Tiara yang tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali, sehingga Roma terlihat ragu memandang gadis yang masih remaja tersebut.
Dengan cepat gadis tersebut menganggukkan kepalanya. “Saya bisa bekerja sebagai pelayan pak, sebagai pencuci piring juga bisa pak. Untuk jadi barista saya tidak bisa pak soalnya saya tidak memiliki keterampilan dan juga tidak pernah mengikuti kursus untuk menjadi barista” ucap Tiara menjelaskan.
Roma memandang Gadis itu dari atas hingga ke bawah. Gadis itu berwajah sangat cantik dengan postur tubuh yang tinggi, kulit yang putih dan langsing. Melihat kelebihan yang dimiliki gadis itu Ramo begitu sangat ingin mengambilnya menjadi pelayan karena itu akan membuat pengunjung semakin banyak yang datang ke tempatnya.
“Kerja coffee shop itu capek, apa kamu sanggup?"“Sanggup pak. Saya sudah biasa kerja Pak. Saya janji bakalan kerja dengan rajin,” ucap gadis tersebut penuh harap.
Roma kemudian menganggukkan kepalanya. “Baiklah kamu bisa menjadi pelayan, kebetulan saya masih butuh satu orang pelayan dan satu hal lagi, panggil saja saya abang Roma, saya belum tua kok, menikah aja belum,” ucap Roma dengan sedikit tersenyum.
“Baik Bang,” jawab Tiara sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kerja di sini gajinya tidak besar. Disini Saya membayar gaji mingguan yang mana Kalau untuk pelayan itu gajinya per minggu Rp 450.000. Jam kerja mulai dari jam 10 pagi Hingga jam 17.00 wib dan sip kedua itu dari jam jam 17:00 Hingga jam 12 malam," ucap roma menjelaskan.
"Kalau boleh memilih, saya minta yang sore bang," ucap Tiara. Tiara begitu sangat berharap bisa bekerja di sore hari hingga malam karena dia akan mengantarkan surat-surat lamarannya ke perusahaan lain di saat pagi hingga siang hari
"Bila Taira mau seperti itu boleh, tidak apa," ucap Roma. Walaupun tidak begitu yakin, Roma memberikan kesempatan untuk gadis tersebut bekerja di coffee shop miliknya.
"Kapan Bang, Tiara mulai bekerja?" tanya Tiara.
"Terserah Tiara aja, kalau mau hari ini langsung juga tidak masalah," jawab Roma.
"Boleh bang langsung masuk?" tanya Tiara seakan tidak percaya ketika mendengar ucapan pria didepannya. Mata Tiara terbuka lebar memandang wajah pria tersebut.
"Boleh dan disini kita pakai baju seragam. Ini baju seragamnya," ucap Roma yang mengambil baju seragam untuk karyawannya dari dalam lemari yang ada di sampingnya. Di sini usaha coffee shop Abang belum terlalu lama karena itu semuanya untuk urusan manajer dan keuangan itu Abang langsung yang megang," ucap Roma memberi penjelasan kepada gadis yang duduk di depan.
"Memang sebaiknya seperti itu bang, usaha itu sebaiknya kita sendiri yang mengolah karena walau bagaimanapun yang dikelola sendiri berbeda dengan hasil yang dikelola orang lain," ucap Tiara.
Roma tersenyum saat mendengar jawaban gadis cantik tersebut.
"Bila Tiara bisa bekerja sekarang. Hari ini bisa langsung di mulai,' ucap Roma.
"Iya Bang terima kasih," jawab Tiara. Tiara begitu sangat senang ketika pemilik coffee shop itu tidak meminta banyak syarat darinya. Bahkan dia bisa langsung bekerja hari ini juga. Mendengar gaji yang akan diterimanya per minggu membuat Tiara sangat bersemangat. Uang gajinya nanti bisa dipakai untuk membeli perlengkapan yang sangat dibutuhkannya seperti tikar dan bantal. Tiara juga memiliki uang untuk biaya hidup di Jakarta.
"Terima kasih ya bang, saya akan langsung bekerja. Saya janji akan bekerja dengan sangat rajin,"" Ucap Tiara yang begitu sangat senang .****
Tiara merasa sangat senang, karena dirinya di terima bekerja tanpa syarat. Tiara memakai seragam yang disediakan oleh coffee shop tersebut."Tiara, bila ada customer yang masuk, maka kamu langsung datangi ke meja yang di tempati customer. Kamu wajib menyapa dengan sangat ramah. Ingat ya, semakin baik layanan yang kita berikan, maka semakin ramai yang masuk. Jadi semakin banyak pula bonus yang akan kita terima," ucap Lisa menjelaskan"Apa di sini ada bonus juga kak?" Ucap Tiara dengan mata yang terbuka lebar."Iya ada, Abang Roma akan memberikan kita bonus bila penjualan kita melebihi dari target yang di minta. Oleh karena itu, kita harus mampu menarik pelanggan dan membuat pelanggan betah Sehingga menjadikan om dut coffee tempat nongkrong yang asik," ucap Lisa menjelaskan panjang lebar."Iya kak Tiar mengerti," ucap Tiara yang tersenyum. Tiara begitu sangat senang mendengar ka
"Ternyata ibukota itu seperti ini, walaupun sudah jam segini tetap aja rame," ucap Tiara yang tidak takut berjalan sendiri karena kondisi jalan yang masih sangat ramai.Tiara mempercepat langkah kakinya agar bisa secepatnya sampai di kos-kosannya. Tiara begitu sangat senang ketika dirinya sudah sampai di kosan yang menjadi tempat tinggalnya. Tiara memejamkan matanya dan mengusap wajahnya dengan sangat kasar. "Ya ampun Kenapa aku lupa kalau aku baru aja kos di sini. Aku juga nggak tahu peraturan di kos-kosan ini. Sekarang pintu dan pagar udah dikunci. Gimana cara masuk," ucap Tiara yang begitu sangat panik. Tiara mencoba mengetuk-ngetuk besi pagar namun tidak ada ada yang membukakannya pintu. Tiara juga tidak tahu nama-nama penghuni di kos-kosan.Tiara duduk di depan pagar besi kos-kosannya. Tiara berpikir sejenak ke mana Dirinya harus pergi saat ini. "Semoga coffee shop belum tutup sehingga aku bisa tidu
Capter 8.Roma memandang Tiara dengan mengerutkan keningnya. Gadis itu baru bekerja dengannya 1 hari. Sekarang gadis itu mengatakan ingin menginap di tokonya. Roma memandang Tiara penuh dengan kecurigaan.Tiara diam saat melihat Roma Memandangnya. "Apa boleh bang?Tiar Beneran gak punya tempat untuk tidur," Ucap Tiara penuh harap."Tadi Tiar sudah pulang ke kos bang, Tapi kos-kosan sudah dikunci. Tiar juga nggak ada yang kenal sama orang di kosan." Tiara mencoba menjelaskan dengan wajah melasnya."Ya sudahlah, kalau gitu kamu nginep di apartemen Abang aja," ucap Roma yang memandang Tiara.Tiara diam ketika mendengar ucapan pria tersebut. Ada rasa takut dan juga deg-degan yang dirasakannya.Roma tersenyum dengan menaikkan sebelah bibirnya memandang gadis yang saat ini berdiri di depannya. "Kamu itu Maher beladiri, Mana berani Abang gan
Roma terbangun ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ia baru menyadari bahwa di apartemennya ada seorang gadis yang sedang menumpang menginap.Roma memandang jam yang ternyata sudah jam 9 pagi. "Ya ampun kesiangan," ucapnya. Roma kembali tertidur setelah melakukan shalat subuh. Roma beringsut duduk dan beranjak dari kasur yang ditidurinya."Ada apa dek?" Roma berkata ketika yang membuka pintu kamarnya."Maaf bang, Tiar ganggu tidurnya." Tiara begitu sangat tidak enak ketika memberitahu hal ini."Iya tidak apa, ada apa?" tanya Roma."Abang Tiar sudah siapin sarapan." Tiara sedikit tersenyum.Roma tersenyum ketika mendengar ucapan Tiara. Pria itu kemudian menganggukkan kepalanya. "Abang mandi sebentar ya, apa mau pulang ke kosan pagi ini?" tanya Roma."Iya Bang," jawab Tiara.
"Alhamdulillah, akhirnya kerja juga." Tiara tersenyum memandang wajahnya dari pantulan cermin. Ia tidak menduga bahwa tes interviewnya lulus, hari ini dan akan mulai bekerja."Bismillahirrahmanirrahim," Kalimat awal yang diucapkan gadis yang berwajah cantik tersebut. Dengan memakai bedak tabur dan sedikit mengoleskan lipstik di bibirnya. Wajah gadis itu sudah terlihat sangat cantik secara alami. Ia memakai baju berwarna putih dan celana kain berwarna hitam. Seluruh rambutnya diikat penuh ke atas. Setelah yakin dengan penampilannya yang sudah cantik. Tiara keluar dari dalam kamar. Sudah tiga Minggu Tiara tinggal di kos-kosan ini, namun belum ada satupun penghuni kos yang ramah kepadanya. Bahkan saat ia menyapa, tidak ada yang mau menyahutnya."Mbak," sapa Tiara dengan tersenyum ramah ketika salah seorang penghuni kos melintas di sampingnya. Tiara tidak tahu siapa nama wanita yang bertubuh kurus dan tinggi terse
Tidak ada kepanikan di wajah cantiknya ketika melihat ke lima pria bertubuh tinggi itu mendekatinya. Ia mundur beberapa langkah guna mencari tempat yang lebih luas. Tiara terus mundur hingga ia berada di tepi jalan. Lima pria itu dengan sengaja mengepungnya."Apa kita selesaikan gadis ini dulu Bos" tanya salah seorang anak buah pria berambut plontos."Awasi mereka, jangan sampai kabur," perintah pria berambut plontos. Para itu menunjuk ke arah pasangan suami istri yang menjadi sasaran mereka"Baik bos." Jawab pria berkulit hitam dengan tubuh yang tinggi dan juga besar."Jangan dekat, bila berani berani mendekat, aku akan menembakmu," ancam pria yang sudah memegang senjata api tersebut.Nyalinya seakan langsung menciut memandang senjata api yang dipegang oleh pria tua yang menjadi targetnya, Sehingga pria bertubuh gelap itu memilih untuk tidak lebih mende
"Abang, tolong doakan Tiar, agar Jangan di pecat sebelum bekerja." Tiara memandang Roma dengan wajah yang pucat."Lawan 6 laki-laki sekaligus dengan badan yang besar dan tinggi gak takut, tapi dipecat takut," ejek Roma."Ya beda bang, ini berkaitan dengan mata Tiar." Tiara berkata dengan raut wajah yang serius."Mata apa?" Tanya Roma."Mata pencaharian bang, bang Tiar langsung turun ya. Ingat doakan Tiar," Ucapnya dengan sedikit tersenyum."Ini rambutnya dirapikan dulu." Roma Merapi rambut Tiara yang berserak setelah selesai bertarungTiara diam ketika Roma merapi rambutnya yang berantakan. Dirinya sungguh sangat lupa akan penampilannya, bersyukur pria itu mengingatkannya."Sudah cantik, sudah rapi." Roma tersenyum memandang wajah cantik Tiara."Makasih ya bang," Tiara membuka pin
"Gimana tadi kerjanya?" Roma memandang Tiara yang baru saja datang ke coffee shop tempat dirinya bekerja.Tiara tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Dipecat?" Tebak Roma cepat."Nggak bang, justru Tiar jadi bingung waktu bekerja." Tiara kemudian diam dengan seribu pertanyaan di dalam benak kepalanya, yang hingga saat ini belum terjawab olehnya."Bingung kenapa?" tanya Roma."Tiar nggak dipecat, bahkan Tiar malah di sana kayak orang yang nggak punya kerjaan bang.""Maksudnya bagaimana?" tanya Roma yang masih belum mengerti."Tiar juga nggak ngerti bang, gimana cara menjelaskannya. Soalnya Tiar itu nggak kerja apa-apa. Bisa dibilang kerja Tiar santai-santai saja karena gak tau mau kerjain apa. Pada akhirnya Tiara ambil sapu, terus nyapu, lap, meja, kursi. Kerjaan ringan gitu.""Apa tidak ada yang mau memberitah