Share

Chapter 3 Masih aja gengsi

Chapter 3 Masih aja gengsi.

~Tidak bisa kau sembunyikan perhatian mu lagi, aku tau kau malu mengakuinya, gengsimu terlalu besar, dan itu membuat mu menjadi seorang pria yang cuek dan dingin kepadaku~ Atika.

*****

Keesokan harinya, di dalam kelas saat waktu istirahat. maulana menghampiri atika, di tempat duduknya.

"Eh ente kagak usah percaya sama kata-kata anwar, dia itu bohong sama ente!" ucap Maulana.

"Ohh!" ucap Atika singkat.

"Oh ya, makasih udah jenguk!" ucap Maulana dingin.

"Sama-sama!" ucap Atika.

Karena merasa malu akan kejadian kemarin, maulana memutuskan untuk pergi ke tempat duduknya.

"Dasar cowok gengsi, tinggal bilang aja kali, gak usah bohong segala!" batin Atika.

Tiba-tiba datang khikmah dan agustin, mereka menghampiri atika yang tengah membaca buku.

"Gimana? ada progres kah?" ucap Agustin.

"Progres apaan?" ucap Atika.

"Antara kamu sama maulana lah!" ucap Agustin.

"Kita gak ada apa-apa, cuman sekedar temen Smp ajah kok!" ucap Atika.

"Ah kamu mah gak peka!" ucap Agustin.

"Udahlah, aku gak ngerti maksud kalian apa?" ucap Atika.

*****

Di Rumah Atika

Terlihat atika tengah duduk di sofa dengan beberapa buku di mejanya.

"Rajin banget ade kakak!" ucap Kak Akhtar, kakak atika.

"Iya dong!" ucap Atika.

"Baguslah, siapa tahu nanti bisa pimpin perusahaan papah, gantiin kakak hehehe!" ucap Kak Akhtar.

"Jangan harap, aku gak bakal pimpin perusahaan papah, kalau kak akhtar belum pensiun!" ucap Atika.

"Ya kan, kakak cuma berkeinginan?" ucap Kak Akhtar.

"Udah sana ah, aku mau belajar dulu!" ucap Atika.

"Iya iya!" ucap Kak Akhtar.

Kak akhtar pun meninggalkan atika yang tengah fokus mengerjakan tugas sekolahnya.

Ting tong

"Ada tamu de!" teriak Kak Akhtar dari dalam kamarnya.

"Iya, sebentar!" ucap Atika.

Atika segera berlari membuka pintu. Namun, anehnya tidak ada seseorang pun disana.

"Eh,ini apa?" ucap Atika saat melihat ada kado berwarna merah yang di letakkan di lantai rumahnya.

"Lho kok, gak ada nama pengirimnya sih? aneh banget?" ucap Atika.

Ia pun segera masuk ke dalam rumah, dan membuka kado itu. Didalamnya, terdapat sebuah kitab yang bertuliskan arab.

"Kitab Alfiah? kenapa ini bisa di kirim ke sini?" ucap Atika bingung.

"Siapa de?" ucap Kak Akhtar yang keluar dari kamar nya.

"Gak tau kak, gak ada orang tadi di luar, aku cuman nemuin ini di lantai!" ucap Atika.

"Apaan tuh?" ucap Kak Akhtar.

"Kitab Alfiah!" ucap Atika.

"Ehh? bukannya si dia juga lagi belajar kitab itu yah?" ucap Kak Akhtar.

"Iya juga yah? maulana juga kan, lagi belajar kitab ini?" batin Atika.

"Wahh jangan-jangan dia yang ngirim ini ke kamu!" ucap Kak Akhtar.

"Masa sih? Maulana gak kaya gitu ah!" ucap Atika.

"Ya kan kamu gak tau sisi lain nya?" ucap Kak Akhtar.

"Iya sih!" ucap Atika.

"Coba kamu buka halaman terakhir nya, siapa tau ada kertas atau apa gitu?" ucap Kak Akhtar.

Atika pun membuka halaman terakhir kitab, terlihat ada secarik kertas.

~Ada senyuman yang selalu ingin kulihat, bukan orang lain melainkan dirimu. Wajah cantik nan imut terasa lengkap dengan senyum cerah yang terhias di wajahmu. aku bukanlah pengagum mu, Tapi aku ingin mengagumi mu. Entah itu rasa atau benci, aku tidak tahu. Yang pasti aku ingin terus melihat mu tersenyum. berharap kelak, takdir menyatukan kita berdua dalam satu ikatan~ Hamba Allah, Imam masa depan mu kelak.

"Wih romantisnya!" goda Kak Akhtar.

"Apaan sih kak? over react banget!" ucap Atika.

"Yakin masih gak percaya dia yang ngirim?" ucap Kak Akhtar.

"Ya enggaklah, mana mungkin orang dingin kek dia nulis hal yang gak penting kayak gini?" ucap Atika.

"Nyesel nanti kamu kalau nyepelein dia!" ucap Kak Akhtar.

"Udahlah gak usah dipikirin, nanti juga ketahuan sendiri, dia nya aja yang sok gengsi!" ucap Atika.

"Bener juga yah? udah kamu fokus belajar ajah, biar bisa gantiin kakak hehe!" ucap Kak Akhtar.

"Terserah deh, eh btw kakak gak jemput zahra? Ini udah jam setengah 4 sore, dia kan udah selesai madrasah!" ucap Atika.

"Astaghfirullah, kakak lupa!" ucap Kak Akhtar.

"Ya udah sana buru jemput, sebelum ngilang anaknya!" ucap Kak Akhtar.

Kak Akhtar pun segera pergi meninggalkan rumah.

"Dasar kakek-kakek!" ucap Atika.

*****

Hari ini maulana dan para tim basket nya tengah berlatih untuk kompetisi bulan depan. terlihat di tepi lapangan basket, atika duduk sambil menatap maulana. Di tangannya terdapat bekal yang sengaja ia siapkan untuk maulana.

"Lan, ada atika tuh!" ucap Anwar sambil menyenggol lengan maulana.

"Udah biarin, aku gak mau nemuin dia saat ini!" ucap Maulana.

"Lho kenapa?" ucap Anwar.

"Kamu masih tanya kenapa?" ucap Maulana. menekan kata" kenapa".

"Iya iya maaf, kan mereka yang bujuk aku buat bongkar semuanya!" ucap Anwar.

"Bilang aja kamu terpaksa lakuin ini, karena ada khikmah pacarmu kan?" ucap Maulana.

"Nah itu kamu tau!" ucap Anwar.

"Dahlah, kita fokus aja sama latihan kita!" ucap Maulana.

"Baik kapten!" ucap Anwar.

Setelah beberapa jam latihan, bel masuk berbunyi.

Atika terlihat kesal, karena menunggu lama. Ia pun meninggalkan maulana dan teman-temannya yang memang sudah diizinkan tidak mengikuti pelajaran sementara.

"Ihh nyebelin banget sih?" ucap Atika kesal.

"Kamu kenapa? kok kayaknya kesel banget?" ucap Agustin.

"Bukan urusanmu!" ucap Atika.

"Ihh cuman mau tau doang, masa gak boleh?" ucap Agustin.

"Kepo banget sih kamu, udah selesai belum nulisnya? Aku mau lanjut nulis nih?" ucap Atika.

"Belum!" ucap Agustin.

"Ya udah, makanya cepetan!" ucap Atika.

"Iya sabar ngapa sih?" ucap Agustin.

"Makanya buruan!" ucap Atika.

*****

Setelah beberapa jam pelajaran, akhirnya sekolah pun usai.

"Tik, kamu mau pulang sama maulana kan?" goda Khikmah.

"Aku pulang di jemput kak akhtar!" ucap Atika dengan nada bicaranya yang agak tinggi.

"Kamu kenapa sih tik? kok sensi banget hari ini?" ucap Agustin.

"Udahlah, aku capek ngejelasinnya!" ucap Atika yang langsung pergi meninggalkan mereka.

Saat sedang menunggu sang kakak menjemputnya, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya.

"Assalamualaikum Atika!" ucap seorang laki-laki dari dalam mobil.

"Rendy?" ucap Atika.

"Alhamdulillah kamu masih inget aku!" ucap laki-laki yang bernama Rendy itu.

"Mana mungkin aku gak inget kamu ren, kamu kan temen masa kecil aku, kita dulu sering jalan bareng, mana mungkin aku ngelupain momen bahagia kayak gitu!" ucap Atika.

"Syukurlah, aku anterin kamu pulang yah?" ucap Rendy.

"Boleh, tapi nanti kak akhtar jemput gimana?" ucap Atika.

"Tenang aja, dia bakal ku kasih tahu!" ucap Rendy.

.

To be continued

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status