Share

Bos Arogan itu Mantan Pacarku
Bos Arogan itu Mantan Pacarku
Penulis: fida yaumil fitri

Bab. 1 Pertemuan

Aku menatap ruang kepala itu dengan penuh rasa harap. Berharap pemimpin perusahaan ini bersedia menerimaku jadi sekertaris untuknya.

Mengingat bagaimana kesehatan ibu di rumah serta biaya sekolah Alisa yang menunggak, aku tak ingin gagal dalam peluang ini.

Kembali kuperhatikan tubuhku dari bawah, memakai sepatu hitam bekas, yang kugunakan saat menjadi SPG kala itu, memakai atasan casual terbaik dan celana kain warna hitam. Kuambil nafas panjang, agar rasa grogi ini mulai memudar.

“Vi, kamu bisa!”

Aku menyemangati diriku sendiri, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba ucapan Pak De ku kala itu menghantui pikiran, ia salah satu staf di sini.

“Vi, bos ku lagi butuh sekertaris untuknya. Gajinya lumayan, lebih dari cukup untuk sekedar biaya berobat dan cuci darah ibumu, termasuk juga biaya sekolah adikmu. Apa kamu tertarik? Cuma ya itu ...” Sejenak pak De terdiam.

“Kenapa, Pak De?”

“Dia arogan dan suka marah-marah, sudah sebulan ini ia ganti sekertaris 3kali, mereka gak kuat dengan hinaan dari Pak kepala.”

“Hinaan seburuk apapun itu. Aku yakin aku sanggup, De!”

Aku membuang nafas kasar, lalu berjalan mendekat, kuketuk pintu itu perlahan, hingga terdengar suara dari dalam mempersilahkan masuk.

Kuputar gagang pintu itu, sambil menarik nafas panjang, lalu masuk ke dalam ruangan yang cukup besar ini. Ruangan ini begitu dingin, bahkan ketika kaki ini masuk, kurasakan hembusan mengenai tulangku. Aku mencoba fokus dengan pandangan yang hanya tertuju kepada bapak direktur. Ia masih duduk di kursinya dengan tatapan tajam ke buku yang dipegangnya, sama sekali tak menoleh ke arahku sedikitpun.

“Silahkan duduk.”

Aku menurut, menjatuhkan tubuhku di atas kursi di depan pak kepala. Pandanganku terus fokus ke arahnya, meskipun pandangan matanya tak pernah berpaling dari buku yang dipegang.

“Namamu siapa?”

“Vivian, Pak,” jawabku pasti.

Meskipun degupan jantungku begitu cepat, ditambah aliran darahku yang mengalir lebih kencang dari biasanya, aku mencoba setenang mungkin, menutupi rasa grogi dengan jawaban yang tegas.

“Apa niatmu mencari kerja di sini?”

“Saya mencari uang,” jawabku simpel tanpa bertele-tele. Dapat bocoran dari Pak De, pak kepala sukanya to do point’ dan paling malas meladeni karyawan yang terlalu bertele.

Lelaki bertubuh sempurna itu, kini melepas bukunya, mengarahkan pandangan ke arahku.

“Reynan,” ucapku lirih yang nyaris tak terdengar, hanya gerakan bibir saja yang membentuk nama tersebut.

Lain halnya dengan aku, Reynan tak terkejut sama sekali melihatku. Dia hanya tersenyum miring menatapku.

“Vivian Diandra, sungguh kehormatan kamu mau mencari pekerjaan di sini.”

Reynan bertepuk tangan, dengan tatapan penuh benci.

Bayangan tentang lima tahun lalu berputar begitu saja di otakku.

“Vi, aku gak mau berpisah denganmu. Aku tidak sanggup jika harus melupakanmu, tak akan pernah bisa, tak akan pernah mampu.”

Tanpa rasa peduli, dan belas kasihan, aku meninggalkannya begitu saja

Bahkan tanpa ada penjelasan sama sekali.

“Masih ingat aku, Vivian?” tanya Reynan yang kini bangkit dari duduknya, perlahan ia melangkah maju dan mendekat, tatapannya terus fokus ke arahku, dengan pandangan tajam penuh murka.

“Masih, Pak!”

Aku meneguk salivaku, kini kurasakan kerongkongan mengering bersamaan dengan kerja jantung yang memompa lebih cepat. AC yang tadinya terasa dingin saat pertama kali aku masuk, kini tak lagi kurasakan, justru peluh di dahiku semakin bermunculan.

“Salut kepada keberanianmu yang masih duduk di sini.”

Ia kembali tersenyum sinis sambil memicingkan alisnya. Wajah oriental jelas terlihat dengan rahang tegas yang terus menatapku dengan tajam.

“Saya butuh pekerjaan, Pak!”

“Dan saya menolak kamu.”

Ucapan tegas dari lelaki di depanku benar-benar membuat duniaku hancur, peluang besar yang begitu kuimpikan ini tak mungkin bisa ku lepas begitu saja. Bayangan ibu dan Alisa yang menungguku pulang penuh harap, tak mungkin aku mengecewakannya kembali untuk kesekian kalinya.

“Saya lulus seleksi dari HRD, tidak mungkin kamu bisa menolak begitu saja, Rey. Eh maaf, Pak!”

“Saya direktur di tempat ini, dan saya memiliki hak penuh untuk memilih siapa staf saya, apalagi asisten saya.”

“Saya mohon, Pak! Sebagai atasan bijaklah dalam mengambil keputusan. Bukan berdasar pada masalah pribadi.”

“Siapa kamu atur saya? Ha?”

Reynan membuang muka, lalu berdiri membelakangiku.

“Ini tak adil untuk saya, Pak!”

“Lalu yang kamu lakukan lima tahun lalu, adil untuk saya? Pergi begitu saja tanpa penjelasan yang berarti.”

Aku hanya terdiam, memandang punggung gagah yang terbalut jas hitam mahal. Harta mampu merubah segalanya, termasuk hati. Reynan yang dulu lembut dan penyayang ternyata bisa berubah begitu berbeda dalam waktu singkat.

“Angkat kaki sekarang juga dari ruanganku. Pintu keluar masih berada di tempat yang sama.”

Reynan duduk di meja kerjanya sambil menunjuk pintu, tanpa menatapku sama sekali.

Bayangan Ibu dan Alisa terus berada di pikiranku. Melihat kondisi ibu yang mulai melemah dan membutuhkan cuci darah. Aku tak mampu jika pulang dengan harapan kosong.

“Aku mohon, Pak. Terima saya di perusahaan bapak. Saya siap dengan hinaan dan perkataan kasar bapak, apapun itu. Saya bersedia.”

Aku duduk bersimpuh di depannya, dengan tangan yang meraih sepatu mengkilat miliknya.

Reynan tampak terkejut, hingga akhirnya ia terlihat menikmati pemandangan di depannya.

“Sejak kapan kamu kehilangan harga dirimu, Vi? Mana harga diri yang dari dulu kamu agung-agungkan itu?”

Aku hanya diam, tak peduli berapapun kata umpatan yang keluar dari bibirnya. Aku hanya ingin pekerjaan ini, dan segera membawa ibu ke rumah sakit.

“Baiklah, sepertinya menarik juga tawaranmu. Aku terima kamu.”

“Terima kasih, Pak!” kusunggingkan senyumku, dan pamit berlalu.

Berjalan perlahan ke luar dari ruangan dengan hati yang bahagia. Tergambar jelas senyum ibu dan Alisa yang akan mendengar, aku diterima di perusahaan ini.

“Tunggu, Viv.”

Aku menengok ke belakang dan menundukkan sedikit kepala.

“Iya, Pak.”

“Jangan pernah lagi bersujud kepada siapapun!”

------------

Ada yang pernah senasib?

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
pak Arogan tertarik sma tawaran Vivian... tawaran apa yah...
goodnovel comment avatar
App Putri Chinar
baru awal kayaknya udah seru....aq suka yg arogan2 gini
goodnovel comment avatar
Setya Radja
baca part pertama lgsg jatuh cintrong dgn ni karya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status