Share

Bos Baruku, Adalah Suami Palsuku
Bos Baruku, Adalah Suami Palsuku
Author: Sung_A

1. Calon Istri Palsu

Di sebuah rumah besar dengan interior yang begitu mewah yang ditandai dengan barang-barang antik yang terdapat di dalamnya, membuat semua orang pun akan betah jika hanya berada di rumah tersebut. Ada salah satu ruangan yang memang sengaja disetel dengan lampu remang-remang untuk merilekskan tubuh di sebuah kursi kesehatan. Lelaki paruh baya dengan rambut yang kumayan memutih itu duduk di sana sambil menikmati setiap pijatan dari kursi kesehatan tersebut.

"Ayah!" Si lelaki paruh baya itu masih tidak bergeming sama sekali. Nafasnya masih ada karena prutnya yang masih kembang kempis namun memang sengaja tidak mennaggapi Putranya.

"Ayah kenapa tidak bilang jika aku harus menikahi Nicole dalam menjalani bisnis ini?" dengan emosi yang menggebu, Diandra masih tidak tenang dengan masalah ini. Ayahnya sama sekali tidak berbicara apapun padanya terutama tentang pertunangan dengan Putri dari klien kerjanya.

"Iya, memangnya kenapa? Nicole juga gadis yang baik bukan?" masih dengan santai dan sama sekali tidak ada niatan untuk membuka matanya lelaki paruh baya itu menjawab pertanyaan putranya.

"Baik? Baik dari mana jika meminta imbalan untuk menikahinya, Ayah? Itu semua terlihat murahan di depan mataku," sahut Putranya remeh dengan gestur tubuh yang membelakangi Sang Ayah menyedekapkan kedua tangannya.

"Jaga bicaramu itu, Diandra! Ayahnya adalah penyetor saham terbesar di perusahaan kita, ingat itu!" peringat Sang Ayah yang sudah membuka matanya dan dengan mengacungkan jari telunjuknya.

"Lalu aku harus menurutimu untuk menikah dengan Nicole, begitu?"

"Ayah yakin, kau tidak bodoh, Diandra. Hidup ini butuh uang. Apapun bisa dilakukan jika ada uang. Kalau kau menyayangi Ayah, kau harus menikah dengan Nicole. Lagian kan kau tidak punya kekasih, bukankah itu sangat mudah untukmu? Ayah tidak mau tahu, yang jelas kau harus datang ke acara pertunanganmu 4 hari lagi, tepatnya hari Sabtu malam di restaurant 'Heaven'. Kau harus datang dan bertemu dengan Tuan Aldrin," setelah mengatakan itu, lelaki paruh baya itu berdiri, berniat untuk meninggalkan sang putra. Putranya itu justru berbalik menghadap ke arahnya.

"Bagaimana jika aku punya kekasih?" pertanyaan itu membuat mata lelaki paruh baya tadi melebar tak percaya.

'Sejak kapan Diandra punya kekasih tanpa sepengetahuanku? Aku tidak bisa membiarkan ini!' batinnya Kemudian Ia menoleh ke arah Putranya.

"Kau punya kekasih?"

"Ya, aku akan mengenalkannya pada Ayah tepat pada saat acara pertunangan itu,"

"Jangan gila kau! Tuan Aldrin bisa membatalkan kerjasama dan menarik seluruh uang saham perusahaan kita!" Peringat Sang Ayah.

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin menikah dengan gadis yang aku cintai, bukan dengan gadis murahan pilihan Ayah!" Diandra pun kemudian berniat untuk meninggalkan ruangan tersebut, namun Ia mendengar suara rintihan sang ayah.

"Akh! Diandra... tolong Ayah.." Sang Ayah memegangi dadanya sebelah kiri dengan badan yang sudah merosot ke lantai. Sontak yang namanya terpanggil itu pun segera menolongnya karena panik. Takut jika terjadi hal yang lebih serius pada kesehatan Ayahnya.

"Astaga! Ayah kenapa? Aku panggilkan dokter Ridwan andalan keluarga kita ya." Sang Ayah mengangguk. Diandra pun menelepon Dokter Ridwan yang dimaksudkannya tadi.

_

Di sebuah perusahaan Mebel, Diandra sengaja mengundang seorang pegawai barunya ke ruangannya. Siapa lagi jika bukan Esther yang sekarang duduk di sofa memanjang ada di ruangan bosnya.

"Ada apa Anda memanggil saya, Pak?" Jelas, jika di kantor, Esther akan bersikap lebih sopan di depan bosnya, tidak seperti waktu di luar kantor. diandra menyerahkan seperti dokumen penting yang diserangkan pada Esther.

"Apa ini?" Tanya Esther yang masih bingung dengan bosnya. Bukankah jika ini harusnya menjadi hari pertama kalinya bekerja? Kenapa bosnya malah memberikan dokumen? Pikirnya.

"Tandatangani itu jika kau ingin bekerja disini," perintahnya. Segera Esther membuka isi dari dokumen di tangannya. Bisa jadi si bosnya ingin mengerjainya lagi seperti waktu di cafe.

"Apa? Kenapa ini isinya bukan tentang kontrak kerja?"

"Itu kontrak kerjasama, mau atau tidak? Aku berani menggajimu dua kali lipat dan kubayar sekarang juga jika kau mau menuruti apa yang aku inginkan di surat perjanjian itu,"

"Tapi... pura-pura menjadi tunanganmu? Sedangkan aku melamar kesini untuk menjadi Staff Admin bukan untuk menjadi tunangan pura-pura," sindir Esther.

"Bahkan posisi sebagai Staff Admin tidak akan membuatmu mendapatkan uang 300 juta dalam sekejap,"

"Ya... tapi kan..." Esther menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal sambil berpikir.

'300 juta tidak sedikit untuk aku bisa mendaftar kuliah bahkan hingga lulus, juga bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak kedepannya bukan? Tapi bagaimana jika Bibi memintanya?' Pikir Esther yang membuat Diandra kesal karena berbicara dengan gadis yang sedang melamun.

"WOY! Malah melamun aja, bagaimana?"

"Ya, aku mau!"

"Bagus, cepat tanda tangani, maka aku akan mentransfer uangnya." Esther mengangguk dan menandatangani kertas yang berisi kontrak kerjasama dengan Diandra. Yaitu menjadi tunangan pura-puranya supaya tidak dijodohkan dengan Nicole.

.

Sabtu malam, tempat pertemuan antara keluarga Nicole dan dan keluarga Diandra seharusnya datang di sebuah restaurant 'Heaven'. Dengan ramah, Tuan Hamid, Ayah dari Diandra menyapa calon besan sekaligus calon menantunya. Tentunya di ruangan VIP restaurant tersebut supaya lebih privasi.

"Mari duduk, Tuan Aldrin, Nicole,"  sapanya dengan psenyuman.

"Kira-kira jam berapa Diandra akan datang, Tuan Hamid?"

"Dia sedikit terlambat, biasalah, mengurus kantor pasti akan sangat sibuk. Yang sabar ya, Nicole, Tuan Aldrin," mereka berdua pun mengangguk. Baru saja berbincang-bincang, tiba-tiba yang mereka bicarakan pun datang.

"Aku sudah datang," sontak semua orang memandangnya yang sedikit membenarkan jasnya.

"Woah kau Putramu terlihat gagah dan tampan, Tuan Hamid,"

"Ya begitulah,"

"Diandra? Aku sudah menduga, kau tidak akan menolakku," dengan ekspresi sombongnya, Nicole pun tersenyum lebar dan berdiri dari posisi duduknya. Kemudian menghampiri Diandra.

"Tapi aku tidak sendiri. Aku membawa tunanganku. Esther, sini sayang." Seketika Nicole menghentikan langkahnya karena terkejut dengan apa yang baru saja Diandra katakan. Kedua matanya melebar tak percaya. Begitu pula dengan dua lelaki paruh baya yang saling berpandangan.

Seorang gadis dengan setelan dress se-lutut berwarna cokelat yang elegan dengan kerah V neck hingga memperlihatkan sedikit pundaknya, juga perhiasan seperti kalung dan anting dari berlian membuatnya terlihat sangat cantik. Rambutnya digerai dan sedikit menutupi bagian pundak kanannya. Begitu pula dengan gelang dan tas yang ada di tangannya membuat kesan mewah ada dalam diri Esther. Bahkan Esther sendiri pun masih tidak percaya bahwa dirinya bisa secantik ini.

'Astaga, aku sangat malu. Bagaimana jika Ayah Diandra dan semua orang membenciku?' bantin Esther yang merasa gugup. Diandra yang tahu itu pun segera menggenggam tangan kanan Ester dengan erat, bahkan kedua mata Esther pun melihat ke arahnya.

"Ini tunanganku, Ayah."

DEG!

.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status