Nayla berdiri tak jauh dari Reagan dan Delia. Dia menatap Delia dengan sorot tak suka sejak semalam. Nayla tidak mengerti apa yang sebenarnya Delia pikirkan sampai dia bisa membuat Reagan terlihat frustasi saat ini. “Semalam aku melihat kalian berdua kompak keluar dari bilik penggemar rahasia. Sekarang kalian diam-diam bersembunyi di sini. Apa kalian benar-benar punya hubungan spesial?” tanya Nayla terdengar menghakimi. Matanya nyalang menatap Delia. “Kamu, aku pikir kamu tidak punya cukup nyali untuk mengejar Reagan,” cibirnya lagi. “Apa perlu aku memberitahu dunia tentang skandal kalian berdua?” Wajah Delia sontak memucat. Dia sangat menjaga reputasinya sebagai Mahasiswi berprestasi. “Aku hanya bicara pada Reagan dan mengakui aku mengaguminya karena dia …” Saat ini Reagan tidak akan membiarkan Delia dengan mudah mengungkap identitasnya sebagai sosok di balik SpectraVant. Dia melempar tatapan dingin pada Delia sebagai bentuk peringatan namun, nampaknya Delia tidak cukup peka unt
Dunia menjadi hal yang tidak menarik lagi bagi Reagan ketika dia berselancar di dunia siber. Lalu lalang orang di sekitarnya, juga beberapa wanita dengan centil menyentuh pundak Reagan tidak sedikitpun mendapat balasan.“Dia semakin mempesona dari jarak sedekat ini,” ucap seorang wanita yang duduk selisih dua kursi dengan Reagan. Satu temannya yang lain terlihat lebih agresif. Dia berusaha menjangkau tangan Reagan. Tetapi secepat kilat Reagan menepis meski fokusnya masih tertuju pada layar laptop. Wanita itu mendesah kecewa. “Dia sulit sekali digapai. Apa karena dia terlalu tampan dan cerdas?” Kini dia menampakkan wajah murung. Putus cinta nyatanya tidak sesakit menerima penolakan dan diabaikan. Di sebelahnya, wanita yang pertama kali menggoda Reagan terkekeh. Puas melihat sesama penggoda Reagan gagal total. “Aku sudah bilang dia bukan orang sembarang. Kamu yang keras kepala.” Disaat banyak wanita mengasihani diri mereka setelah diabaikan Reagan. Lain halnya dengan sosok yang baru
Sebuah pulpen sudah berada di tangan Rektor Alex. Hanya tinggal membubuhi tanda tangan di atas materai, Reagan resmi mendapatkan izin akses sistem keamanan kampus secara keseluruhan.Melihat ekspresi tegang Rektor Alex, Reagan bersuara lagi. “Jika kamu ragu, aku akan menjamin peningkatan keamanan siber kampus ini. Universitas Georgia akan menjadi kampus dengan sistem keamanan siber yang paling mutakhir.”“Kebetulan, aku baru saja menemukan cara baru untuk mengamankan data di sistem dengan tingkat keamanan nyaris seratus persen. Sistem itu tidak akan bisa diretas meski dilakukan oleh peretas bersertifikat sekalipun, kecuali diretas oleh pembuat sistemnya sendiri,” kata Reagan melanjutkan. Kalimatnya terdengar benar-benar serius. Rektor Alex juga tidak melihat keraguan dalam setiap kalimat yang Reaga
Sebuah Ferrari model F8 sudah terparkir di lobi apartemen ketika Reagan keluar dari lift. Wajahnya mengeras. Suasana hatinya mendadak buruk setelah mendapatkan telepon dari Erik. Malam ini dia harus meninggalkan Claire seorang diri. Meski Reagan sudah memberikan berbagai alasan untuk tetap tinggal dan menemani wanita itu, Claire tetap memaksanya pergi. Reagan memasuki mobil Erik, dengan sedikit debuman saat menutup pintu. Erik yang duduk di sampingnya, bergerak gelisah di balik kemudi. “Maafkan aku, aku tidak berniat mengganggu momen intimmu itu,” ucap Erik. Saat ini dia diselimuti oleh rasa bersalah. Dia hanya berniat menelepon Reagan untuk sekedar mengingatkan janji temu mereka dengan Pricilla. Tetapi naas, momen yang Erik pilih kurang tepat. Reagan menghela napas berat, “Bagaimanapun sudah terjadi,” katanya datar. “Claire langsung memintaku pergi setelah mendapat telepon darimu.” Erik menelan ludah berat. Andai dia tahu Reagan baru saja mendapat lampu hijau dari Claire untuk m
Kenyataan mereka menemukan nama perusahaan yang tak asing, membuat Reagan dan Erik menepikan mobil di sebuah restoran cepat saji. Satu potong paha ayam baru saja Erik habiskan. Bahkan kunyahan terakhirnya masih bekerja. “Ini diluar prediksi kita. Bagaimana mungkin Jordan Consisto dan Croma Tech saling tempur?” ucap Erik tidak percaya. Dia tidak bisa berhenti menggelengkan kepala seperti maskot restoran. Sedang Reagan, dia fokus pada berkas yang diberikan Pricilla tadi. Membaca detail perusahaan Croma Tech di sana. “Dari lini bisnis, mereka berpijak di dua segmen berbeda. Jordan dengan batu baranya, dan Croma dengan perusahaan teknologinya. Kira-kira apa korelasinya?” “Berbagai kemungkinan bisa terjadi,” sahut Reagan. “Kita perlu melacak rekam jejak kedua perusahaan itu sebelum menjalani proyek yang mereka berikan.” Erik mengangguk paham. “Keduanya adalah klien kita. Jika mereka saling bertolak belakang, bagaimana kita bisa menjalankan proyek mereka?” Reagan tahu maksud Erik. Dia
Di kelas yang riuh dengan celotehan para mahasiswa itu, Nayla menyibukkan diri dengan berselancar di media sosial. Semenjak Universitas Georgia dinobatkan sebagai pemenang kompetisi peretasan internasional minggu lalu, nama kampusnya menjadi cibiran warganet. Nayla duduk di satu kursi paling pojok dekat jendela. Bersama laptop yang menampilkan laman artikel tentang kompetisi itu. Foto sosok peretas handal sekaligus perwakilan kampusnya, SpectraVant, disorot sebagai gambar pratinjau artikel yang sudah dibaca lebih dari satu juta kali itu. “Dia pasti orang yang hebat.” Nayla bergumam. “Andai dia tidak memakai topeng. Kalau dilihat dari proporsi tubuhnya, sepertinya dia pria tampan.” Di saat pikiran Nayla merenungkan sosok SpectraVant. Seseorang mengisi bangku di samping Nayla. Dia melirik sekilas pada layar laptop Nayla yang menyala kemudian mencibir. “Di malam Valentine minggu lalu, aku rasa tidak ada yang bisa membuat Reagan tunduk di ranjang. Termasuk kamu, Nayla,” ucap Belva. W
Antrian pesan mengular di depan meja kasir restoran cepat saji ini. Dua pria tampan menarik perhatian banyak mata ketika mereka masuk ke dalam sana.“Biar aku yang mengantri. Kamu bisa pergi mencari meja, Reagan,” ucap Jonas. Reagan hanya mengangguk setuju. Kemudian tanpa menunggu persetujuan Reagan, Jonas ikut masuk ke dalam barisan.Ketika Reagan belum terlalu jauh melangkah, Jonas baru teringat sesuatu. “Apa kamu punya permintaan khusus untuk pesanannya?”Reagan berbalik dan menggeleng pelan. “Tidak ada. Aku bisa makan apapun yang kamu pesan.”Reagan membiarkan Jonas memilih makanan apapun. Selain dia tidak memiliki pantangan, saat ini Reagan cukup lapar dan i
“Apa dugaanku benar, Reagan?”“Sudahlah, kamu pergi sana. Aku bisa memastikan kecurigaanmu tidak benar.”“T-tapi, Reagan. Kamu terlalu mirip.”“Mana mungkin aku SpectraVant. Dari segi kemampuan dia jauh lebih unggul. Seperti katamu tadi.”Dahi Jonas berkerut, garisnya hampir keriting karena terlalu keras berpikir. Asumsi itu tiba-tiba muncul di kepalanya sedangkan Reagan sibuk memberikan pembelaan.“Kamu juga tidak bisa menuduhku sembarangan hanya dari seuntai kalimat yang sama persis dengan SpectraVant,” ujar Reagan lagi.
Paruh baya di depan Reagan kini berusaha terlihat sesantai mungkin, namun di mata Reagan hal itu seperti terlalu dipaksakan.“Ini sebuah kesempatan berharga untukku bisa bertemu dengan peretas handal sepertimu, Reagan,” ucap Theodore sebagai sambutan hangat. Dua orang lain di samping Reagan, satu menatap bangga pada interaksi mereka, satu orang lain, yakni Erik, memandang Reagan dan Theodore bergantian dengan sorot khawatir. Pria ini, terlihat memiliki kharisma yang sangat besar meliputi dirinya yang dibalut dengan pakaian mahal. Lihat itu, setelan jas coklat tua yang dipakai Theodore, Reagan sangat tahu itu adalah merek ternama hasil karya salah satu desainer ternama di Italia. Jangan lupakan dasi putih bercorak garis diagonal yang samar, adalah dasi keluaran terbatas yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang dari kalangan atas. “Senang juga bisa bertemu dengan Anda, Tuan Theo,” ucap Reagan disertai senyumannya yang memikat. Di kursi lain, diam-diam Pricilla mengulum bibir saat mema
Di ruang kelas Nayla duduk di kursi paling sudut dekat jendela. Kepalanya tertunduk lemas, belakangan, kondisi kesehatannya pun menurun. Kelas baru akan dimulai sepuluh menit lagi. Seorang wanita cantik tinggi semampai, tubuhnya sedikit berisi namun seksi, mendekati Nayla. “Aku akui kali ini kamu menang, Nayla,” ucap wanita itu. Nayla lantas mengangkat pandangannya ke arah sumber suara. Belva sudah berdiri di depan mejanya, dengan raut wajah ditekuk ratusan lipat. Menyadari apa yang sedang dibicarakan Belva, dia menyeringai. “Kamu sudah kalah telak. Aku berhasil membuat mereka berpisah!” Nayla membalas dengan sangat semangat. “Sudah aku katakan, Reagan akan berpihak padaku. Aku bisa tidur bersamanya sedangkan kamu.” Nayla sengaja menghentikan kalimatnya. Matanya naik turun dari atas ke bawah memindai penampilan Belva. “Hanya bisa mendapatkan asistennya!” Lemas di tubuh Nayla mendadak lenyap, berganti menjadi sebuah dorongan energi untuk menertawakan nasib lawan mainnya ini. Waja
“Paman, jangan terlalu sibuk memikirkan siapa aku sebenarnya. Aku hanya suami Claire, suami yang masih sah secara hukum. Sebagai menantu, aku ingin membantu menyelesaikan masalah ini karena aku tidak akan membiarkan istriku hidup menderita. Jadi, putuskanlah, apakah kamu akan mengambil tawaranku atau tidak?” Di tempatnya berdiri, Tuan Delanney menunjukkan ekspresi rumit. Nyonya Delanney dan Claire juga sama bingungnya. Semua hal yang ada dalam diri Reagan terlalu gelap, hingga mereka tidak bisa meraba ataupun menerka latar belakang sosok asing di hadapan mereka kini. “Siapa yang bilang aku akan ikut denganmu?” tanya Claire sinis. “Aku akan di sini bersama orang tuaku dan menyelesaikan urusan keluarga kami sendiri. Lebih baik kamu pergi saja.” Reagan terkekeh, dia seperti sedang melihat seseorang berusaha membohongi diri sendiri. Dan itu yang sedang Claire lakukan. “Oh, Claire, aku tidak memberimu pilihan. Aku menjalankan tugasku sebagai suami untuk bertanggung jawab atas apa yang h
Mata merah Claire yang menyala-nyala menunjukkan kebencian yang begitu dalam. Begitu juga dengan kedua orang tua Claire. Mereka bahkan tidak bisa menutup mulutnya yang terbuka lebar ketika melihat keberanian Reagan. Reagan kali ini berpenampilan berbeda. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, pakaiannya adalah keluaran merek ternama. Sepatu pantofel hitam pekat mengkilat, setelan jas fit body dari bahan premium, dan aroma parfum Bacarat Rouge membelai penciuman mereka dengan halus. Dari ini saja, seharusnya sudah cukup memberi tahu keluarga Delanney siapa sosok yang mereka hadapi saat ini. Tetapi, sekali lagi, Reagan tidak ingin segala rahasianya terbuka dengan mudah. Dia tersenyum, memandangi wajah Claire yang sangat dia rindukan. “Tidakkah kamu memintaku untuk sekadar duduk dulu?” katanya. Claire mendengus. “Untuk apa? Kamu bukan tamu di sini.”“Tapi, aku suamimu.” “Itu dulu, tidak lagi sekarang!” Tuan Delanney, seharusnya dia senang melihat perselisihan putri dan menantu yang
Setelah mendapat telepon dari ayahnya, Reagan langsung memberikan beberapa tugas pada Erik. Di dalam penthouse yang sepi ini, mereka duduk di ruang tengah. Dengan laptop masing-masing yang menyala menampilkan sederet kode di sistem perangkat lunak. Tambang lithium yang selama ini tertidur pulas, mulai menunjukkan eksistensinya. Saat ini Reagan tengah membuka sistem pengendalian tambang jarak jauh. Sistem itu yang menghubungkan tambang dengan pusat kontrol di Australia. Dimana saat ini Anthony memegang penuh kuasa area itu.Tambang lithium yang Reagan temukan dilengkapi dengan jaringan komunikasi satelit dan jaringan fiber optik yang menghubungkan para petinggi dengan sistem operasi yang berjalan di tambang itu. Reagan membuka sistem cloud, yang sudah dienkripsi dan diamankan oleh sistem VPN korporat buatannya dua tahun lalu. Kemudian membaca semua data operasi tambang yang diperbarui dalam skala pembaruan waktu nyata. Tidak hanya membaca data di cloud. Reagan juga beralih pada i
Berita tentang pernikahan Claire dengan Reagan, serta tentang skandal panas itu masih menjadi tren topik pembicaraan warganet. Hal itu juga berpengaruh terhadap menurunnya harga saham Croma Tech belakangan ini. Berita beredar bahwa kini, perusahaan tambang itu sudah berada diambang kebangkrutan. Para investor menarik semua dana investasi mereka dari sana, hingga salah satu perusahaan yang dinobatkan sebagai perusahaan tambang batu bara terbesar itu, mulai goyah. Erik membaca setiap berita bisnis di ponselnya dengan seksama, sedangkan di sebelahnya, Reagan diam mematung. Dia menatap wanita yang berlalu lalang, sesekali mereka menggoda dan memuja tampang Regan kemudian menjadi semakin gila. “Kamu tampan, tapi kenapa kamu hanya datang berdua dengan pria ini?” ucap salah satu wanita yang kini berdiri di samping Reagan. Dia menunjuk Erik dengan ekspresi yang sulit diartikan.Dia memakai dres ketat dari bahan beludru warna marun. Polos tanpa hiasan apapun. Alih-alih menambah kesan seksi,
Keputusan yang baru saja Reagan dengar bagaikan sebuah petir yang menghantamnya di siang bolong. Hal yang paling Reagan hindari kini mengancamnya di depan mata. Dia melihat Claire yang mengeluarkan pakaiannya dari lemari beserta sebuah koper besar. “Claire, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku bisa menjelaskannya. Tapi, tolong dengarkan aku dan jangan pergi.” Reagan berusaha menahan langkah sang istri, tetapi, Claire cukup keras kepala. Dia enyahkan seluruh sentuhan Reagan dengan kasar. Perlakuan itu nyaris membuat mental Reagan jatuh. “Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, semuanya sudah jelas aku lihat. Minggir!” Setelah memastikan semua barangnya masuk ke dalm koper, Claire melangkah menuju pintu utama. “Claire, kumohon. Kita baru saja membangun rumah tangga ini bersama, tolong jangan pergi.” Claire mendengus kesal. Kesabarannya bena-benar diuji oleh sikap Reagan. Dia berbalik, menghadap Reagan untuk terakhir kalinya. Suaminya kinni terlihat begitu menyedihkan. Matanya merah
“Ternyata kamu di sini? Apa yang sedang kamu lakukan?” Reagan menoleh ketika mendengar suara Erik mengisi lorong kosong tempatnya berdiri sejak tadi. Ekspresi Reagan benar-benar tegang. Dia seperti menyimpan api bara yang siap berkobar di kepalanya. Ketika menatap Erik, pandangannya meneduh. “Aku baru selesai mengenyahkan sampah. Ayo, kita pulang.” Reagan melangkah mendekati Erik, membiarkan sahabatnya itu tenggelam dalam berbagai pertanyaan di benaknya. Ketika sampai di parkiran, Reagan tidak menemukan mobil mewah yang ditumpangi Theodore di sana. Dia pun kembali berkata pada Erik, “Apa mereka sudah pulang?” Erik mengangguk. “Ya, semuanya berakhir sesuai dengan dugaan kita.” Mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan Erik yang bertugas untuk mengendara. Sedangkan Reagan, dia mengambil sebuah obat merah dari dalam dashboard. Erik melirik sekilas apa yang Reagan lakukan kemudian ternganga. “Kamu terluka?! Apa yang sebenarnya terjadi selama aku tidak ada?” “Hanya hal kecil. Sampah
“Reagan! Kamu mau kemana? Hei!”Setelah Reagan menghilang dari pandangan, hanya ada Erik yang diam mematung di tempatnya sekarang. .Disaat yang sama, pintu ruang VIP terbuka. Theodore dan Pricilla keluar dari sana, dengan gestur yang berbeda. Erik kembali ke mejanya, saat ini posisi duduknya membelakangi dua orang itu. Dari pantulan layar laptop yang gelap, Erik memantau setiap pergerakan Theodore dan Pricilla. “Terima kasih sudah mengundangku, Tuan Theo. Sebuah kehormatan bagiku bisa makan siang denganmu.” Suara Pricilla terdengar. Disusul tawa berwibawa dari Theodore. “Nona Pricilla, jangan sungkan seperti itu. Bagaimanapun kita adalah relasi bisnis. Sudah sepantasnya aku menjamu dengan baik.” Pricilla menyunggingkan senyum tipis. Dari sorot matanya jelas Erik bisa melihat ada ketertarikan yang begitu besar di sana terhadap Theodore. “Selain pembelot, mereka juga pandai berakting,” gerutu Erik di depan layar laptopnya. Dia masih ingat jelas, adegan panas mereka yang desahann