Butuh satu jam untuk Kimberly merehatkan tenaga dan pikirannya dengan berendam di dalam bath up. Wewangian aroma floral menyeruak ke dalam indera penciumannya. Terasa begitu menenangkan bak di rumah sendiri.
Kimberly merasa tenang tanpa gangguan dari pihak mana pun. Secercah harapan kini ia dapatkan. Ia berusaha keluar dari timbunan air hangat yang menenggelamkan dirinya selama beberapa saat.
Tubuh polosnya kini terbungkus bathrobe berwarna putih yang telah disediakan di dalam setiap kamar resort tersebut. Kimberly membuka pintu kamar mandi lalu terkejut mendengar ketukan pintu dari luar.
Kimberly mengintip lewat peephole yang ada di pintu lalu bertanya maksud kedatangan seseorang di sana.
"Siapa?" tanya Kimberly santai.
"Layanan kamar, Nona! Pesanan untuk Nona Kimberly sudah tiba!" jawabnya cepat.
Hah?
Kimberly mengernyit. Ia tak merasa memesan sesuatu sebelumnya, kenapa tiba-tiba ada seseora
Bryan terkekeh dengan senyum meledek yang terlihat menyebalkan di mata Kimberly."Seharusnya kau bersyukur karena aku melindungimu dari semua rentetan pertanyaan yang akan dilayangkan ayahmu saat melihat wajah putrinya saat ini! Apakah kau akan mengatakan hal sejujurnya pada beliau bahwa kau….." Bryan sengaja menghentikan ucapannya untuk melihat bagaimana respon gadis polos tersebut."Aku kenapa? Katakan padaku! Jangan setengah-setengah! Memangnya apa yang kau ketahui tentangku? Apakah begitu terlihat bahwa aku saat ini sedang patah hati?" desak Kimberly.Bryan mengangkat sebelah sudut bibirnya. "Aku tadi hanya menerka-nerka, tapi kau malah mengakuinya! Jangan pernah bersikap seperti ini di depan pria lain atau mereka akan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan padamu!""Sama sepertimu, bukan?" balas Kimberly dengan tatapan dingin sembari bersedekap. Kedua tangannya bergerak naik turun menciptakan rasa hangat di lengan kec
Kepalan tangan Nick tampak terlihat di kedua sisi. Rahangnya mengetat dengan tatapan aura membunuh yang begitu kuat."Pergi atau kau kuseret dari tempat ini secara tidak hormat!" ancam Nick pada Violet.Violet terkesiap setengah mati. Pemuda tampan yang ramah dan baik hati itu telah berubah menjadi pria angkuh sekeras batu."Sejak kau memutuskan untuk menemui Kimberly dan mengatakan masalah perjodohan laknat ini, maka saat itu pula kau sudah menabuhkan genderang perang denganku!" tegas Nick dengan mata menyorot tajam."Kak, sudah kukatakan padamu bukan, bahwa cepat atau lambat Kak Kimberly harus tahu kenyataan ini. Kita tetap akan menikah, Kak!" sanggah Violet.Nick tak lagi menjawab dengan kata-kata. Kini lelaki itu menatap Violet seperti seorang mangsa yang harus ia cabik-cabik hingga berbentuk saat ini juga. Merasa situasi tak mendukung, ia melangkah mundur hampir mendekati pintu."Kak, jangan lupa bahw
"Sorry! Bukan maksudku…" ucap Bryan tergagap. Ia merasa tak enak hati.'Shit! Kenapa aku mulai tak sabaran untuk memakan gadis ini? Astaga! Rasanya bibir itu manis sekali, gila, aku kenapa jadi aneh begini?' gerutu Bryan dalam hati. Tangannya refleks menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kikuk.Lelaki itu sibuk mengumpat kesalahannya. Ia benar-benar tak bisa menahan godaan atau hasrat yang menggebu dalam dirinya saat melihat benda kenyal terpoles lipstick berwarna cerah tersebut di depannya.Sumpah demi apa pun ia sungguh merasa bersalah."Maafkan aku! Aku tidak sengaja!" tegas Bryan sambil membuat tanda perdamaian dengan dua jari membentuk huruf V."Jangan samakan aku dengan wanita murahan yang mungkin bisa kau ajak tidur, Tuan! Aku tahu nasib percintaanku sedang tidak mujur dan bertemu denganmu siang ini.Aku ikut denganmu kemari karena aku berharap dapat membuang sedikit sakit hatiku. Tidak pernah
Malik ResortDi dalam salah satu ruangan VIP di resort tersebut, sang pemilik bersama George duduk berhadapan di ruang tamu.Dua pria berbeda generasi itu membiarkan Kimberly berada di kamar lain tepatnya di sebuah kamar tidur berbeda lantai karena gadis itu kelelahan dan mengantuk.Gadis kecil berusia dua puluh satu tahun itu benar-benar tertidur. Terdengar dengkuran halus keluar dari bibir Kimberly jika ia benar-benar kelelahan yang teramat sangat. Sang ayah memastikan bahwa Kimberly benar-benar tertidur di dalam mimpi hingga merasa aman untuk melanjutkan obrolan dengan Bryan."Aku akan meminta pelayan menyiapkan wine terbaik untuk kita malam ini, Tuan!" ucap Bryan yang hendak menekan tombol di telepon guna menghubungi seseorang."Tidak perlu, Tuan! Aku tidak sedang ingin meminum alkohol selama beberapa waktu ini, namun terima kasih atas tawaranmu," tolaknya halus. "Mungkin akan lebih santai jika kau menggantinya den
George menatap sang putri dengan tatapan dalam penuh makna. Ia merasa sesaat lidahnya mendadak kelu saat dirinya hendak buka suara.Tangannya merayap menuju mahkota indah Kimberly yang saat ini tergerai bebas, meski tampak sedikit berantakan namun tak mengurangi kecantikan alami yang gadis itu miliki sedikit pun."Kau cantik sekali, Kimmy! Persis seperti ibumu!" puji George tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik putrinya.Kimberly menatap sang ayah dengan pikiran bekecamuk. Pria yang terbaring lemah di sampingnya inilah harta tak ternilai harganya dan tak akan pernah tergantikan.Kimberly terduduk lemas tepat di tepi ranjang. Ia menautkan jari-jari lentiknya pada jemari besar sang ayah.Gadis cantik itu mengecup perlahan punggung tangan pria yang telah mengabdikan seluruh kasih sayangnya pada Kimberly tanpa bantuan wanita lain selain bibi Anne. Pria paruh baya itu memilih menjadi single parent dan tak menikah
Bryan tampak kesal, ia benar-benar tak bisa menahan untuk menunjukkan hal itu di hadapan Kimberly.Apakah ia tampak begitu menjijikan? Atau, hina? Sampai-sampai gadis itu sudah berpikiran buruk padanya dan menganggap dirinya telah melakukan rencana di balik permintaan George pada putrinya.Ia akui, dirinya adalah pria brengsek dan pemuja wanita di atas ranjang bersamanya. Namun, tak pernah sebersit sekali pun pikirannya untuk melakukan hal licik seperti itu. Itu bukan gaya hidupnya demi mendapatkan sesuatu. Ada banyak hal yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan keinginannya.Menggeleng samar dengan senyum kecut, mewarnai harinya saat ini. Hal itu membuat Kimberly menatapnya penuh dengan tanda tanya. Seperti seorang penyidik dengan berbagai rentetan pertanyaan siap mengeksekusi tersangka yang tertangkap oleh sepasang iris biru tersebut dari sang gadis."Kau tahu Nona Kimberly, aku adalah orang yang sangat mengagumi wanita! Jangan kau
"Tuan Bry---..."Gadis itu spontan tergagap.Untung saja Kimberly tidak sedang meneguk cairan apa pun, jika iya dapat dipastikan ia akan tersedak saat itu juga. Matanya membola sempurna menatap ke arah pria yang ia cecar sedemikian rupa di depan dr. Moana.Sesaat, gadis itu menunduk malu seraya menggigit bibir bawahnya. Ia sibuk merutuki kepolosannya yang tanpa tahu bahwa sosok menyebalkan itu kembali datang ke ruangannya."Dan apa, Nona? Kenapa berhenti? Dr. Moana pasti penasaran, bukan? Sama halnya dengan diriku. Benar, kan, Dok?" sambung Bryan dengan senyum penuh ledekan."Kalian ini manis sekali, seperti pasangan kekasih yang sedang bertengkar saja! Baiklah, aku tidak akan mengganggu waktu kalian berdua. Ada pasien lain yang harus kuperiksa. Permisi!" ijin dr. Moana pada Kimberly dan Bryan.Kimberly yang malu bukan main memilih mengangguk tanpa suara. Hendak membantah pun rasanya percuma, lebih baik ia
Kimberly menggeser tubuhnya perlahan agar tak didekati Bryan. Pria itu tampak senang menggoda gadis kecil yang terlihat seperti anak ayam di matanya. Sok kuat dan berani berdebat dengan dirinya padahal tak bernyali. Hanya gertak sambal saja.Bryan semakin mendekat.Gadis itu jatuh ke pembaringan empuk di belakangnya. Ia berusaha bangun seraya menyangga tubuhnya dengan kedua tangan di belakang. Ia beranikan diri menatap wajah Bryan yang ia akui memiliki pesona tak terbantahkan."Tuan, tolong jangan ganggu aku! Sampai kapan kau akan mengurungku di sini? Aku ingin segera bertemu Papa. Jangan biarkan terjadi hal buruk pada ayahku!" pinta Kimberly dengan memelas.Bryan mengangguk pelan lalu melangkah menuju pintu. Pria itu membuka pintu dan mencari seseorang di luar sana.Tanpa hitungan menit, Bryan kembali bersama dr. Moana dan menyerahkan secarik kertas berisi resep obat yang harus ditebus guna mengobati kaki Kimberly.&nb