"Tinggal di sini? Itu tidak mungkin. Sekarang juga aku harus membawa Azka pergi dari sini." Zeira bangkit dari sofa, ia mencari anak kecil itu ke ruang bermain tetapi tidak ada. Ia juga sudah bertanya kepada baby sitter dan pelayan, tetapi tidak satupun yang melihat Azka. "Ya Tuhan, di mana putraku? Apa pak Anjas menyembunyikannya agar aku tidak bisa membawa Azka pergi?" Ucap dalam hati Zeira. Zeira melangkah ke luar untuk mencari Azka, dan matanya melihat anak mungil itu sedang bermain dengan Anjas di samping kolam ikan koi, yang terletak di depan kediaman Wijaya. Saat Zeira akan melangkah, tiba-tiba seseorang berbicara dari arah punggungnya. "Apa kamu sudah puas?" Zeira memutar tubuh ke arah datangnya suara. "Nyonya." Ucapnya dengan gugup. Riana melangkah menghampiri Zeira. "Orang susah sepertimu pasti memiliki niat buruk. Bahkan rela melahirkan anak haram agar bisa menumpang hidup dengan orang lain." Zeira mengerutkan kening, ia tidak mengerti apa maksud ucapan Riana. "Maks
Suara kicauan burung menambah indahnya suasana pagi. Tepat pukul 5 pagi, Zeira sudah ke luar dari kamar, ia membantu para pelayan untuk menyiapkan sarapan. Sebenarnya semua pelayan melarang Zeira untuk masuk ke dapur, karena mereka menganggap Zeira adalah nyonya di rumah itu. Tetapi Zeira berkeras dan memaksa, sebab ia mengaggap dirinya hanya orang asing yang menumpang di sana. Setelah selesai menyiapkan sarapan, Zeira bergegas menuju taman. Ia membantu mbok Mina menyiram bunga. "Saya bantu ya Bu?" Ucap Zeira sambil meraih selang dari tempatnya. "Jangan Nyonya, nanti tuan marah." Larang mbok Mina. Zeira tersenyum, "Enggak Bu, aku ini bukan istri pak Anjas. Jadi dia tidak akan marah jika aku membantu pekerjaan di rumah ini." jawab Zeira dengan kerendahan hati. "Tapi nyonya, anda itu adalah ibu kandung tuan muda Azka." Bantah mbok Mina. "Iya Bu, aku hanya ibu kandung Azka. Tapi bukan istri pak Anjas atau menantu di rumah ini. Jadi kedudukan kita sama, bahkan ibu lebih berharga kare
Setibanya di kamar, Anjas merasa curiga karena keceriaan putranya tiba-tiba redup setelah menyebut mama. Ia mendudukkan Azka di atas sofa lalu memberikan mainan, setelah itu Anjas ke luar dari kamar menuju kamar Zeira. Par.....Anjas mendobrak pintu dengan kasar, hingga membuat Zeira terkejut. "A...ada Pak." Tanya Zeira sambil bangkit dari sofa. Anjas tidak menjawab pertanyaan Zeira, hanya kaki jenjangnya yang melangkah menghampiri wanita cantik itu. dengan tiba-tiba Anjas mencengkram lengan Zeira dengan kasar. "Aku ingatkan kamu, jangan coba-coba untuk menyakiti perasaan putraku," ucapnya dengan lembut namun penuh penekanan. Anjas berpikir kalau Zeira pasti melakukan atau mengatakan sesuatu kepada Azka, sehingga anak kecil itu sedih. Zeira yang bingung dengan ucapan Anjas lantas bertanya, "Aku tidak mengerti maksud Bapak?" "Tidak usah bersandiwara, jika kamu tidak bisa menjadi seorang ibu! Jadilah seorang pengasuh untuk putraku, aku pasti memberimu gaji sama seperti pelayan yang
Pertempuran malam itu membuat Zeira tidak berani untuk bertemu dengan Anjas. Wanita cantik itu lagi-lagi membuat alasan sedang tidak enak badan, agar tidak sarapan bersama. "Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku tadi malam? Lagi-lagi aku melakukan dosa itu untuk kedua kalinya." Sesal Zeira kepada dirinya sendiri. "Aku benar-benar wanita murahan, begitu mudahnya aku menyerahkan seluruh tubuhku dinikmati oleh pak Anjas." Lanjut Zeira, menyesali perbuatannya tadi malam. Zeira bangkit dari sisi ranjang, melangkah menuju meja rias. Ia menatap dirinya sambil mengelus leher yang penuh tanda Kiss Mark, bukan hanya di leher saja, tetapi dada hingga paha. Pria tampan itu benar-benar menikmati seluruh tubuhnya dan meninggalkan tanda kepemilikan di seluruh tubuh mulusnya. Tok...tok....tok.... Suara ketukan pintu menyadarkan Zeira dari khayalan. "Sebentar." Zeira bergegas untuk membuka pintu. "Maaf Nyonya, tuan besar menunggu anda di ruang kerjanya." Ucap mbok Mina sang pelayan kepercayaan kel
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, Anjas dan Azka sudah terlebih dahulu meninggalkan perusahaan Wijaya. Sedangkan Zeira masih tinggal di sana. Wanita cantik itu sedang menunggu ojek online yang ia pesan melalui ponselnya. "Kamu belum pulang?" Tanya Saddam yang baru ke luar dari gerbang, dengan mengendarai mobil. "Ini lagi nunggu ojek Pak." Jawab Zeira. "Aku antar aja yuk?" Ajak Saddam. Zeira tersenyum, "Terima kasih Pak, tapi aku sudah terlanjur memesan ojek, gak enak kalau dibatalkan." Tolak Zeira dengan lembut. Lagi pula walupun Zeira belum sempat memesan ojek, dia tidak mungkin menerima tawaran Saddam. Karena jika Saddam tahu Zeira tinggal di kediaman Wijaya! Tentu pria tampan itu curiga kepadanya. "Iya juga sih." Timpal Saddam sambil membuka pintu mobil lalu turun. "Bapak kenapa ke luar dari mobil?" Tanya Zeira. Hehehe, Saddam terkekeh. "Kasihan dong wanita secantik kamu nunggu ojek sendirian." "Ah, bapak bisa ajah." Zeira tersipu malu. Kata cantik yang ke luar dari mulut S
Tepat pukul 7 malam, semua keluarga Wijaya sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. Biasanya Zeira yang selalu menyuapi Azka, namun kali ini anak menggemaskan itu disuapi oleh Anjas. "Pah." panggil Zeira ragu-ragu setelah mereka selesai makan malam. "Iya." Sahut Gunawan. "Pah, bisakah besok aku tidak masuk kantor?" Pertanyaan Zeira membuat kepala Anjas terangkat, ia menatap wanita cantik itu dengan tatapan tidak suka. "Apa kamu sakit?" Tanya Gunawan. "Tidak Pah, besok aku ada urusan penting ke Bandung." "Ow...biar sopir yang mengantar kamu ke Bandung." Tawar Gunawan. "Enggak usah Pah, aku naik angkutan umum saja." Tolak Zeira. "Enggak usah sok jual mahal Zeira." Sambut Riana sambil tersenyum sinis. "Mamah, jangan bicara seperti itu. Mungkin saja Zeira ingin pergi dengan seseorang." Kali ini Armel yang membuka mulut. Sementara Anjas hanya diam, tetapi dalam hatinya berkata, "Katakan saja kalau kalian berdua ingin pergi bersenang-senang. Dasar parasit, sampah
Dua hari telah berlalu, di mana pagi ini Anjas dan Azka sudah kembali dari Singapura. Walaupun ia tidak memiliki rasa kepada Zeira, namun pria tampan itu tetap bertanya tentang Zeira kepada Asep sopir pribadinya. "Apa wanita itu belum kembali?" Tanya Anjas dari bangku penumpang sambil memainkan ponsel. Sedangkan Azka sedang tidur tepat di sampingnya. "Wanita siapa Tuan?" Asep bukannya menjawab, tetapi pria paruh baya itu justru balik bertanya karena ia tidak tahu wanita yang dimaksud Anjas. "Zeira Pak Asep." Jawab Anjas dengan nada kesal. "Oh, nyonya Zeira." Timpal Asep sambil tersenyum tipis. "Nyonya belum kembali Tuan." Lanjutnya. "Hm.... baguslah dia berbuat sesuka hati," gerutu Anjas. Setelah 30 menit berlalu, mobil mewah itu kini memasuki gerbang istana Wijaya. Anjas turun dari mobil lalu menggendong Azka yang masih tertidur, dan membawanya masuk ke dalam rumah. Saat melewati ruang tamu yang berada di lantai dua, Anjas mendengar Riana sedang berbicara dengan seseorang melal
Satu minggu telah berlalu, Azka masih tetap membenci ibunya. Bahkan anak berusia 2 tahun itu tidak mau memakan masakan Zeira saat di kantor. Seperti hari ini, Azka menepis makanan dari tangan Zeira hingga terjatuh ke lantai."Azka" sentak Zeira saat piring terjatuh ke lantai. "Mama tidak pernah mengajari kamu seperti ini" lanjutnya masih dengan nada yang tinggi, sementara Azka hanya diam mematung. Anak menggemaskan itu merasa takut karena ini pertama kalinya Zeira membentaknya.Tentu suara Zeira mengundang Anjas untuk menegakkan kepala dan melihatnya. Pria tampan itu menatap sinis Zeira dari kursi kerajaannya. "Turunkan nada suaramu, dan jangan sekali-kali kamu membentak putraku" ucap Anjas.Zeira memalingkan wajah ke arah Anjas. "Dia bukan hanya putra bapak, tetapi putraku juga. Jadi aku berhak untuk membentaknya jika dia berada di jalur yang salah" Zeira memberanikan diri untuk membuka mulut, walupun seluruh tubuhnya gemetar karena takut. Ia sudah tidak kuat lagi melihat tingkah Az