Share

9. Obrolan Kala Lembur

"Gimana? Suka gak?" tanya Sagara sesaat melihat Dara melahap burger yang ia berikan.

Dara mengangguk karena mulutnya yang penuh dengan burger itu tidak bisa menjawab pertanyaan bosnya. Takut karyawannya itu tersedak, Sagara dengan cepat membuka botol minuman dan menyerahkannya kepada Dara. Wanita itu berhenti sejenak sebelum mengambil botol minuman yang ada di tangan Sagara dengan ragu. Sekali lagi, ia mempertanyakan apa normal jika atasan sepeduli ini dengan karyawan biasa.

"Makasih, Pak," ucap Dara.

"Pelan-pelan aja makannya, jangan kayak dikejer setan," pinta Sagara sembari menyerahkan sebuah tisu. "Lap mulut kamu, berantakan tuh," lanjut Sagara.

Yang hanya bisa dilakukan Dara adalah menganggukan kepalanya dan menuruti perintah Sagara. Meskipun memiliki kepribadian yang acuh tak acuh dan sudah mendeklarasikan kepada semua orang bahwa ia tidak memiliki perasaan apa pun dengan bosnya ini, wanita itu juga mudah luluh jika diperhatikan sedetil ini. Terbesit di pikiran Dara apakah pria di hadapannya ini menyukainya. Dara bukan merasa terlalu percaya diri, melainkan sudah beberapa kali ia mendengar bahwa pria itu selalu berkata bahwa lebih baik dijodohkan dengan dirinya. Walaupun bukan perasaan suka, setidaknya mungkin ada rasa tertarik.

Dara berusaha membuang jauh-jauh pikiran tersebut. Ia tidak ingin terjerumus ke dalam drama perjodohan keluarga konglomerat yang mungkin saja malah akan membuat pekerjaannya saat ini sebagai editor akusisi terancam.

"Kemarin gimana, Pak, kencan sama kakak saya? Lancar kah?" tanya Dara basa-basi untuk menghilangkan rasa sunyi dan canggung di antara keduanya.

"Ya, gitu aja. Kenapa nanyain?" tanya Sagara balik.

"Penasaran aja, Pak. Saya kurang tahu-menahu soal kisah cinta kakak saya, jadi mumpung ada Bapak, ya, tanyain aja," jawab Dara membual berbagai alasan. Wanita itu hanya ingin tahu apakah mungkin obrolan mengenai rencana licik Carissa yang ingin membuat diriya menggantikan posisi kakaknya itu.

Sagara mengernyitkan dahinya ketika mendengar ucapan Dara. "Kisah cinta? Siapa? Saya sama kakak kamu?" Pria itu bertanya untuk memastikan.

"Iya..." Suara Dara semakin mengecil karena ia merasa bahwa dirinya mungkin kembali salah bicara untuk kesekian kalinya.

"Suka aja engg- bukan, tertarik aja enggak, kisah cinta gimana maksud kamu? Ada-ada aja," ujar Sagara dengan nada tidak terima.

Dara hanya bisa tersenyum masam. Ia sepertinya salah bicara. Akan tetapi, setidaknya ia dapat mengkonfirmasi sesuatu dari ucapan bosnya tersebut, sang kakak dan Sagara memang benar-benar tidak tertarik satu sama lain.

"Semua, kan, ada awalnya, Pak. Sekarang mungkin belum tertarik, tapi nanti lama-kelamaan juga ada yang nyantol dikit," ucap Dara.

Kalimat yang keluar dari mulut Dara membuat Sagara terdiam sembari menatap dirinya. Tidak lupa dengan kedua tangannya yang dilipat di dada, membuat Dara salah tingkah sendiri. Di momen yang tidak tepat ini, Dara malah baru menyadari bahwa bosnya itu memiliki ketampanan di atas rata-rata.

"Bicara kayak gitu biar apa? Yakinin saya buat sama kakak kamu?" Sagara menebak niatan Dara dengan mudah yang membuat wanita itu diam tertegun.

"Mampus! Tahu aja ini orang. Cenayang apa gimana sih!" batin Dara panik setengah mati dan hampir saja menjatuhkan burger yang ada di tangannya.

Melihat Dara yang mati kutu, Sagara pun tersenyum kecil dan memutuskan untuk melanjutkan kalimatnya. "Tanpa kamu yakinin saya juga, saya pasti tetap bakal nikah sama kakak kamu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status