Share

Meeting

Tepat pukul satu siang Ana dan Pak Raka mengikuti meeting di aula perusahaan yang dipimpin oleh Ardi suami Ana. Meeting kali ini dihadiri oleh para pemimpin atau kepala devisi dan salah satu karyawan dari setiap devisi. Ana dan Pak Raka duduk di meja bundar yang terletak di urutan nomor dua dari bagian depan. Peserta meeting dari devisi lain mulai masuk ke dalam aula yang hari ini khusus digunakan untuk meeting.

Tak lama kemudian pemimpin perusahaan dan asisten pemimpin masuk ke dalam aula dengan langkah tegas dan aura yang dingin yang telah dikenal oleh karyawan yang dipimpin oleh CEO perusahaan itu. Ya. Pemimpin perusahaan itu Ardi suami Ana. Walaupun Ardi pemimpin baru atau CEO baru di perusahaan namun sikap dingin Ardi telah terkenal di kalangan karyawan perusahaan.

Sang asisten CEO yang bernama Natan membuka meeting siang ini. Ana yang tampak fokus dengan laporan yang akan digunakan dalam meeting hari ini tidak menyadari jika tengah ditatap oleh pemimpin perusahaan itu.

Ya. Ardi terkesiap saat tanpa sengaja pandangan mata menangkap sosok yang kini tidak asing bagus seorang CEO muda itu. Ardi menatap lekat ke arah Ana wanita yang kini menjadi istrinya itu tengah fokus dengan berkas yang ada di hadapan Ana.

“Gue tahu Ana memang cantik. Tapi tolong fokus dengan meeting siang ini dong Pak bos,” ucap Ardi kalau melihat tatapan Ardi yng sedari tadi menatap ke arah Ana yang duduk lurus di hadapan Ardi

Ardi menyadarkan diri dari lamunan saat suara bass Natan masuk ke indera pendengarannya. Ardi menata penampilan dan memperbaiki posisi duduk lalu fokus dengan meeting hari ini yang sedang membahas laporan dari devisi pemasaran.

Tatapan Ardi tidak pernah lepas dari sang istri yang sedang menjelaskan laporan dari bagian keuangan. Ardi terkesima dengan penampilan sederhana Ana dan kecerdasan Ana dalam menyampaikan laporan. Kelugasan Ana dalam menyampaikan laporan menjadi pusat perhatian Ardi. Natan yang memperhatikan apa yang kini sedang menasihati fokus tatapan mata sahabat sekaligus bosnya itu mengulum senyuman.

Ana yang belum menyadari keberadaan Ardi masih bersikap seperti biasa sehingga dapat menjelaskan laporan dari devisi keuangan dengan lancar dan memperoleh sambutan hangat dari para peserta rapat. Ana terhenyak saat mendengar suara bariton yang mulai dikenali oleh indera pendengaran Ana. Ana mending kakak kepala saat mendengar suara bariton Ardi yang tengah membahas laporan dari devisi lain. Tubuh Ana membeku saat melihat sang suami duduk di depan kursi kebesaran saat sedang mengadakan meeting.

Ana menepuk kening saat menyadari jika sang suami itu CEO atau bos di perusahaan tempat Ana bekerja saat ini.

‘Astaghfirullah.. Kenapa aku bisa melupakan kalau Ardi itu CEO baru di perusahaan tempat aku bekerja? Ah.. Sudahlah.. Bodo amat. Yang penting aku sudah membaca laporan devisi Keuangan tadi. Untung aku tidak menyadari kehadiran Ardi, jadi aku bisa dengan santai menyampaikan laporan dari devisi keuangan,’ batin Ana

Apa yang dilakukan oleh ana mendapat perhatian dari Pak Raka yang duduk di samping ana saat ini. Pak Raka mengernyitkan dahi saat melihat Ana menepuk keningnya.

“Kamu kenapa An?” tanya Pak Raka

“Eh.. Ana tidak apa-apa Pak,” jawab Ana

“Saya kira kamu kenapa. Soalnya tadi kamu menepuk kening kamu, An,” lanjut Pak Raka

“Tidak apa-apa Pak. Tadi ada nyamuk lewat,” alibi Ana

Pak Raka tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Ana. Pak Raka memilih fokus kembali kepada meeting yang sedang diadakan saat ini. Ana menghela nafas setelah Pak Raka tidak bertanya lagi kepada dirinya. Ana menatap ke depan dimana sang suami juga sedang menatap ke arah Ana saat ini. Netral Ardi dan Ana bersiborok dalam beberapa detik sebelum Ana memutuskan untuk mengalihkan pandangan ke arah lain. Ardi mengulum smsentum melihat sikap sang istri yang canggung namun menggemaskan bagi seorang Ardi, CEO muda di perusahaan itu.

“Natan..” Ardi memanggil Natan saat sedang coffe break

“Iya Di.. Kenapa?” balas Natan dengan menyelipkan pertanyaan

“Gue minta tolong nanti kamu sampaikan kepada Ana untuk datang ke ruangan gue setelah meeting,” sambung Ardi

“Ngapain Di?” tanya Natan penasaran

“Nggak usah kepo,” rukas Ardi lalu kembali ke tempat duduk

Natan berdecak kesal dengan sikap Ardi yang selalu seenaknya sendiri, “Kalau bukan sahabat baik gue, lo udah gue gibas kali Di,” gerutu Natan menyusul Ardi ke tempat duduk mereka

Ana yang sedang mengobrol dengan rekan kerja yang lain baik laki-laki atau wanita sembari tertawa mendapat perhatian dari Ardi yang tengah menatap ke arah wanita mungil yang kini telah berstatus sebagai istri CEO muda itu. Senyum sangat tipis diukir oleh Ardi di kedua sudut bibir CEO muda itu tanpa bisa dilihat oleh siapapun. Entah kenapa Ardi merasa ada yang bergetar di dalam hati kalau melihat ana tertawa dengan begitu lepas. Sikap Ana yang terlihat berbeda saat bersama dengan Ardi menjadi satu kebahagiaan bagi Ardi saat ini. Ana seakan tidak memiliki beban dalam hidup saat ini sehingga dapat tertawa bersama rekan kerjanya. Ada perasaan bersalah mendera di dalam diri Ardi jika mengingat tentang kesepakatan di antara Ardi dan ana tentang pernikahan yang kini dijalani oleh Ardi dan ana. Bahkan Ardi merasa bersalah karena telah menjerat wanita mungil itu ke dalam pernikahan kontrak. Walaupun pernikahan kontrak itu menguntungkan kedua belah pihak, namun sebagai seorang laki-laki Ardi merasa hijab dirinya sangat egosi dengan memaksa ana agar menerima syarat yang telah diajukan oleh Ardi sebagai penebus hutang seratus juta yang diberikan oleh Ardi ke kakak ana untuk membayar hutang kakak Ana.

Ardi memutuskan tatapan dari Ana saat mendengar suara bass sang sahabat sekaligus asistennya kembali membuka meeting setelah acara coffe break. Meeting diteruskan dengan tanya jawab serta saran dan kritik dari setiap devisi hari ini.

***

Tok..

Tok..

Tok..

Ana mengetuk pintu saat telah berada di depan ruangan Ardi. Ana memutar knop pintu dengan pelan setelah mendengar izin untuk masuk dari dalam ruangan Ardi. Dengan langkah kecil ana masuk ke dalam ruangan suami. Tampak sang suami tengah memeriksa pekerjaan yang berada di meja kerjanya.

“Sebelumnya mohon maaf Pak. Ada apa Pak Ardi memanggil saya? Apa saat telah melakukan kesalahan saat meeting tadi Pak Ardi?” tanya Ana dengan sopan

“Duduk An,” titah Ardi

“Baik Pak,” balas Ana

Ana mendudukan diri di hadapan sang suami yang masih fokus dengan berkas di atas meja. Sauasaan canggung menyelimuti dalam diri Ana saat tidak ada pembicaraan di antara Ana dan Ardi untuk beberapa saat. Melihat sikap Ana yang tampak canggung, Ardi dengan cepat mengambilalih suasana.

“Sebentar An. Saya sih ini berkas ini dulu,” ucap Ardi

“Baik Pak,” balas Ana

Suasana kembali hening saat Ardi sedang menorehkan tinta di atas kertas putih yang berada di atas meja kerjanya. Ana menatap setiap sudut ruangan Ardi yang bersih dan rapi. Satu foto menjadi pusat perhatian ana saat ini. Foto Ardi dengan pakaian kerja lengkap yang menambah kesan tampan dan wibawa sang suami. Ana menggelengkan kepala saat menyadari ada yang salah dengan pikirannya yang sedang memuji Ardi saat ini. Ardi mengulum senyum melihat arah tatapan Ana yang sedang menatap ke arah foto yang terpajang disalah satu sudut dinding dalam ruangannya.

“Jangan dilihatin terus fotonya. Kalau aslinya ada di depan kamu, Ana. Saya tahu kalau saya tampan..”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Edz Collection
update thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status