Caramel hanya tersenyum mendengar pujian dari Kemal, “Lalu lo sendiri, apa lo udah rela?” tanya CaramelKemal tersenyum singkat, “Apa yang harus gue relain? Lo juga tau antara gue dan Alexa itu gak ada apa-apa!” jawab Kemal.Caramel sangat tau, dibalik senyuman itu Kemal merasa sangat sakit sama seperti dirinya sekarang. “Yang gue tanyain itu hati lo!”Kemal merubah raut wajahnya menjadi serius dan datar, “Kalau itu yang buat dia bahagia, gue bakalan mundur.” Kemal menatap Caramel, “Gak ada lagi yang harus gue lakukan, selain menerima kenyataaan kalau Alexa mencintai Leon!”“Iya, lo bener!” Caramel tersenyum kecut, andai saja permasalahan Leon dan Caramel seperti apa yang dirasakan oleh Kemal, mungkin saja Caramel akan dengan ikhlas dan tidak merasa sakit hati yang berlebihan seperti ini. Saat ini mereka berdua sudah sampai ditempat acara pertungan Leon dan Alexa. Dari luar saja Caramel melihat dekorasi ruangan yang sangat megah, mewah dan banyak juga para tamu yang sudah datang, Car
“Itu bapak-bapak yang sama mamah lo siapa Mel?”Caramel langsung menyipitkan matanya, Caramel memblalakkan matanya disaat dia dengan sangat jelas melihat mamahnya sedang digandeng oleh seorang laki-laki yang sama sekali Caramel tidak mengenalnya karena posisi mereka berdua membelakangi Caramel.“Itu calon bokap lo?” tanya Kemal.Caramel menggelengkan kepalanya, karena dia sama sekali tidak mengetahui siapa laki-laki itu. Caramel langsung berdiri dari tempatnya. “Lo mau kemana?”“Mau nanya langsung sama mamah!”“Gue ikut!”Caramel langsung menggelengkan kepalanya, “Gak usah lo duduk aja disini, lagian bentar lagi kayaknya makanannya datang!” Kemal pun menganggukkan kepalanya, karena Kemal sadar kalau Caramel tidak ingin Kemal tau tentang urusan keluarganya.Caramel langsung mendekati kedua orang yang tampak mesra itu. “Mamah!” panggil Caramel.Yuni yang posisinya membelakangi Caramel langsung membalikkan badannya. Caramel melihat raut keterkejutan dari wajah mamahnya itu, dan tak lama
“Kenapa malam tadi kamu tidak datang Caramel?” Caramel tersentak melihat Leon yang sudah berada didepan pintu sambil menyenderkan badannya dengan kedua tangan yang dilipat didadanya. “Kenapa gak datang?” tanya Leon kembali.“Kenapa kamu bisa disini? Ini itu toilet perempuan!” protes Caramel.Leon mengerutkan keningnya, “Lalu kenapa?”Caramel memandang Leon aneh, bagaimana bisa dia bertanya seperti itu. “Ini itu toilet perempuan bukan laki-laki, dan kamu gak boleh masuk ke dalam sini!”Leon mengangkat bahunya dengan acuh, “Aku tidak perduli, lagian disini hanya ada kamu doangkan gak ada siapa-siapa lagi!” lalu Leon melihat bibir Caramel yang tampak basah. “Kamu kenapa?”Caramel yang menyadari masih ada sisa air di area bibirnya langsung membersihkan sisa air tersebut, “Gak apa-apa!” Leon berjalan mendekati Caramel sambil menganggukkan kepalanya. “Kamu gak boleh masuk kesini!”Leon sama sekali tidak mendengar perkataan Caramel, “Kalau perempuan berkata dia gak apa-apa itu pasti sebalikny
Caramel kini sedang berada di café milik Kemal, dia akan bertemu dengan sebelum dia pulang, Yuni mengajaknya untuk bertemu diluar dan pada akhirnya Caramel menyarankan untuk bertemu di café milik Kemal.Saat sedang menunggu kedatangan mamahnya, Caramel masih teringat dengan ucapan yang telah dikeluarkan oleh Alexa. “Apa semua itu benar yah?” gumam Caramel.“Lagi ngapain neng, ngelamun mulu?”Caramel langsung tersadar dari lamunannya dan menatap Kemal yang sudah ada duduk didepannya. “Lo ngapain disini?” tanya Caramel.“Ini café punya gue. Terserah guelah mau kesini atau enggak!” jawab Kemal.“Bukan gitu maksud gue Kemal!” ucap Caramel jengah.Kemal mengerutkan keningnya, “Terus apa dong?”“Lo kenapa duduk disini? Gak bantuin pegawai lo aja?” ucap Caramel sambil melihat kesekitar café yang terlihat ramai, kebanyakan dari mereka adalah anak remaja yang sedang nongkrong bersama dengan teman-temannya.Kemal menganggukkan kepalanya, “Oh lo ngusir gue gitu yah?”Caramel langsung menggelengk
“Buka pintunya Caramel!”Caramel tersenyum kecut mendengar suara itu. Caramel sangat hafal suara itu milik siapa. “Mau ngapain lagi sih dia? Gak cukup apa dia udah bohongin gue?”“Kamu gak mau buka pintu?” tanya Leon dari depan pintu, “Aku liat kamu barusan ngintip di jendela!”Caramel bimbang, dia masih marah dengan Leon karena lelaki itu membohonginya. Tetapi sekarang dia datang seperti tidak ada masalah yang terjadi. “Mau ngapain sih?” tanya Caramel tanpa membuka pintunya, “Pulang aja sana jangan kesini lagi!” usir Caramel.“Buka dulu pintunya!”Caramel yang sudah habis kesabarannya langsung membuka pintu, dia hendak memarahi Leon, tetapi tindakkan terhenti ketika Leon langsung masuk dan mencium bibir Caramel dengan sangat brutal. Caramel yang sadar dengan tindakan Leon langsung menepuk-nepuk Leon agar dia memberhentikan ciumannya itu. Tetapi Leon tidak menghentikan ciumannya itu, malah dia menghimpit Caramel ke dinding supaya dia tidak bisa kemana-mana.Saat pasokan oksigen mere
“CARAMEL!”Leon yang melihat kejadian itu pun langsung berlari menghampiri Caramel, untung saja dia berdiri tidak jauh dari Caramel. Walaupun Caramel terguling berberapa anak tangga, tetap saja itu sangat berbahaya untuk dirinya yang sedang menangandung. Leon langsung menahan Caramel saat dia akan terjatuh lagi. Leon sangat panik ketika melihat kaki Caramel yang mengeluarkan darah. Leon menatap Alexa yang baru saja turun tergesa-gesa.“Ya ampun Caramel!” Alexa langsung mendekati Caramel dan berjongkok didepan Leon.Leon manatap Alexa “Apa yang lo lakuin sama dia?” tanya Leon dengan tatapan tajamnya dan mata Leon mulai memerah. “Gue udah bilang sama lo, jangan pernah nyakitin Caramel!” Bentak Leon.“Dia jatoh sendiri! Aku sama sekali gak melakukan apapun!” Elak Alexa.“Gak usah bohong sama gue!”“Aku berani bersumpah Leon, Caramel jatuh sendiri. makanya aku sangat panik!”“Terserah!” Leon langsung menggendong Caramel dan akan membawanya ke rumah sakit diikuti dengan Alexa di belakang
Kemal menepuk bahu Leon, “Ngelamun aja lo!”Leon kaget, namun dia berusaha untuk tampak biasa saja. “Dokter sampe sekarang belum keluar juga yah?” tanya Leon. Leon menghela nafasnya untung saja itu semuanya hanyalah khayakan dia sendiri. Leon berharap khayalannya tidak menjadi kenyataan.Kemal menggelengkan kepalanya, “Belum. Bentar lagi kali!”Leon kembali menghela nafasnya, dia sungguh tidak sabar mendengar kabar dari dokter. Tak lama kemudian dokter pun keluar dari ruangan itu, “Keluarga pasien atas nama Caramel?” tanya Dokter.Leon menganggukkan kepalanya, “Iya dok, kami keluarganya. Bagaimana keadaan Caramel dok? Dia baik-baik aja kan?” tanya Leon bertubi-tubi.Dokter itu pun tersenyum, “Pasien dan bayi yang ada didalam kandungannya baik-baik saja karena dibawa ke rumah sakit tepat waktu! Karena pasien mengalami pendarahan, tetapi kami bisa menyelamatkan janin yang ada didalam kandungan pasien.”Leon sama sekali tidak bisa menahan rasa senang dan lega. “Serius dok?” tanya Leon ke
Caramel sudah pulang ke kontrakannya, dia terus teringat dengan apa yang Kemal katakan tadi. “Kenapa dia nyelametin gue? Kenapa dia gak ada tadi?” gumam Caramel.Caramel melihat jam yang ada didinding kamarnya. Sudah menunjukkan pukul 10 malam. Handphonennya terus saja membunyikan notifikasi pesan, Caramel sangat ragu untuk membukanya, dia sangat takut kalau isi dari pesan tersebut adalah tentang kehamilannya.“Apa gue udah siap buat ngadepin masalah besok?” tanya Caramel pada dirinya sendiri. Lalu dia membaringkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya, Caramel menghela nafasnya berat saat melihat ada seseorang yang meneleponnya. Caramel sangat terkejut ketika melihat siapa yang tengah meneleponnya Martia.[Hallo?][Hallo Caramel!] jawab Caramel.[Iya tante?] Caramel sangat canggung, karena hubungannya dengan Martia dapat dikatakan tidak baik.[Saya tidak akan basa-basi! Jauhi anak saya, jangan sampai kejadian kemarin menjadi boomerang untuk anak saya!]Caramel mengerutkan keningnya