Share

BAB 6

Sore ini Caramel sudah ada di café milik Kemal. Entah kenapa setelah kejadian tadi Caramel merasa badannya sangat lemas sekali. Pandangan Caramel beralih kepada seseorang yang tiba-tiba menyimpan segelas susu diatas meja.

Dia adalah Kemal. Kemal pun langsung duduk didepan Caramel, “Ini susu buat ibu hamil, bagus banget buat calon bayi lo. Jadi lo harus minum sampe habis!” Caramel mengangguk sambil tersenyum tak lupa juga dia mendekatkan segelas susu itu kepada dirinya, “Lo kenapa gue perhatiin daritadi lo ngelamun mulu lo juga lemes banget keliatannya, efek hamil atau lo sakit?” tanya Kemal.

Caramel menghela nafasnya sambil menggeleng, “Enggak kok gue gak apa-apa! Oh iya, lo mau ngomongin apa?” tanya Caramel, lalu dia meminum susu yang ada didepannya itu.

Kemal merogoh saku celananya dan mengeluarkan handphone milinya, setelah memebuka handphonenya itu Kemal memberikannya pada Caramel, “Ini!” Kemal sama sekali tidak melihat raut ketekejutan dari Caramel dan dia hanya melihat senyuman tipisnya, “Lo udah tau?” tanya Kemal penasaran.

Isi dari handphone yang Kemal berikan kepada Caramel adalah tentang postingan Alexa bersama dengan Leon dan terlihat kalau Leon mencium pipi Alexa. Hati Caramel sangat teriris melihatnya. Caramel memaksakan senyumannya, “Iya!” mengingat kejadian tadi siang sangat membuat Caramel sakit hati, dia menyaksikan bagaimana lelaki yang sangat dia cintai itu bersama wanita yang tidak lain adalah sahabat dari Leon.

Kemal sebenarnya sangat ingin kembali bertanya, namun Kemal berusaha untuk menghargai perasaan Caramel yang sekarang sedang sangaat hancur. “Gue gak tau apa yang membuat Leon berpaling dari gue?” Caramel menatap Kemal dengan sangat lekat, “Apa gue pernah berbuat salah sama dia yah?” tanya Caramel dengan mata yang mulai berkaca-kaca, “Apa karena gue bukan orang yang berada? Terus dia dengan teganya ninggalin gue disaat gue lagi hamil anaknya?” tanya Caramel dengan air mata yang mulai mengalir begitu deras.

Melihat Caramel yang menangis kembali dihadapannya. Kemal memberanikan dirinya untuk memeluk Caramel. “Itu bukan salah lo Mel!” Kemal berusaha untuk menenangkan Caramel. “Gue bakalan selalu ada buat lo dan gue bakalan terus bantuin lo!” ucap Kemal.

Caramel yang masih ada dipelukan Kemal pun menganggukkan kepalanya, lalu dia melepaskan pelukan Kemal tersebut. “Makasih yah mal, kamu selalu ada buat gue!”

“Beruntung banget kalau Leon ngelepasin lo. Ternyata lo semurahan itu yah?”

Caramel dan Kemal langsung menoleh kearah datangnya suara. Tepat dibelakang tempat duduknya, Caramel melihat Alexa yang sedang berdiri dengan kedua tangannya yang dilipat di dada.

Caramel dan Kemal berdiri dari tempat duduk mereka dan mendekati Alexa “Mau apa lo kesini?” tanya Kemal.

Alexa terkekeh, “Sekarang lo jadi pengganti leon yah? Lo mau sama besakan Leon? Lo mau sama wanita murahan yang sedang hamil ini?” cemooh Alexa. Caramel merasa harga dirinya sangat diinjak-injak sekarang, namun Caramel tidak menolak apa yang dikatakan oleh Alexa karena itu adalah sebuah kenyataan. “Lo bener-bener gak tau diri yah Mel, emang pada dasarnya sih cewek miskin kayak lo itu gak cocok dengan Leon!”

“Cukup Alexa!” sanggah Kemal.

Alexa menatap Kemal dengan tatapan merendah, “Kenapa? Lo suka sama cewek murahan ini?” Alexa tertawa, “Ternyata selera lo turun yah. Setelah gue tolak cinta lo terus sekarang lo lebih milih sama cewek miskin ini? Hebat sekali, lo langsung terjun paying gitu. Gue heran sih apa yang cewek miskin ini punya,” Alexa bertingkah seolah-olah dia mengingat sesuatu, “Oh jangan-jangan lo pakai pelet yah?” tuduh Alexa yang membuat Caramel sangat kesal, dia ingin membalas ucapan Alexa namun terpotong oleh Kemal.

“Gak usah nuduh kalau belum punya bukti. Mau gue suka atau enggak sama Caramel itu bukan urusan lo, gue disini hanya gak suka dengan cara lo!” jawab Kemal, “dan gue gak mau lo bikin keributan di café gue!” Setelah melihat kelakuan Alexa seperti ini, Kemal merasa kalau dirinya bersyukur ditolak oleh Alexa. Memang dulu Kemal sangat mencintai Alexa, namun Kemal akhirnya sadar kalau Alexa bukanlah wanita yang baik. Dulu dia terlalu dibutakan oleh rasa cintanya sendiri.

Alexa sama sekali tidak memiliki rasa malu, bahkan pada saat ini dirinya menjadi pusat perhatian pengunjung café. “Emang apa yang gue lakuin? Gue gak merasa kalau gue ngelakuin apapun. Mungkin karena Leon sadar aja kali kalau cewek miskin yang gak tau diri ini gak cocok dengan dia!” sarkas Alexa

“Lo merasa diri lo pantes?” tanya Caramel, “Lo pikir gue gak tau kelakuan lo yang selalu berusaha ngerebut Leon dari gue! Lo jauh lebih murahan dari pada ague!”

“Tapi pada akhirnya Leon lebih memilih gue daripada lo Caramel dan yang harus lo tau tau Leon memilih gue atas dasar keinginannya sendiri. Karana dia baru menyadari kelakuan buruk lo!” Alexa sangat bangga dengan apa yang sudah dia dapatkan sekarang.

Caramel mengerutkan meningnya, “Kelakuan apa yang udah gue lakuin?” tanya Caramel dalam pikirannya.

“Oh iya, gue kesini cuma mau ngasih ini kok,” Caramel mengambil undangan yang diberikan oleh Alexa, “Gue harap lo bakalan datang, ya seenggaknya dengan cara gini lo bakalan sadar status lo yang ada dibawah gue!”

Caramel tersenyum kecut, dia sudah sangat tahu apa yang berada di kartu undangan itu. Mati-matian Caramel berusaha untuk tetap terlihat biasa aja dihadapan Alexa. “Gue pergi duluan yah masih banyak banget yang harus gue lakuin sekarang, bye!”

Setelah Alexa pergi dihadapan Caramel, tiba-tiba kaki Caramel sangat lemas dan tidak mampu menopang berat badannya lagi, Kemal langsung memengang bahu Caramel saat melihat Caramel yang hampir terjatuh.

Kemal langsung membawa Caramel kedalam ruangan khusus untuknya dan mendudukkannya di sofa. Kemal sangat terkejut ketika Caramel tiba-tiba memeluknya. “Mel!” panggil Kemal.

Caramel tidak menjawab panggilan dari Kemal, yang bisa Caramel lakukan kali ini hanyalah menangis didalam pelukan Kemal. Menumpahkan semua rasa sakit yang sedang Caramel rasakan. Caramel dapat merasakan elusan lembut dari Kemal pada punggungnya. “Gue sayang banget sama Leon Mal, gue masih berharap ini cuma mimpi!” ucap Caramel masih menangis, “Gimana nanti anak gue Mal? Apa gue harus gugurin anak ini?”

Mendengar perkataan dari Caramel, Kemal langsung melepaskan pelukan Caramel. Kemal langsung menggelengkan kepalanya, “Gue gak setuju!” kemudian Kemal memengang kedua pundak Caramel, “Dengerin gue. Anak lo itu gak salah Mel, dia sama sekali gak punya dosa sampe lo dengan teganya gugurin anak lo. Apapun masalah yang lagi lo hadepin masih ada gue, masih ada ibu lo! Gue mohon sama lo jangan pernah lakuin hal sekeji!”

Masih dengan air mata yang terus mengalir Caramel menatap Kemal. “Tapi… anak gue bakalan dapet cemoohan dari orang-orang kalau dia hasil dari perbuatan haram!” ujar Caramel, “Lo gak tau perasaan gue sehancur apa sekarang Mal, gue itu hamil diluar nikah, gue ditinggalin sama orang yang sangat gue cintai, dan gue juga harus nerima kenyataan bahwa laki-laki yang gue cintai itu selingkuh dengan sahabatnya sendiri! Lo gak tau!” bentak Caramel.

Kemal masih berusaha untuk tetap tenang dan santai dihadapan Caramel, “Iya gue tau gue gak ngerasain apa yang lo rasain sekarang. Tapi coba lo pikir-pikir terlebih dahulu. Gue sebagai sahabat lo, gue gak mau lo salah jalan Mel. Apapun masalahnya, lo harus bisa hadepin Mel. Gue tau lo wanita yang kuat!”

Caramel menggelengkan kepalanya, “Gue gak sekuat apa yang lo tau Mal!” bantah Caramel.

Kemal sangat tau hal itu, “Tapi gue mohon, pertimbangkan lagi apa yang bilang!” Caramel hanya diam tidak bersuara.

∞∞∞∞

Caramel keluar dari Café milik Kemal. “Lo beneran gak mau gue anter pulang?” tanya Kemal.

Caramel menganggukkan kepalanya, “Iya, gak usah lebay gitu deh. Kan gue udah bilang tadi!” pada akhirnya Caramel akan tetap mempertahankan janin yang ada didalam tubuhnya itu. “Yaudah gue balik yah, ojol gue udah nyampe!” Kemal menganggukkan kepalanya. Namun, sebelum Caramel naik ojol itu Caramel melihat tak jauh diarah depan ada seseorang yang sedang melihatnya dengan tatapan sangat tajam.

“Leon?” gumam Caramel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status