Seorang wanita cantik memakai dress putih berbahan satin menjuntai kebawah sampai pada pahanya yang berkulit eksotis, berjalan dengan anggun menuruni tangga apartemen mewah milik Allen Clarck.
Dengan rambutnya yang cokelat dan manik mata yang berwarna senada, wanita itu tersenyum bahagia melihat sosok seorang pria yang selama hampir lima tahun ini menjadi kekasihnya.
Bukan, lebih tepatnya wanita ini yang beranggapan kalau mereka adalah sepasang kekasih.
Allen tidak pernah menggangap hubungan keduanya lebih dari sekedar pemuas nafsunya belaka. Mereka masih bersama hingga sekarang hanya karena saling menguntungkan saja.
"I'm miss you so much Al." ujarnya memeluk tubuh atletis sang bos mafia.
"Kau sudah menyiapkan air untuk aku mandi?" tanya Allen masih dalam dekapan wanita yang malam ini sengaja berpenampilan seksi dan wangi demi memuaskan lelaki penuh nafsu ini.
"Semua sudah aku siapkan untukmu Al, termasuk malam panjang kita nanti." Bisik mesra wanita itu ditelinga Allen.
Wanita keturunan Amerika India ini bernama Juliet Steel, menjadi kekasih Bos Mafia paling ditakuti di negara mereka membuat dia bebas melakukan apa saja selama ini.
Keamanan dan kehidupan mewah Juliet benar-benar terjamin selama dia berada disamping Allen.
Juliet yang dulunya bekerja sebagai wanita penghibur di sebuah club malam, bertemu dengan Allen yang waktu itu sedang mencari seorang yang bisa menghangatkan ranjangnya setiap saat.
Awal pertemuan mereka itu berakhir dengan adegan panas di atas ranjang, yang membuat Juliet seketika jatuh hati dengan keperkasaan sang bos mafia. Dia lalu dibeli oleh Allen, dan dibawa ke apartemen mewahnya di kota ini.
Jika sedang lelah Allen biasanya akan datang menemui Juliet di apartemen, untuk menghilangkan kepenatan dia dengan segala aktifitas hitam yang dia jalani selama ini.
Allen akan menginap satu malam, dan datang setiap tiga hari sekali untuk memuaskan hasrat dirinya yang selalu penuh dengan gairah seksual yang tinggi.
Juliet mulai membuka satu persatu pakaian yang dipakai Allen hingga tidak menyisakan sehelai benangpun ditubuhnya.
Dada yang ditumbuhi bulu-bulu halus dengan perut kotak-kotak itu selalu tampak seksi bagi setiap kaum hawa yang melihatnya, termasuk Juliet. Dia begitu menggilai tubuh atletis lelaki penuh pesona ini.
Apalagi melihat banyaknya bulu yang menghiasi perut bawah hingga kebagian pribadi Allen, membuat Juliet selalu menghabiskan waktu berlama-lama dibawah sana.
"Keluarlah, aku mau mandi dulu. Jangan menggangguku sebelum aku memanggilmu." ujar Allen dan berjalan masuk kedalam bath up yang sudah diisi air hangat oleh Juliet.
"Apa kamu tidak mau aku mandikan Al? Sudah lama kita tidak mandi bersama," sahut Juliet setengah merengek dengan wajah yang dibuat-buat.
Dia juga sangat rindu dengan belaian lelaki yang sedang bertelanjang bulat di depannya ini.
Allen yang sudah masuk dan duduk bersandar didalam bath up akhirnya menggangguk dan membiarkan Juliet masuk bersama dia, berendam bersama di air hangat.
Mereka duduk berhadapan dengan masing-masing kaki berada disamping tubuh keduanya.
Juliet mulai menyabuni tubuh atletis yang penuh perban luka dengan lembut, menemani Allen selama bertahun-tahun membuat dia terbiasa mendapati keadaan lelaki itu yang seperti ini.
Meski kadang khawatir dengan Allen, tapi Juliet sama sekali tidak diizinkan untuk bertanya apapun jika bukan urusannya. Allen paling tidak suka membicarakan masalah pribadi dia dengan orang lain.
Itu juga salah satu perjanjian antara dia dan Allen sejak Juliet masuk dalam kehidupan hitam sang Bos Mafia, dan menjadi pemuas nafsunya diatas ranjang.
Setelah memastikan tubuh Allen bersih, Juliet mulai memberikan kecupan-kecupan kecil di leher lelakinya yang kini sudah wangi aroma sabun mahal.
Allen hanya diam menikmati setiap kecupan serta belaian lembut Juliet ditubuhnya sambil membayangkan wajah wanita yang menolong dia waktu itu.
Tunggu, kenapa aku malah membayangkan dia?
Allen tiba-tiba mendorong Juliet dan berdiri keluar dari dalam bath up.
"Ada apa Al?" tanya Juliet kaget mendapatkan penolakan pertama kalinya dari Allen.
"Tidak. Aku hanya sedang tidak ingin melakukannya disini!" sahut Allen beralasan sambil memakai kimono dan berjalan meninggalkan kamar mandi.
Juliet yang ditinggalkan begitu saja berdecak, sepertinya ada sesuatu yang menggangu pikiran Allen batinnya.
Tapi bukan Juliet namanya kalau tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau, sudah berhari-hari dia memendam kerinduan yang mendalam untuk lelaki itu.
Malam ini mereka harus menghabiskan malam yang panas seperti malam-malam mereka sebelumnya.
Dalam keadaan tubuh yang masih basah, Juliet berjalan menemui Allen yang sudah duduk di kursi sofa sambil memijit pelipisnya.
"Are you okay Al?" tanya Juliet khawatir melihat Allen yang tidak biasanya seperti ini.
Dia duduk diatas kedua paha Allen dan merangkul leher bos mafia itu.
"Kamu bisa bercerita padaku jika kamu ada masalah Al," ujar Juliet lagi.
"Tidak ada apa-apa Jul, aku hanya sedang tidak enak badan saja."
"Kalau begitu biar aku yang memuaskan kamu malam ini Al."
Allen tersenyum dan membelai rambut Juliet yang basah, wanita itu tersenyum sumringah mendapati lampu hijau dari lelaki yang kini sudah dia cumbu dengan rakusnya.
Juliet yang tidak memakai sehelai benangpun itu, menarik tali kimono Allen dan mulai menjelajah setiap sudut tubuh atletisnya.
Wanita ini memang paling tahu bagaimana membuat Bos Maafia itu terlena, dan menegang dibawah sana.
"I'm really miss you my lil Allen...." desah Juliet mencium ujung benda perkasa yang selalu tampak gagah dan menantang untuknya.
"Emmmhhh...," suara parau keluar dari mulut Allen saat Juliet dengan lincah memainkan miliknya menggunakan lidah dan bibir dia yang basah.
Wanita dengan tubuh tinggi semampai ini begitu menggilai semua yang ada pada Allen bagi dia, sosok bos mafia yang paling ditakuti dan berkuasa ini sangat sempurna. Apapun akan Juliet lakukan agar Allen akan tetap menjadi milik dia seutuhnya.
Allen menekan kepala Juliet saat pelepasan itu akan dia dapati, dia selalu puas melihat mulut wanita pemuasnya ini penuh dengan cairan lengket miliknya.
Juliet tersenyum puas karena berhasil membuat Allen mengerang dan mendesah dibawah kendalinya.
"Aku masih belum Al!"
Wanita berbibir seksi itu naik keatas pangkuan Allen dan menuntun benda perkasa yang kembali ON setelah foreplay kedua yang diberikan Juliet padanya.
Tidak lupa Juliet merobek pembungkus pengaman yang selalu dia letakkan disetiap sudut kamarnya.
Terbiasa melakukan dimana saja dan kapan saja bersama Allen, membuat Juliet menyetok dan menyimpan benda kecil namun elastis itu sejak pindah ke apartemen mewah ini.
Juliet mulai menggoyangkan pinggulnya dengan lentur dalam tempo sedang dan cepat, dua buah gunung yang tidak tertutupi apapun itu ikut bergoyang bersama dengan tubuh yang naik turun, dan desahan dari mulut keduanya.
Allen menangkup dan bergantian menggigit gemas ujung bukit berwarna cokelat, yang semakin membuat wanita itu melayang dan makin gila melajukan permainan dia dibawah sana.
Allen yang terbawa suasana permainan Juliet, memukul bokong padat wanita pemuasnya hingga memerah selama beberapa kali.
Dalam posisi duduk, Allen berdiri dan berjalan mengangkat tubuh ramping Juliet tanpa melepaskan tautan bibir dan tautan dibawah sana menuju ranjang.
Dia lalu menghempaskan tubuh Juliet dan mengangkat tinggi satu kaki wanita pemuasnya hingga melekat kedada dia yang bidang, dan mulai menghentak kuat masuk semakin dalam kearea candu yang telah basah sejak tadi.
"Ohh, Shit!" maki Juliet merasakan benda perkasa Allen yang seakan sedang menggerogoti tubuh bagian bawahnya dengan sangat nikmat.
Dua orang yang sedang diburu nafsu dunia itu saling bersahutan mendesah, dan mencumbu satu sama lain diatas ranjang yang ikut berdecit saking kerasnya hentakan yang diberikan Allen ditubuh Juliet.
Bos mafia ini memang selalu kuat dan perkasa baik dalam menghadapi musuh-musuhnya, maupun dalam kegiatan panas dia diatas ranjang bersama seorang wanita.
Malam itu Juliet berhasil membuat Allen mendapatkan pelepasannya berkali-kali, hingga mereka tertidur diranjang dalam keadaan tubuh tanpa busana sampai pagi.
Akhirnya hari ini datang jugaAuthor rada² gak rela mau tamatin cerita ini, tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan...Author mau ngucapin terima kasih untuk semua pembaca setia Boss Mafia, I Love You yang selalu setia menanti up setiap hari...Juga untuk semua yang sudah mendukung cerita ini sampai tamat…Untuk sahabat sesama penulis Buenda Vania yang selalu setia author curhatin setiap saat,,Untuk teman-teman yang tergabung dalam Group Author Halu dan Group Author Bahagia…Terima kasih untuk setiap canda tawa selama ini,, sharing tentang segala macam hal dari yang serius sampe yang nggak penting…At least untuk suami dan anak tercinta yang selalu sabar dan mendukung hobi istri dan bundanya…I love you more ❤️By the way untuk karya kedua author sudah terbit yah guysJudulnya
"Kau mau ke mana lagi, Al?" rengek Rose memeluk suaminya posesif."Aku mau ke kamar mandi sebentar Baby, perutku sakit…," keluh Allen."Tidak boleh, kau harus tetap di sini bersamaku!""Astaga … lalu aku harus buang air disini Rose?" Wanita itu mengangguk dengan puppy eyes-nya.Semenjak hamil, Rose semakin bersikap manja padanya. Allen tidak diizinkan oleh wanita itu sedikit pun menjauh darinya.Bahkan untuk ke kamar mandi saja, Rose akan mengikuti pria berjambang itu ke dalam seperti saat ini. Rose sedang duduk di dekat dia yang sedang berkonsentrasi mengeluarkan tahap akhir isi dalam perutnya."Kau tidak jijik setiap hari menemaniku begini Rose?""Tidak.""Tapi aku yang malah jijik dengan diriku sendiri melihat kau begitu betah disini Baby…."Ro
Dua bulan setelah bulan madu di atas kapal itu, Rose keluar dari kamar mandi dengan wajah yang pucat.Sudah seharian ini wanita berambut panjang itu muntah-muntah di dalam sana. Allen sampai khawatir melihat keadaan istrinya."Kita ke rumah sakit saja Baby…." Rose menggeleng bersandar di dada bidang Allen yang memeluknya."Tapi aku khawatir melihat kau muntah-muntah begini sejak pagi Baby. Aku tidak tenang meninggalkanmu sendiri di mansion""Aku tidak apa-apa, Al. Kau pergilah bekerja, mungkin aku hanya salah makan saja kemarin."Allen berdecak, mulai jengkel dengan Rose yang tidak mau mendengarkan perkataannya. Pria itu kelimpungan sendiri mengurus wanitanya karena Amberd sedang berlibur ke luar negeri.Mau menghubungi Alex pun, pria itu tidak ada di Miami sekarang. Dia memilih kembali ke Mexico membuka usahanya di sana sembari menemani Eduardo
"Kapal pesiar?""Iya, kita akan berlayar selama seminggu penuh di atas laut."Allen mengajak Rose naik ke atas kapal pesiar berukuran cukup besar yang belum lama dia beli.Pria itu sengaja membelinya untuk hadiah pernikahan dia untuk Rose. Bahkan pada kapal badan tertulis inisial nama keduanya dan tanggal pernikahan mereka.Allen benar-benar memastikan hadiah ini akan menjadi kenangan untuk mereka berdua, sekaligus sebagai tempat bulan madu mereka setelah resmi menjadi suami istri."Ini sangat indah, Al…." Rose berdiri pada dek kapal, menatap hamparan laut luas di depan mereka. Kapal itu mulai bergerak saat keduanya naik ke atas sana."Kau suka?""Sangat, aku sangat menyukainya…," sahut Rose terkagum-kagum."Aku senang jika kau menyukainya Baby." Allen memeluk wanitanya dari belak
Tanggal sebelas di bulan sebelas adalah tanggal terindah untuk Allen dan Rose. Pasangan itu memantapkan hati untuk saling mengikat janji suci di depan pendeta.Rose berjalan mendekati Allen yang tengah menunggunya di depan altar, dengan mata yang berkaca-kaca.Wanita itu berjalan pelan ditemani Alex di sampingnya dengan mata yang sembab. Pria paruh baya itu tidak menyangka anak yang selama ini dia jaga dan dia rawat, kini akan menikah dengan seorang pria pilihannya.Teringat bagaimana Alex memberi pesan-pesan untuk Rose tadi saat mereka masih di ruang ganti pengantin."Hiduplah dengan bahagia, Nak. Daddy akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kau dan keluargamu. Mommy-mu pasti ikut bahagia melihat kau akan menikah hari ini."Rose tersenyum menggenggam tangan ayahnya. "Terima kasih, Dad. Terima kasih karena sudah menjaga aku sampai sekarang. Terima kasih juga karena tidak
"Kau senang?"Rose mengangguk penuh semangat. "Tentu saja, Al. Malam ini adalah salah satu malam terindah di hidupku.""Memangnya malam selain ini apalagi?" tanya Allen penasaran."Kau mau tahu?" Allen mengangguk."Malam di mana aku sadar aku sudah mencintaimu, Al." sahut Rose mengingat malam panjang mereka berdua."Benarkah? Boleh aku tahu kapan tepatnya itu?" Rose tertawa geli, malu untuk memberitahukannya pada Allen."Kenapa tertawa? Jangan membuatku penasaran Baby…." keluh Allen memeluk posesif wanitanya dari belakang."Aku malu memberitahukannya padamu.""Kenapa malu? Aku bukan orang lain Baby, aku calon suamimu sekarang!"Rose tersenyum dengan wajah memerah. Mendengar Allen berkata calon suami makin membuat hatinya berdebar tidak karuan. Rose merasa seper
"Cepatlah Rose, kita sudah terlambat!""Berisik!" sahut Rose keluar dari dalam kamar mereka.Wanita itu memakai gaun peach sampai ke mata kakinya dengan dada yang menyembul sempurna, dan punggung yang terbuka sampai ke batas bokong. Rambutnya diikat ke atas, memperlihatkan leher Rose yang jenjang.Allen mendekati wanitanya terpesona. "Kau memang selalu cantik dan menawan Baby…," puji pria itu merangkul pinggang Rose.Wanita bermanik mata biru itu hanya mencebik, menepis rangkulan Allen padanya. Rose masih kesal dengan pria berjambang itu, dia menganggap Allen tidak pernah peka dengan perdebatan mereka semalam.Meski terkesan seperti anak kecil, tapi Rose kesal saja Allen bertingkah seperti pria polos yang tidak mengerti apa-apa.Mereka pun naik ke mobil diantarkan salah satu anggota Blue Fire menuju venue tempat pernikahan Ace dan Sonya diadakan.
"Daddy…." panggil Rose mendekati Alex. "Kemarilah, duduk disini dengan Daddy." Pria paruh baya itu menepuk kursi bangku disampingnya. ""Kau sedang apa sendirian disini, Dad?" tanya Rose ikut duduk bersama ayahnya. "Menikmati pemandangan sore hari Rose. Biasanya Daddy dan mommy selalu duduk disini setiap jam begini." Rose mengernyit tidak mengerti. "Disini?" "Iya, Nak. Rumah kakekmu ini dulunya adalah tempat tinggal pertama kami setelah menikah," terang Alex mengingat kenangannya bersama ibu Rose. "Benarkah? Kenapa Daddy tidak pernah mengatakannya padaku kalau kita punya rumah lain lagi, selain rumah kita yang dulu?" tanya Rose tidak percaya. "Itu karena rumah ini terpaksa Daddy jual untuk biaya persalinan ibumu, Nak. Kami sangat susah dulu, bahkan untuk membelikan ibumu makanan yang dia suka saja Daddy tida
"Kau disini Ace?" Sonya kaget mendapati pria itu sudah lebih dulu berada di rumah orang tuanya.Wanita berlesung pipit itu dijemput oleh anggota Blue Fire di hotel sebelumnya atas perintah Ace."Duduk, Sonya!" perintah ibunya menatap tajam anak perempuan mereka."I-iya, Mom." Takut-takut wanita itu duduk di samping Ace yang tersenyum tenang menatapnya."Apa benar pria ini adalah calon suamimu?" tanya ibu Sonya tanpa basa basi.Sonya tertunduk tidak berani menatap kedua orang tuanya. "Iya, Mom … Dad.""Lalu benar kalau dia sudah menghamilimu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.Sonya mengangguk, tidak berani bersuara. Ace tengah menggenggam tangannya dengan hangat, seakan memberikan ketenangan di hati wanitanya.Dua pasangan suami istri itu saling menatap satu sama lain, dan kompak menghembuskan nafas panja