"Papa!"
Lagertha meloncati beberapa anak tangga dan berlari masuk ke ruangan makan sambil memanggil Papanya yang sedang duduk hendak sarapan.
"Och, pakaian apa yang kamu pakai, Young Lady?!" protes Priskila pada putrinya yang memakai pakaian serba mini, hanya terlihat menutupi bagian penting pada tubuhnya saja.
"Ini model kekinian, Mam!" sahut Lagertha, sang gadis muda pada Mamanya sambil cengengesan.
"Papa, aku butuh mobil, kartu kredit dan senapan baru!" ucap Lagertha pada pria yang dia panggil 'Papa' dan tidak pernah berhenti tertawa kecil melihat tingkah polah putrinya tersebut yang sangat tomboi.
"Mobil baru yang kamu inginkan itu akan datang paling lambat besok, ini kartu kredit baru dan senapan sedang dalam pengiriman satu minggu lagi sampai di sini." Rollo Connor, Papanya Lagertha menjawab sambil mengeluarkan kartu kredit tanpa limit untuk putrinya.
Sebelumnya Lagertha menghilangkan tas berisi dompet dan semua kartu pembayarannya di dalam sebuah bar saat dirinya hendak di lecehkan sekelompok pria. Lusinan pengawal yang diberikan Rollo untuk menjaga putrinya babak belur oleh kelompok pria yang sebenarnya adalah musuh bisnis Rollo.
"Terima kasih, Papa! I love you!" Lagertha segera mengambil kartu kredit yang diberikan oleh Papanya dan mendaratkan ciuman berdecak basah ke pipi pria yang selalu memanjakannya tersebut.
"I love you also, Mam!" ucap Lagertha juga menghadiahi kedua pipi Mamanya dengan kecupan sebelum gadis cantik tersebut melompat pergi meninggalkan ruangan makan sambil menggigit sandwich dengan giginya yang dia rampas dari piring Mamanya.
"Kau selalu memanjakannya!" gerutu Priskila memajukan bibirnya melihat kepergian putri semata wayang mereka sudah melesat cepat meninggalkan ruangan makan seperti angin yang bertiup.
"Jika bukan dirimu dan Lagertha, siapa lagi yang harus ku manjakan?" sahut Rollo sembari tersenyum tipis.
"Sudahlah, jangan memasang wajah kecut seperti itu, cepatlah habiskan sarapanmu. Kita buat adik untuk Lagertha agar dia punya mainan bayi hidup dan betah di rumah," lanjut Rollo menatap mesum pada wanita yang selalu setia menampungnya setiap saat dia butuhkan.
"Kita sudah mencobanya selama bertahun-tahun ..."
"Kali ini mungkin bisa berbuah. Ayolah, Priskila ...aku hanya ingin anak darimu!"
Priskila akhirnya tersenyum dan tidak menolak saat pangkal pahanya telah disentuh oleh Rollo. Pelayan yang sedang berada tidak jauh dari mereka, memberi kode pada pelayan lain agar tidak memasuki ruangan makan sampai pasangan majikan mereka selesai menuntaskan hasrat.
"Aku ingin seorang putra!" bisik Priskila mulai tersengal oleh cumbuan Rollo yang ciumannya sudah menjalari leher hingga dadanya.
"Ya. Satu, dua atau lebih putra dan putri tidak masalah. Asal mereka semua dari rahimmu dan aku yang membuahinya, akan ku berikan apa pun untuk mereka!"
Rollo menarik tubuh Priskila agar mendudukinya di kursi namun segera berubah menjadi istri cantiknya tersebut berbaring tertelungkup di atas meja untuk dia hunjam hingga batangnya tertancap dalam dan berdenyut-denyut panas yang dicengkeram tubuh Priskila begitu ketat.
--
Tubuh Lagertha terlonjak-lonjak mengendarai mobil berbody besar dan kokoh menuju pegunungan di bagian utara Swedia.
Lagertha memang memiliki obsesi yang berbeda dari para gadis kebanyakan. Putri tunggal dari pasangan Rollo dan Priskila tersebut sangat menyukai kegiatan berburu atau sekedar mendirikan tenda di tengah hutan belantara. Tidak peduli meskipun salju sedang turun menderas.
Berkemah dan berburu di musim salju selalu menjadi tantangan bagi Lagertha. Pun dia juga sangat menyukai mengecoh para pengawal dari Papanya yang selalu mengikutinya kemana-mana. Meskipun begitu, Rollo sang bos mafia selalu mengetahui putrinya berada di mana dan memenuhi semua hobby serta kesenangan Lagertha.
Lagertha meminta mobil, Rollo pun memesankan mobil anti peluru yang lengkap seperti caravan untuknya. Begitu juga Lagertha meminta kartu kredit, gadis itu hanya membeli perlengkapan berburu, tenda beserta semua perlengkapannya yang dia seperti membawa kemewahan ke dalam hutan.
Lagertha baru saja selesai mendirikan tenda saat ponselnya berdering dan nama 'Great Papa' muncul di layar ponselnya.
"Kamu berhasil lagi, Young Lady! Lain kali pasukan pengawalmu akan Papa ganti!" cetus Rollo sembari tertawa renyah mengetahui lusinan pengawal baru berhasil dikelabui oleh Lagertha.
Lagertha sebelumnya pergi ke pusat kota dengan pakaian mini yang dia kenakan. Namun siapa yang bisa menduga jika gadis yang terlihat sangat lemah lembut dan ceria tersebut akan tetap berpakaian mini pergi ke pegunungan yang sedang turun salju melebat.
Alhasil, para pengawal yang mengikuti Lagertha menjadi kehilangan jejak, apalagi gadis itu juga menyewa mobil berbody besar untuk pergi ke pegunungan salju.
"Haha ...terserah Papa! Tapi, jika bisa ...aku ingin satu orang aja pengawal yang tampan dan pintar ilmu beladiri ..."
"Ninja?" potong Rollo cepat yang dianggukkan Lagertha, meski Papanya sedang tidak bisa melihatnya karena menghubunginya melalui panggilan telpon.
"Kamu ingin pengawalmu seorang ninja, Young Lady?" ulang Rollo bertanya.
"Uhm, ya! Sepertinya menarik jika pengawalku adalah ninja. Tapi ingat, dia harus pria yang tampan!" jawab Lagertha tertawa kecil yang juga ditanggapi Rollo dengan tertawa.
Lagertha sudah berusia dua puluh tahun, tapi gadis itu masih belum tertarik menjalin hubungan spesial dengan pria. Banyak dari putra-putra rekan bisnis atau bahkan tuan muda kaya dari negara lain yang mendekati Lagertha untuk menjalin hubungan spesial dengannya, tetapi semuanya di tolak tegas oleh putri Rollo tersebut.
"Putrimu kabur lagi?" tanya Priskila yang sudah mengetahui jawabannya tetapi dia tetap bertanya.
Priskila baru saja dari kamar mandi setelah bercinta panas di ruangan makan dengan Rollo tadi, perutnya ikut merasa terguncang sehingga begitu percintaan usai, Priskila pun muntah-muntah hebat di toilet.
"Uh-hum!"
Rollo menghampiri Priskila sembari membawa gelas berisi air mineral untuk istrinya itu.
"Mau ku panggilkan Dokter? Mungkin saja dirimu telah hamil adiknya Lagertha ..."
"Sepertinya belum. Aku lapar lagi tapi mau makan di kamar aja," cicit Priskila sedikit lebih manja dari biasanya.
Usia Priskila lima belas tahun lebih muda dari Rollo dan wanita itu dahulunya adalah putri dari salah satu anak buah Rollo yang tewas saat melindungi Rollo dari para pengkhianat.
Priskila masih terlihat sangat ranum menawan di usianya empat puluh dua tahun dan Rollo sudah bersumpah pada Ayah Priskila jika dirinya akan setia pada pernikahannya.
Meskipun Rollo adalah bos mafia yang terkenal sangat kejam di utara Swedia tersebut, di kelilingi banyak para gadis-gadis muda yang tentu saja, juga akan suka rela merentangkan paha untuknya. Namun kenyataannya, Rollo tetap hanya menyentuh Priskila. Entah semabuk apapun dirinya akan alkohol, Rollo tetap mendatangi Priskila untuk melabuhkan batang jantannya.
"Ya, aku pinta pelayan membawa makanan untukmu." sahut Rollo seraya meraba perut Priskila yang terasa hangat di bawah telapak tangannya.
"Aku ingin disesakkan lagi olehmu," bisik Priskila pelan sambil membawa tangan suaminya menyentuh area sensitifnya.
Mister Bough mengamuk murka. membanting semua benda di atas meja kerjanya berantakan jatuh ke lantai, begitu melihat tayangan video yang dikirimkan oleh seseorang ke ponselnya.Dua orang anak buahnya yang menyeret tubuh Kaye ke dalam danau, terlihat beberapa kali mengikuti Ben Horik berpergian. Hal tersebut jelas mengindikasikan jika kedua anak buahnya tersebut selama ini membelot pada pihak Ben Horik. "Beraninya pria terkutuk itu menyusupkan mata-mata di sekitarku!" Mister Bough mendengkus geram memukul meja kerjanya dengan telapak tangan terkepal kuat. "Tiger, bawa semua anggota keluarga kedua orang itu ke hadapanku dan ..." "Permisi, Sir." terdengar suara ketukan pada daun pintu ruang kerja, "Ada Zero ingin bertemu Anda, membawa oleh-oleh." penjaga di depan pintu berteriak nyaring memberitahukan kedatangan Zero sehingga memotong perkataan Mister Bough yang ia tujukan untuk Tiger, asisten pribadinya. "Masuk!" Zero melangkahkan kakiinya memasuki ruangan kerja Mister Bough yang b
Entah sudah berapa jam Zetha merawat tubuh besar Maximus yang ia buat tetap tertidur pulas selama diberikan perawatan dan pengobatan, Luciano Sky selalu sigap luar biasa mendampingi, menyiapkan segala sesuatunya memudahkan pekerjaan Zetha. Dari menyodorkan jepitan sedotan ke sela bibir Zetha ketika mendengar hembusan napas pelan istri cantiknya itu, mengelap keringat, juga menyingsingkan lengan bajunya sampai ke turut serta menggunting benang begitu Zetha selesai membuat simpul dari menjahit bagian-bagian tubuh Maximus yang terbuka. Luciano dan Zetha benar-benar pasangan yang seiring senapas. Luciano selalu tahu apa yang harus dia lakukan dan diinginkan oleh Zetha tanpa istrinya itu berkata mengungkapkannya.Pun sebaliknya, Zetha akan selalu tahu saat Luciano menahan napas ketika tanpa sengaja jemari tangannya menyentuh tangan Marco Ilso yang ia genggam secara refleks. Zetha akan mendekatkan posisi tubuh serta kepala ke depan bibir Luciano agar suaminya itu bisa mengecup atau menciu
Jordan dengan Lagertha duduk pada kursi penumpang, mengemudikan mobil sport yang Lagertha curi, sangat cepat mengikuti mobil di depan mereka yang dikemudikan oleh anak buah Jasper melaju kencang membawa Maximus, Marco dan Kai ke landasan pacu helikopter. Maximus terluka parah, pun juga Kai mengalami cidera tusukan pisau pada perutnya. Mereka benar-benar seperti berlomba dengan waktu. Marco sudah menghubungi dokter terbaik untuk Maximus dan Kai sebelum diperintahkan oleh Jordan. Marco sangat paham seperti apa peran Maximus bagi Jordan dan Lagertha.Iringan mobil anak buah Jasper dan Jordan yang seolah membelah pekatnya jalanan daerah perbatasan, berpapasan dengan rombongan mobil pasukan keluarga Bough. Mister Bough yang turut serta berada dalam mobil anak buahnya, menolehkan kepalanya sejenak memandangi bagian belakang mobil sport yang dikemudikan Jordan.Alis pria tua tersebut terlihat sedikit bertaut, tetapi belum sempat bibirnya memberikan perintah pada sopirnya untuk berbalik, k
Jordan menyambar jubah dari tubuh mayat yang memiliki ukuran paling besar, melingkupkannya ke Maximus yang menyeringaikan sudut bibir tersenyum getir. "Aku tidak mengijinkanmu mati, Max! Jadi bertahanlah dan akan ku cari dokter terbaik untuk mengobatimu." bisik Jordan lembut tetapi setiap suku katanya penuh penekanan akan perasaan terdalamnya. "Kai, Lagertha ...!" Jordan berseru memanggil Lagertha dan Kai yang berlari meloncat bergegas mendekat. Malang bagi Kai yang sangat terburu-buru, ia justru berhadapan dengan Kaye yang masih menggenggam pisau di tangannya. Atau mungkinkah takdir untuk Kai? "Kai ...!" Maximus berusaha memanggil lirih untuk memperingatkan pemuda itu akan Kaye yang pandai ilmu beladiri. "Aku melihat ada mobil sport di samping rumah, cepatlah bawa Max ke sana. Segera aku akan menyusul." Jordan berbisik pada Lagertha yang tatapan matanya ragu, tetapi ia tetap menganggukkan kepala. "Kaye itu licik. bantu Kai ..." Maximus berkata sangat pelan yang langsung dimenge
Bagian depan pintu masuk gelap. Percikan cahaya terlihat jauh di dalam ruangan yang sepertinya itu adalah cahaya lilin.Jordan memberi kode untuk ia masuk lebih dulu ke dalam rumah, Lagertha di tengah dan bagian belakang Kai yang waspada akan sekelilingnya.Baru saja Jordan masuk ke dalam ruangan, wajahnya langsung terteleng ke samping. sebuah tinju dengan tenaga besar sangat kuat menghantam rahangnya hingga berderak.Perkelahian tidak dapat dielakkan. Jordan menutup pintu di belakangnya agar Lagertha tidak masuk dulu bersama Kai.Sang pria di dalam rumah kembali melayangkan pukulan ke arah Jordan, tetapi pemuda itu telah merunduk dan needle di tangannya dengan cepat menusuk perut sang pria yang ia gerakkan ke samping untuk merobek tanpa ampun.Mereka harus cepat, Jordan tidak memiliki waktu untuk bermain-main. Ia menarik needle dari perut sang pria yang terduduk menekuk lutut di lantai setelah memburai isi dalam perutnya ke
Jordan masih terbaring menengadah, melihat titik-titik air hujan yang jatuh melewati dedaunan lebat di atasnya. Hujan lebat kembali mereda berganti gerimis. Namun Jordan belum ingin bangkit dari posisi tidur telentangnya. Beberapa burung sudah keluar berkicau dan tupai serta monyet bersenda gurau di atas pepohonan. Jordan memperhatikan semuanya. Ia juga merasakan pil yang dijejali Zero masuk ke dalam mulutnya sudah mulai bekerja dari dalam, membuat pernapasan jadi teratur pun peredaran darahnya semakin lancar. "Pejamkan matamu, tebaslah titik-titik air tanpa membasahi tangan!" terngiang dalam kepala Jordan arahan dari Keigo, Papa kandungnya sewaktu ia masih dalam penjara tengah pulau. Jordan juga teringat ketika tadi Zero mengatakan, ""Latih fokusmu menebas titik-titik air hujan! JIka tidak, kau tak pantas mendapatkan istri cantik seperti Lagertha Connor!" Pria bertopeng itu juga menyebut Jordan, lamban, lemah dan tatapan kedua matanya terlihat sangat meremehkan Jordan. Perlahan