Share

6. Pembunuh Kejam

"Aku hanya ingin anak darimu, Sayang!" bisik sang pria sembari meraba celah lembut pada sela paha wanita yang duduk di sampingnya. 

Tangan sang pria menyentak hingga robek penutup tipis yang menghalangi jemarinya dari memasuki celah lembut wanitanya. 

"Och ...!"

Sang wanita menjerit tertahan namun semakin membuka kedua pahanya agar prianya bisa semakin leluasa membuatnya mencair meleleh. 

--

Jordan semakin giat berlatih beladiri di dalam ruangan sempit penjara batu. Dia sudah mulai bisa menebas titik-titik air yang jatuh dari dinding batu tanpa membasahi punggung tangannya. Jordan juga sudah kuat bertahan untuk melakukan push up selama puluhan kali dan juga mulai pandai mengayunkan kakinya untuk menendang. 

Pakaian yang di pakai Jordan dengan cepat menjadi kotor setelah diantarkan yang baru oleh penjaga penjara. Tatapan mata Jordan semakin terbuka dan tajam. Tidak ada lagi pemuda putus asa yang hanya mengharapkan keajaiban seperti sebelumnya. 

Keajaiban adalah buah dari usaha, bukan hanya berdoa tanpa berbuat apa-apa yang kemudian berujung menyalahkan Tuhan.

Jordan bertekad untuk menjadi orang yang akan membuat keajaiban itu terjadi dalam hidupnya. Rantai besi yang tergantung pada dinding ruangan penjaranya, Jordan gunakan sebagai sarana untuk melatih dirinya bergelayutan dan memperkokoh otot-otot tubuhnya. 

Namun, Jordan masih belum ingin kabur dari penjara. Meski dia mempelajari setiap tingkah polah Langley beserta para penjaganya yang sangat congkak dalam memperlakukannya serta para tahanan lain yang kini pendengaran Jordan juga semakin tajam mendengar suara-suara dari luar ruangan batunya. 

Jordan perlu mengetahui semuanya, bukan hanya sekedar keluar dari ruangan penjaranya yang bisa saja berakhir di tembak mati oleh Langley serta para anak buahnya. Sedangkan tidak satupun anak buah Langley mau menjawab pertanyaannya.

--

"Ayo, makanlah sedikit. Tubuhmu semakin melemah dan kamu butuh tenaga untuk menunggu putramu kembali." ucap Pastur Lukas sambil membantu menyendokkan soup ke mulut Mary Helena. 

Mary Helena menatap wajah pria yang telah menjaga dan menyelamatkannya tersebut. 

"Terima kasih, Pastur. A-apakah Jordan masih hidup? Apakah Anda mendapatkan informasi tentangnya? Bagaimana keadaannya?" 

"Selama kamu masih bermimpi tentang Jordan yang masih hidup, saya yakin, putramu masih hidup. Segera kita mendapatkan info tentangnya." sahut Pastur Lukas lembut mengelap sudut mulut Mary Helena dari soup yang tumpah. 

"Dia sangat menderita ..." Mary Helena tidak sanggup meneruskan ucapannya dan airmatanya sudah jatuh berderai. 

Pastur Lukas menarik napas tidak berdaya. Meskipun Pastur Lukas tidak memiliki bukti tentang penjebakan yang terjadi pada Jordan, tetapi dia mendengar nama Kalf Robson di sebut sebagai murid terbaik dengan nilai tertinggi lulus dari Seminari. 

Kalf Robson yang selama ini dikenal cukup dekat dengan Jordan dan membawanya untuk bermalam di luar lingkungan Seminari, bukanlah seseorang yang pantas diluluskan dari Seminari. Karl sering menyelinap pergi keluar untuk bermain wanita, merokok di toilet juga beberapa kali terpergok para pengajar dan penjaga asrama, sedang meminum alkohol yang memabukkan. 

Sedangkan, Wanita yang diberitakan tewas di atas ranjang Jordan adalah Yuri, sepupunya Kalf, putrinya Ben Horik yang seorang pengusaha kaya juga sangat terkenal di seantero Swedia. 

Karena menyadari hal tersebutlah, Pastur Lukas buru-buru menyusul Mary Helena dan Siggy yang sudah dalam perjalanan pulang. Lalu dengan inisiatifnya Pastur Lukas membawa Mary Helena kabur hingga ke pedesaan yang sangat jauh dari tempat mereka berasal sebelumnya. 

Insting Pastur Lukas memang tidak salah, karena begitu Siggy sampai di kediaman Mary Helena, orang-orang dari Ben Horik datang untuk mencarinya. Rumah May Helena dibuat porak poranda yang lalu mereka bakar karena tidak bisa menemukan Mamanya Jordan tersebut. 

Mary Helena baru saja membuat pengakuan dosa sekaligus berdoa untuk keselamatan Jordan setelah menolak bubur dari Pastur Lukas, saat seorang pria bertubuh tinggi besar masuk terburu-buru ke dalam rumah tempatnya bersama Pastur Lukas berada. 

"Kau sudah menemukannya? Dimana dia?" tanya Pastur Lukas to the point pada pria yang sedang berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minumnya sendiri. 

"Aku sudah mengelilingi setiap penjara juga pemakaman di Swedia ini, tapi tidak menemukan jejak tentang pria itu. Mungkinkah dia telah dijatuhkan tenggelam ke dalam laut?" sang pria menjawab setelah meneguk air di gelasnya dalam tegukan besar. 

Mary Helena menatap Pastur Lukas yang terlihat tidak terganggu akan kehadiran pria di depannya tersebut. Matanya masih memindai penampilan dari sang pria yang terlihat sangat kasar juga tubuhnya berlumuran debu dan kotor. Rambutnya melewati bahu dan diikat asal-asalan.

"Akan ku siapkan air mandi dan pakaian bersih," ucap Mary Helena berusaha membawa tubuh ringkihnya bangkit berdiri. 

"Tidak perlu, Nyonya Mary! Saya bisa melakukannya sendiri." sahut sang pria dengan nada sangat sopan dan lembut. Jauh berbeda saat dia berbicara dengan Pastur Lukas.

Mary Helena mengerjapkan kelopak matanya pada sang pria, lalu menoleh pada Pastur Lukas. 

"Dia adalah saudaraku, Maximus Layton. Aku mengiriminya surat agar membantu mencari Jordan," tutur Pastur Lukas memperkenalkan pria yang telah duduk menghadap Mary Helena. 

"Suratmu sampai setelah satu tahun waktu berlalu! Aku sedang ada banyak misi dan juga kesulitan melacak jejaknya. Kenapa kau tidak menghubungiku melalui ponsel? Ach, lupa ...kau anti menggunakan perangkat telpon!" cetus Maximus sambil menggerutu pada Pastur Lukas. 

Maximus menyandarkan punggung besarnya ke sandaran kursi duduknya dan mengambil napas dalam-dalam memenuhi paru-parunya dengan udara segar yang angin bertiup sepoi masuk ke teras belakang rumah tempat tiga orang itu sedang duduk. 

Mary Helena terus menyimak pembicaraan dua pria bersaudara tersebut yang memiliki suara mirip tetapi perawakan sangat jauh berbeda. 

Pastur Lukas Layton memiliki tubuh tinggi tapi kurus dengan wajah sangat teduh dan selalu tersenyum. Sedangkan Maximus bertubuh tinggi dengan otot lengan terlihat sangat besar di balik bajunya. Wajah Maximus juga sangat keras dengan sorot matanya tajam menusuk dan dingin, seakan hidupnya penuh dengan kegelapan pekat sehingga membutuhkan ketajaman penglihatan untuk terus berjalan dan hidup.

"Ada beberapa penjara yang masih belum aku selidiki. Itu adalah penjara yang berada di pulau dan ..." 

"Tolong Max, aku akan memberikan semua harta kekayaanku padamu. Silakan ambil ...kamu bisa menemui Siggy dan Marco untuk mengambil alih, tolong temukan anakku. Aku mohon padamu!" 

Mary Helena menjatuhkan lututnya ke lantai kayu, bersujud di depan Maximus yang terkejut melihat wanita tercantik di Swedia tersebut menyembahnya. 

Demi Jordan, Mary Helena rela melakukan apa saja, selama itu tidak bertentangan dengan Imannya. Hanya Jordan yang Mary Helena miliki dimana kedua orangtua dan suaminya, Papanya Jordan juga telah tewas. 

"Berdirilah, Nyonya Mary. Aku akan mencarinya untukmu. Ku mohon, jangan sembah aku seperti ini, aku tidak pantas!" 

Maximus memegangi kedua bahu Mary Helena dengan hati-hati, kuatir meremukkan tulang belulang wanita yang masih terlihat sangat cantik tersebut dengan cengkeramannya. 

Setelah makan malam, Maximus pamit pergi karena dia juga sedang ada misi yang harus dituntaskan dari majikannya untuk membunuh seseorang. 

Maximus adalah seorang pembunuh yang sangat kejam dan tidak banyak yang mengetahui identitas asli dirinya karena siapapun yang mengetahuinya akan segera dia lenyapkan. Tetapi dia berani muncul di depan Mary Helena yang akhirnya mengetahui tentang adik kandung Pastur Lukas tersebut. Identitas yang sangat bertolak belakang dengan kakak lelakinya. 

"Cepatlah temukan anak itu, saya kuatir Mary Helena tidak bisa lagi bertahan. Tapi sebelum itu, tolong sampaikan surat ini pada Siggy dan Marco Ilso." Pastur Lukas memberikan dua buah surat pada Maximus sambil mengantarkan adik lelakinya tersebut pergi di halaman. 

"Kau berhutang terlalu banyak padaku, Bro!" sahut Maximus sambil menyeringai masam menerima dua buah surat yang langsung dia selipkan ke dalam pakaiannya. 

"Aku akan berdoa untuk pengampunanmu. Sepanjang usiaku, akan aku gunakan untuk mendoakanmu. Sekecil apapun kebaikan yang aku lakukan, aku niatkan pahala terbesarnya untukmu." tukas Pastur Lukas sembari tersenyum lembut. 

Maximus merundukkan wajahnya dan Pastur Lukas memberikan kecupan kasih pada kening saudaranya tersebut yang bisa dilihat oleh Mary Helena dari jendela kamarnya. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Kasih sayang seorang kakak pada adiknya, memang tiada duanya dan sangat sweet
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status