Share

2 Kindness

Chapter 2

Kindness

Nathalia menatap layar ponselnya, menatap Grace yang mewarisi kecantikannya. "Kau bisa berada di posisi itu karena aku," ucapnya dengan nada getir, tetapi terselip amarah.

Sepuluh tahu di dalam penjara, lalu saat ia keluar dari dalam penjara, semuanya berubah. Ia menjadi sebatang kara tanpa ibunya, satu-satunya keluarga yang ia miliki di dunia ini.

Namun, karena ia memiliki seorang putri, itu berarti ia masih memiliki keluarga.

Nathalia Allen, wanita berambut merah kecoklatan dan memiliki paras yang sangat cantik itu tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir di dalam penjara. Ia tidak pernah mengalahkan siapa pun kecuali, Jack Grantham. Pria bangsawan yang menggodanya hingga ia bertekuk lutut dan menyerahkan kesuciannya di usia enam belas tahun.

Nathalia, ia hanyalah seorang gadis remaja biasa yang dibesarkan dengan hidup seadanya oleh ibunya yang bekerja sebagai salah satu pelayan di kediaman keluarga bangsawan di Sevenoaks, London Timur, Inggris.

Ia sering datang ke kediaman keluarga Grantham, terutama saat akhir pekan. Ia menggantikan ibunya untuk membersihkan taman bunga di rumah besar itu karena murni keinginannya, ia ingin ibunya bersantai di rumah menikmati teh seperti orang lain pada umumnya yang memiliki waktu istirahat setiap akhir pekan.

Nathalia mengakui, jika Jack sangat tampan, manik matanya berwarna biru seindah lautan. Rambutnya yang sedikit ikal selalu di sisir rapi mengarah ke belakang, rambut berwarna merah kecokelatan itu tampak serasi dengan kulitnya yang putih. Rahangnya yang tegas ditumbuhi bulu-bulu halus di kulitnya, menambah pesona Jack seolah mempertegas bahwa pria itu memang pantas menjadi seorang bangsawan.

Keluarga Jack memiliki beberapa puluh hektar perkebunan dan peternakan di Inggris, mereka memiliki puluhan pegawai yang mengurus perkebunan gandum yang biasanya ditanam di awal musim panas juga puluhan pegawai yang mengurus sapi perah di peternakan mereka.

Biasanya, setiap kali Nathalia datang menggantikan ibunya untuk membersihkan rumput dan merawat tanaman di halaman belakang keluarga Grantham, ia bukan tidak menyadari jika Jack menatapnya dengan tatapan lembut yang mendamba. Tetapi, ia menepis pikirannya, ia meyakinkan jika ia hanya terlalu merasa besar kepala. Tidak mungkin Jack meliriknya, apa lagi istri Jack yang merupakan wanita bangsawan memiliki wajah yang teramat cantik dan sedang berbadan dua. Keluarga Jack juga tampak bahagia, harmonis, dan saling menyayangi.

Jack mendekatinya dengan cara yang paling alami, mulai dari selalu tersenyum saat mereka berpapasan, mulai menyapanya, dan mengajaknya berbincang beberapa kata setiap kali ada kesempatan mereka bertatap muka dari jarak yang cukup dekat.

Hingga suatu hari, secara tidak diduga ibu Nathalia divonis mengidap gagal ginjal. Nathalia saat itu hanya seorang gadis lugu dan tentu saja ibunya tidak memiliki apa-apa selain rumah tempat tinggal mereka yang tidak seberapa.

Saat itu Jack datang laksana seorang pahlawan untuk menyelamatkan nyawa ibunya, pria itu mengulurkan tangannya seolah tanpa pamrih. Membayar seluruh biaya rumah sakit, juga biaya hidup Nathalia dan ibunya.

Dikarenakan ibunya tidak bisa lagi bekerja, Nathalia menggantikan pekerjaan ibunya meski ia hanya datang ke kediaman keluarga Grantham pada akhir pekan karena ia tidak ingin menerima uang yang diberikan oleh Jack secara cuma-cuma.

Sore itu, Nathalia dipanggil ke ruang kerja Jack. Pria itu duduk di kursi kerjanya bak seorang raja yang berkuasa, matanya yang berwarna biru menatap Nathalia yang duduk di seberang mejanya dengan tatapan lembut.

"Ibumu bisa sembuh jika melakukan transplantasi ginjal," ucap Jack.

Nathalia menelan ludah, transplantasi ginjal bukan hal yang sepele. Di samping harus mencari ginjal yang cocok juga biayanya tidak sedikit, mungkin jika ia menjual rumah yang mereka tempati, ia bisa membayarnya. Tetapi, setelah itu, mereka akan terlunta-lunta di jalanan menjadi tunawisma.

Sedikit terbersit di pikiran Nathalia membiarkan ibunya menjalani pengobatan saja dibandingkan mengorbankan tempat tinggal mereka. "Kami tidak memiliki uang untuk membayar transplantasi ginjal," ucapnya terdengar serak. Suara yang nyaris tidak mampu keluar melalui tenggorokannya karena terimpit kepedihan.

Jack menyilangkan kedua lengannya di atas meja kerjanya, ia mengamati baik-baik wajah Nathalia. "Aku bisa menolong kalian."

Nathalia menggelengkan kepalanya, sudah cukup banyak Jack menolongnya. Ia tidak ingin berutang terlalu banyak. "Sir, Anda telah terlalu banyak menolong kami."

"Ibumu telah bekerja bertahun-tahun di sini, tidak perlu merasa sungkan."

"Kami telah terlalu banyak berutang padamu, Sir." Nathalia memaksakan senyumnya.

Jack menyangga dagunya menggunakan satu tangan. "Kalau begitu, bagaimana caranya agar kau tidak berutang padaku?"

Seringai licik di sudut bibir Jack tentu saja tidak disadari oleh Natalia yang masih terlalu muda kala itu.

"Apa Anda akan memberikan pinjaman tanpa bunga yang bisa saya cicil seumur hidup?"

Jack justru memberinya cicilan dengan bunga yang sangat besar seumur hidupnya hingga ia harus membayarnya di dalam penjara selama sepuluh tahun, juga kehilangan ibunya saat ia di dalam penjara.

***

Sean duduk di meja kerjanya sambil membolak-balik sebuah album foto yang berisi foto koleksi gaun pengantin rancangannya, gaun pengantin yang sebagian besar dikenakan oleh Grace Johanson. Pria tampan dengan manik mata berwarna Hazel itu tampak mengagumi setiap foto Grace yang mengenakan gaun pengantin hasil rancangannya, meski di setiap foto hanya tampak bagian tubuh Grace, nyatanya kekagumannya pada kecantikan Grace sama sekali tidak berkurang.

Sudut bibirnya mengulas senyum. "Hanya kau yang pantas mengenakan gaun rancanganku," gumamnya dengan suara sangat rendah yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Sejak awal, sejak Grace mengenakan nama Alicia, saat gadis itu dibawa oleh Ford, sahabatnya untuk menjadi salah satu model gaun pengantin rancangannya, Sean langsung menyetujuinya.

Di matanya Grace adalah sosok sempurna untuk mengenakan gaun rancangannya. Gadis cantik yang tidak banyak bicara itu, seolah diciptakan oleh Tuhan sesuai dengan keinginannya. Lekuk tubuh indahnya, selalu sesuai dengan ukuran dan model gaun yang ia desain.

"Jadi, kapan jadwal pemotretannya?"

"Sesuai jadwal yang Ford berikan, pemotretan akan dilakukan dua Minggu yang akan datang," sahut Deliah, asisten pribadi Sean yang sedang sibuk dengan pekerjaannya di depan layar laptopnya. Wanita berkacamata dengan rambut berwarna hitam yang diikat dengan gaya ekor kuda itu menjawab pertanyaan Sean tanpa menoleh ke arah bosnya.

Sean mengelus dagunya beberapa kali menggunakan ujung jemarinya. "Jika Alicia...." Ia berdehem. "Maksudku jika Grace tidak bisa datang ke Moscow, kurasa kita bisa melakukan pemotretan di London."

Deliah menatap bosnya dengan tatapan tidak percaya. "Itu akan memakan biaya yang sangat banyak."

"Aku sedang berpikir untuk mengembangkan bisnisku di sana, aku bahkan berencana menyewa sebuah studio kecil untuk membuka cabang butik di sana."

Bersambung....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
MG Diana Kurniawan
Masih bingung, byk kali nama2nya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status