Share

Chapter 8

Dari kejauhan saja Seruni sudah sangat mengagumi rumah baru Xander. Ia seperti melihat rumah di film-film Eropa kuno ada di depan matanya. Rumah Xander sangat luas dan bergaya klasik. Seruni merasa seperti sedang masuk ke dalam mesin waktu zaman victorian era, begitu pintu ruang utama dibuka.

Pada bagian ruang tamu, terdapat sofa letter L berwarna krem yang mewah. Mejanya terbuat dari kaca penuh ukiran, disertai hamparan karpet bulu berwarna senada yang terhampar di bawahnya. Pada bagian dinding, dipenuhi dengan ornamen-ornamen antik abstrak yang tersusun rapi dari bebatuan marmer. Kemegahan lain terlihat dari tirai yang menjulang tinggi pada bagian jendela kaca berukir. Sebuah lampu hias spiral berbahan kristal, semakin melengkapi kemewahan ruangan.

Satu hal yang paling menarik perhatian Seruni adalah, puluhan miniatur burung nuri berbagai warna yang berjejer memenuhi lemari hias. Seruni menyadari sepertinya Xander ini sangat menyukai burung nuri. Di tengah-tengah ruangan saja, ada sebuah lukisan besar bergambar sepasang burung nuri yang begitu indah. Satu berwarna

merah kebiruan-unguan dan satunya lagi berwarna hijau cerah kekuningan. Xander ini fixed pecinta burung nuri.

Seruni tidak henti-hentinya mengagumi interior megah rumah Xander. Saat Xander mempersilahkannya duduk, Seruni nyaris terjengkang. Empuknya bantalan sofa membuat bokongnya langsung melesak ke dalam saat menyentuh permukaan sofa. Maklum saja, di kampung ia terbiasa duduk di kursi kayu yang keras. Makanya cara duduknya adalah menekankan seluruh beban tubuh ke sofa. Tidak heran kalau ia nyaris terjengkang. Setelah melihatnya duduk, Xander pun menyusul duduk di hadapannya.

"Oh ya, sebelum saya pergi, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Seperti saya katakan tadi, rumah ini akan saya tempati kalau calon pasangan saya bersedia saya lamar. Masalahnya sampai saat ini, calon pasangan saya itu tidak menyadari kalau saya menyukainya. Oleh karena itu, saya membutuhkan bantuan kamu untuk mengetahui isi hati calon pasangan saya yang sesungguhnya."

Seruni mengerutkan dahi. Makin ke sini, ia merasa sikap Xander semakin penuh dengan teka teki.

"Maksudnya?" tanya Seruni bingung.

"Maksudnya saya ingin meminta kesediaan kamu untuk berpura-pura menjadi kekasih saya. Dengan begitu saya jadi bisa mengamati apakah calon pasangan saya itu cemburu atau tidak? Tidak perlu sampai ia membalas perasaan saya. Sampai saya tau kalau ia cemburu saja, itu sudah cukup. Mengenai hal yang lainnya, biar saya yang berjuang sendiri. Kamu cukup membantu saya sampai sebatas apakah ia mempunyai sedikit rasa pada saya atau tidak. Sedikit rasa saja. Bagaimana? Apakah kamu bersedia membantu saya?" pinta Xander gelisah. Ada harapan besar di kedua bola mata hitamnya.

Pasangan masih di angan-angan, tapi Xander telah menyiapkan rumah semegah ini. Selain gila, pasti Xander juga sangat mencintai wanita itu.

"Bapak sangat mencintai wanita itu ya, Pak?" tebak Seruni penasaran.

"Dia adalah satu-satunya wanita yang paling ingin saya bahagiakan mati-matian selain mama saya. Kata cinta terlalu kecil skupnya untuk mendeskripsikan perasaan saya terhadapnya.

Luar biasa! Xander menekankan kata satu-satunya. Itu artinya ia tidak pernah memikirkan wanita yang lain.

"Wanita itu pasti cantik sekali ya, sampai Bapak mencintainya sedalam itu?" Seruni nyaris menggigit lidahnya sendiri karena kelancangan pertanyaannya. Perasaan Xander, bukanlah urusannya.

"Saya tidak punya standar soal cantik tidaknya seorang perempuan. Karena bagi saya, semua perempuan itu cantik. Mereka hanya akan terlihat jelek kalau hati mereka jelek. Titik."

"Kalau mereka maaf, cacat. Apakah masih bisa dikatakan cantik juga?" guman Seruni pelan. Jujur hatinya terasa hangat saat mendengar arti kata cantik versi Xander.

"Tentu saja. Kalimat saya tadi berlaku kebalikannya. Artinya, sesempurna apapun fisik seorang perempuan, ia akan tampak jelek, kalau hatinya jelek. No offense."

Seruni memegang dadanya diam-diam. Untuk pertama kalinya ia merasa mulai merasa simpati terhadap seorang laki-laki selain Bian. Perasaan apakah ini?

Tolong, Tuhan. Jangan jatuhkan hati hamba terhadap orang yang hamba tau, jelas-jelas tidak mencintai hamba. Jangan buat hamba merana untuk yang kedua kalinya.

"Dan Nuri Permana Pramudya, adalah satu-satunya wanita yang paling ingin saya semogakan cintanya."

Jadi ini artinya semua ornament yang menggambarkan burung nuri di rumah ini. Wanita itu ternyata bernama Nuri!

"Mau Nuri itu galak, ketus, sempurna ataupun tidak sempurna, niat saya padanya tidak pernah berubah. Hanya kepada dirinyalah saya ingin membina rumah tangga. Jika pada akhirnya ia tetap menolak saya, mungkin saya tidak akan pernah menikahi wanita manapun juga."

Kata-kata Xander membuat Seruni hati Seruni bergetar. Ternyata Xander adalah type laki-laki yang jika sudah mencintai, maka ia akan mencintai tanpa kata tetapi dan kecuali. Nuri sungguh beruntung dicintai oleh laki-laki sesetia Xander.

Melihat tekad di wajah Xander, Seruni mengalah. Baiklah, ia akan membalas budi baik Xander ini dengan cara mengikuti keinginannya. Mudah-mudahan saja sandiwaranya dan Xander nanti, berhasil membuat orang yang bernama Nuri itu menyadari perasaannya sendiri. Syukur-syukur malah membalas perasaan Xander dengan cinta yang sama besarnya. Seruni mengagumi laki-laki berkarakter kuat seperti Xander ini. Mudah-mudahan saja semua keinginan Xander bisa ia wujudkan.

"Baiklah. Saya setuju. Saya bersedia berpura-pura menjadi kekasih, Bapak. Mudah-mudahan saja Bapak berhasil membuat Mbak Nuri menyadari perasaannya sendiri, dan syukur-syukur membalas cinta Bapak ya?" lanjut Seruni lagi.

Untuk pertama kali Seruni melihat Xander tersenyum. Seruni terpesona. Senyum Xander jantan sekali. Senyum seperti ini jarang ia temui pada pria-pria terlalu ramah yang kerap menebar pesona. Type pria-pria berwajah kaku seperti Xander ini sekalinya tersenyum ternyata manglingi. Antonio kalau tersenyum akan sejantan ini tidak ya?

Astaga Uni, kamu mikir apa sih? Baru saja dikhianati laki-laki, kamu malah memikirkan laki-laki lagi. Bukannya hati-hati menjaga hati.

"Mudah-mudahan saja ya, Seruni? Oh ya, agar kamu lega, saya akan menjanjikan satu hal. Selama kita pura-pura berpacaran, saya tidak akan mengambil keuntungan dengan menyentuh-nyentuh kamu secara sembarangan. Saya menghormati kamu sebagai rekan kerja saya. Saya akan memperlakukan kamu seperti saya memperlakukan Lexa, adik perempuan saya. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Mengenai kegiatanmu yang lain, kamu tetap boleh beraktivitas seperti biasa."

Berarti ia masih bisa bekerja di restaurant seperti biasanya. Alhamdullilah.

"Di sini tugas kamu hanya menemani Mbok Yem saja. Mengenai masalah pekerjaan rumah, ada dua orang ART lagi yang saya pekerjakan di sini. Jadi kamu tidak akan terlalu capek mengerjakan semua pekerjaan rumah. Selain itu saya juga akan memberikan uang saku padamu sebagai rekan kerja saya. Bagaimana, apakah kamu setuju?" Pertanyaan Xander ia jawab dengan anggukan kepala. Beruntung sekali nasibnya bukan?

"Baik. Berarti semuanya telah clear. Sebelum saya pamit, apakah ada hal lain yang tidak kamu mengerti?"

"Di antara semua wanita yang ada di ibukota ini, kenapa harus saya?" Seruni penasaran mengapa Xander memilihnya di antara begitu banyak pilihan.

"Karena di antara semua wanita di ibukota ini, hanya kamulah yang paling tidak mungkin jatuh cinta pada saya. Sebelum saya mengajukan penawaran ini, saya telah menyelidiki siapa kamu sebenarnya. Saya tau siapa kamu, siapa keluargamu dan mengapa kamu ada di kota ini. Setelah dicampakkan oleh seorang laki-laki tidak bermutu, kamu pasti akan lebih berhati-hati menjaga hati."

Ternyata Xander memilihnya secara random. Disesuaikan dengan kepentingan kasus dan meminimalisir resiko-resiko yang tidak perlu. Bukan karena hal lainnya.

"Kalimat singkatnya, saya tidak ingin repot mengurusi perempuan baperan yang malah jatuh cinta pada saya, alih-alih profesional bekerja.

Apakah jawaban saya ini cukup memuaskan rasa penasaranmu?"

"Seruni? Halo, apakah kamu tidak menyimak kata-kata saya?"

"Iya, eh tidak, Pak." Seruni kaget saat Xander menjentikkan jemari di depan wajahnya.

"Mak--maksud saya, saya menyimak kata-kata Bapak. Dan semua hal telah saya mengerti," lanjut Seruni gugup. Seruni kembali mengelus dadanya diam-diam. Takut kalau detakan jantungnya sampai terdengar oleh Xander.

"Baiklah, kalau semuanya telah kamu pahami, saya permisi dulu. Sebelumnya saya telah menelepon Mbok Yem soal kehadiran kamu di sini. Sekarang kamu bisa menemui Mbok Yem di dapur untuk masalah kamar dan hal-hal lainnya. Saya jalan dulu." Xander membalikkan badan. Urusannya sudah terlalu lama di luar club.

Sementara Seruni yang ditinggalkan hanya bisa menatap punggung gagah itu diam-diam. Ia kini mengerti ungkapan kata yang menyatakan kalau cinta itu bisa datang tiba-tiba tanpa  aba-aba dan tidak bisa diduga. Karena rasa-rasanya ia kini juga tengah terkena panah asmaranya.

***

Antonio menimang-nimang remote mobil. Ragu-ragu antara ingin masuk ke dalam mobil, atau kembali ke rumah. Ia gegana alias galau dan merana karena penasaran terhadap jati diri Seruni yang sebenarnya. Benaknya kembali mengulang kejadian di restaurant. Setelah meninggalkan Seruni di depan toilet, ia kembali ke mejanya dan bergabung dengan Abizar dan Bian. Tidak lama berselang ada seorang waitress lain menghampiri meja mereka. Sang waitress kemudian memberikan sebuah amplop yang cukup tebal kepada Bian. Sang waitress berpesan bahwa amplop itu adalah titipan dari Seruni. Dari kejadian tadi siang itu, ia telah menyimpulkan sesuatu. Pertama, mungkin Seruni bukanlah seorang wanita panggilan. Dan yang kedua, Seruni menolak uang Bian karena tidak sesuai dengan tarifnya. Di antara kedua dugaan itu, entah yang mana satu yang benar. Satu-satunya cara untuk mengetahui kebenarannya, tentu saja dengan jalan memata-matainya. Oleh sebab itulah ia berencana akan ke mess Astronomix Girls dan melanjutkan investigasinya.

Dan di sinilah akhirnya ia berada. Di sudut gerbang mess Astronomix Girls, seperti om-om senang sedang menjemput ayam peliharaannya. Memalukan! Antonio kembali gegana. Setelah sampai di tempat tujuan pun ia bimbang, antara ingin lanjut masuk ke dalam mess atau kembali pulang.

Ya elah Ton, lo labil amat kayak abege mau nembak gebetan!

Tidak kuat menahan rasa penasaran, Antonio turun juga dari mobil yang sengaja ia parkir di ujung jalan. Setelah maju mundur beberapa kali, ia menebalkan muka dan berjalan menghampiri pos satpam.

"Selamat malam, Pak. Seruninya ada?" Antonio menyapa satpam mess dengan setengah hati. Harga dirinya serasa terjun bebas karena mencari seorang call girl hingga ke sarangnya seperti ini.

"Selamat malam. Lho, Pak Anton 'kan ini ya? Apa kabar, Pak?" sapa sang Satpam ramah. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Satpam mess ini ternyata adalah mantan supir si Alexa. Si mafia kesasar adik perempuan Xander. Dengan begini, ia jadi lebih leluasa mengorek informasi.

"Kabar saya biasa saja, Pak Dadang. Seruninya ada?" Antonio mengulang pertanyaannya.

"Wah, Pak Anton telat. Seruninya baru aja pergi dengan Pak Xander beberapa menit lalu," Pak Dadang mendecakkan lidah. Menyayangkan keterlambatan Antonio.

"Biasanya kalau Seruni pergi-pergi gitu dengan pelanggan, pulangnya kapan ya?" Antonio memulai sesi interogasinya.

"Setau saya, Seruni itu tidak pernah pergi-pergi dengan pelanggan sih, Pak. Dia kalau keluar paling pagi-pagi sekitar jam 08.30. 'Kan shift paginya di restaurant pukul 9. Terus pulangnya paling lama jam 7 malam. Selain itu Seruni mah nggak pernah keluar-keluar lagi, Pak."

Berarti selain dengan Xander, Seruni tidak pernah keluar dengan laki-laki lainnya.

"Terus ini Seruni dan Xander kalau pergi-pergi begini, kapan pulangnya?" cecar Antonio kesal. Walaupun ia sendiri tidak mengerti ia kesal karena apa.

"Nggak akan pulang-pulang lagi sih kayaknya, Pak."

"Hah? Nggak pulang? Maksudnya?" Antonio merasa tekanan darahnya naik secara tiba-tiba. Rasa tidak nyaman kian mengerogoti hatinya. Ia tidak mengerti mengapa akhir-akhir perasaannya mudah sekali berubah seperti cuaca. Sampai-sampai ia jadi tidak mengenali kepribadiannya sendiri. Sebenarnya dia ini kenapa sih?

"Seruni sekarang tinggal di rumah barunya Pak Xander. Jadi kayaknya Seruni nggak akan balik-balik lagi ke sini," terang Pak Dadang sabar. Antonio termangu. Sudah sejauh itu rupanya hubungan Seruni dengan Xander. Dua dugaannya tidak ada yang benar. Seruni memang bukan wanita panggilan sembarangan, tapi wanita panggilannya Xander. Dan Seruni menolak Bian juga bukan karena tarifnya kurang. Tetapi karena Seruni lebih memilih Xander. Yang ia tidak habis pikir adalah, kenapa Xander sampai segitunya mengistimewakan Seruni. Padahal setaunya Xander itu cinta mati pada Nuri. Xander tidak pernah terlihat mendekati wanita mana pun sejak masa akil balighnya. Om Axel dan Tante Raline sampai pernah mengira kalau Axel itu gay, karena sikap dinginnya terhadap perempuan. Pasti Seruni ini begitu istimewa sampai-sampai Xander bersedia membuatkan kandang alih-alih langsung makan sate saja.

Tetapi ada kelegaan lain di sudut hatinya yang paling dalam. Di sudut hati yang coba mati-matian ia sangkal. Ia lega karena dengan tinggal bersama Xander, setidaknya masa depan Seruni akan lebih terjamin. Jadi Seruni tidak perlu menjajakan diri seperti para Astro Girls lainnya. Ia lega sekaligus merasa kesal juga. Membayangkan Seruni menghambakan diri pada Xander kok rasa-rasanya ia tidak rela ya? Tapi kenapa? Antonio kembali gegana untuk hal yang tidak ia ketahui sebab musababnya. Ia galau dan merana untuk apa coba?

Dan sisa malam itu ia lewati dengan perang argumen yang terus berkecambuk di hati. Ia rela tapi tidak rela. Sebutan kongkritnya apa coba? Setelah meneliti sekian lama sembari berkendara, rasa-rasanya ia telah menemukan sebutannya. Hanya saja ia agak-agak tidak rela mengakuinya. Well, ia cemburu sepertinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Claresta Ayu
Iya karena kamu cemburu Antonio, kamu diemĀ² sudah jatuh cinta sama Seruni. hihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status