Ben menekuri dengan saksama kertas putih di tangannya. Di kertas itu berisi gambar. Bukan gambar biasa melainkan gambar pesawat. Dilihat sepintas lalu gambar tersebut digambar oleh orang dewasa atau seseorang yang begitu berbakat. Gambar tersebut begitu bagus dan rapi. Mulai dari goresannya yang begitu estetik hingga kombinasi warna yang digunakan. Tidak akan ada yang menyangka jika gambar tersebut adalah hasil goresan tangan dari seorang anak yang masih berusia lima tahun. Bahkan Ben sendiri.Kertas itu Ben dapat di sekolah Taman Kanak-Kanak tempatnya bertemu dengan anak yang begitu mirip dengannya. Saat anak itu pergi bersama lelaki yang Ben duga adalah ayahnya Ben baru menyadari anak tersebut meninggalkan sesuatu.Ben memungut kertas gambar tersebut dari tanah. Lalu akibat terlalu penasaran lelaki itu membawa kertas tersebut bersamanya.‘Bobby Fernanda.’ Ben mengeja di dalam hati dua potong kata yang merupakan nama anak tersebut.Berbagai pertanyaan berputar-putar di kepalanya yang
Ben yang tadi berdiri tegak membungkukkan sedikit badannya agar sejajar dengan Bobby. Melihat cara anak itu memandangnya membuat Ben mengerti bahwa Bobby meragukannya."Bobby, jangan takut. Om bukan orang jahat atau penculik anak. Maksud Om sebenarnya baik. Om hanya kasihan dan nggak mau Bobby lama menunggu di sini.”Meski Ben sudah mencoba meyakinkannya namun Bobby masih merasa bimbang. Mamanya mengajarkan pada anak itu agar berhati-hati pada orang tidak dikenal."Dari mana Om tahu namaku?" tatap Bobby curiga.Ben menahan senyum melihat ekspresi Bobby yang menggemaskan. Tangannya lantas menyelinap ke balik jas. Dikeluarkannya sesuatu dari sana. Kertas gambar yang kemarin ditemukannya."Ini, Om tahu dari sini."Sepasang mata anak itu terbuka lebar menyaksikan kertas yang kemarin dicarinya ternyata ada bersama Ben."Ini dia yang aku cari. Om ketemu di mana?" kejarnya antusias."Om ketemu di sekolah ini. Kemarin kertasnya jatuh tapi Bobby sudah pulang. Ini ambillah." Ben memberikan kert
Detik waktu seakan berhenti berputar ketika pria itu memutar tubuhnya hingga bertemu mata dengan Angel. Sekujur tubuh Angel seketika menggigil. Pria itu adalah satu-satunya manusia yang tidak ingin Angel temui di muka bumi ini. Kalau pun dirinya harus bertemu dengan pria tersebut maka dia adalah orang terakhir yang ingin Angel lihat."Angel ..." Bibir Ben gemetar saat melafalkan nama perempuan yang sudah bertahun-tahun menghilang dari kehidupannya.Angel membeku di tempat. Kakinya terasa selunak agar-agar hingga ia merasa tidak sanggup lagi menopang tubuhnya sendiri."Mama, Om itu lagi bicara sama Mama." Bobby menggoyang-goyangkan tangan Angel karena ibunya itu terpaku membisu.Angel masih belum sanggup melakukan apa-apa. Semua ini begitu mendadak dan sangat mengejutkannya.Sementara itu Ben masih belum berkedip memandang Angel. Adegan demi adegan yang terjadi di masa lalu kini berputar-putar di kepalanya seperti tayangan film yang diputar ulang. Namun yang paling berkesan adalah saat
Bab 1 “Maaf, kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi Tuhan juga yang berkehendak. Bapak Edward dan Ibu Shinta tidak berhasil kami selamatkan.” Sekujur tubuh Angel melunglai. Sendi-sendi penyanggahnya seketika luruh saat telinganya menangkap berita buruk itu. Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan. Mobil yang membawa mereka hancur. Keduanya pun tidak dapat diselamatkan meski tenaga medis sudah mengupayakan cara terbaik. Padahal satu minggu lagi pernikahan Angel dengan putra rekan bisnis papanya akan diselenggarakan. Sayang, kehendak Tuhan seringkali tidak sejalan dengan keinginan manusia. Sebelum berhasil menyaksikan putri tunggal mereka bersanding di pelaminan dengan menantu pilihan mereka, sepasang suami istri itu dipanggil yang kuasa dengan cara yang tidak terduga. "Kami ikut berduka cita atas musibah ini. Yang sabar ya.” "Terima kasih, Dok," jawab Angel lirih membalas ucapan belasungkawa dari dokter yang menangani kedua orang tuanya. Pipinya basah oleh lelehan air mata. Hari
Bab 2 Angel terbangun pagi ini dengan kepala dan mata yang sama beratnya. Ia hampir tidak bisa tidur semalaman. Ia menunggu Ben pulang. Tapi nyatanya saat ia bangun pagi ini tidak menemukan lelaki itu di sisinya. Ben tidak pulang semalaman. Dan Angel tidak tahu Ben pergi ke mana. Menghela napas, Angel turun dari tempat tidur lalu mengambil air putih. Ia memang memiliki kebiasaan minum segelas air setiap kali bangun tidur di pagi hari. Angel duduk sesaat di kursi sembari menyesap air di gelas. Lalu lagi-lagi dihelanya napas panjang. ‘Welcome to your new life, Ngel. Ini nggak akan mudah, tapi bukan berarti kamu nggak bisa.’ Angel berbisik di dalam hati menyemangati dirinya sendiri. Perempuan itu kemudian bergerak dari tempat duduknya. Ia harus mandi lalu berangkat ke kantor. Banyak hal besar sudah menantinya di depan sana. *** “Lho, Bu Angel? Kenapa ngantor?” Luna—asisten Angel, membelalak saat melihat Angel hadir di kantor pagi ini. “Kenapa, Lun? Memangnya saya udah nggak boleh
Bab 3 Angel hanya bisa menghela napas panjang sambil menahan perasaan sedih kala menyaksikan bagaimana perusahaan peninggalan orang tuanya serta aset-asetnya berpindah ke tangan Ben. Sebagaimana surat wasiat tersebut, maka hari ini Ben menandatangani surat pengalihan aset atas namanya disaksikan oleh notaris dan pihak-pihak terkait. “Selamat Pak Ben, mulai hari ini Bapak resmi menjadi CEO PT. Galaxy.” Senyum samar terukir di bibir Ben. Mulai hari ini ia mendapat kuasa penuh tidak hanya atas Angel namun juga seluruh harta bendanya. Orang tuanya benar. Jika ia menikah dengan Angel maka ia dengan mudah menguasai perusahaan milik Angel yang sudah begitu besar dan memiliki cabang di beberapa daerah. Hanya saja Ben tidak menyangka jika langkahnya akan secepat dan semulus ini. Ia tidak perlu menanti bertahun-tahun untuk menjadi pemimpin Galaxy Group. Ia juga tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal yang berhubungan dengan keuangan. Malah ia bisa menyelamatkan perusahaan orang tuanya yang sedang
Bab 4Rahang lelaki yang saat ini sedang duduk di hadapan Angel mengetat. Sementara sorot tajamnya semakin dalam menghujam Angel. Kilasan adegan demi adegan kini menari-nari di depan matanya. Saat itu kedua orang Ben memintanya untuk menerima perjodohan dengan Angel lalu menikahi perempuan itu.“Aku nggak mungkin nikah sama dia, Pi!” sentak Ben keras menolak permintaan orang tuanya. Ia baru saja kembali ke rumah, lalu tiba-tiba disuruh menikah dengan wanita yang tidak dicintainya.“Tapi kamu wajib menikahi Angel!” balas pria berbadan tegap yang wajahnya merupakan kopasan Ben versi senior.“Aku nggak mau, Pi. Aku nggak mencintai perempuan itu. Aku sudah punya kekasih!”Sekeras diri Ben menolak, maka sekuat itu pula ayahnya memaksa.“Putuskan kekasihmu itu! Papi nggak mau mendengar apapun alasan kamu. Atau kamu mau usaha kita hancur? Kalau memang itu yang kamu inginkan bersiap-siaplah untuk hidup miskin!”BRAAAK!!!Pintu dibanting sebelum Ben sempat menjawab.Ben Evano, pria muda berusi
Bab 5“Iya, aku Lolita. Jadi ini beneran kamu, Ngel?" Perempuan bernama Lolita itu berkata penuh rasa antusias lalu merengkuh tubuh Angel dan membawa ke dalam pelukannya.Angel membalas pelukan Lolita tanpa berkata apa-apa. Sedangkan Ben yang menyaksikan pemandangan tersebut kini diliputi kebingungan. Dari yang dirinya cerna, lelaki itu menyimpulkan bahwa kekasih dan istrinya saling mengenal satu sama lain. Entah ini merupakan sebuah kemalangan atau ia harus mensyukurinya.Kedua perempuan itu kemudian saling mengurai pelukan mereka lalu berpandangan satu sama lain."Ya ampun, Ngel, udah lama banget ya kita nggak ketemu. Kamu ke mana aja sih?" tanya Lolita sembari memindai tubuh Angel dari puncak kepala hingga bawah kaki."Aku kuliah di London, Ta," jawab Angel dengan lidah kelu. Pertemuan yang tidak disangka ini sungguh sangat mengejutkan baginya apalagi setelah mengetahui bahwa teman lamanya semasa SMU dulu adalah kekasih pria yang saat ini menjadi suaminya. Apa tidak ada lagi kejadi