Home / Romansa / Broken Flower / 17. Mother gave me a lot of love

Share

17. Mother gave me a lot of love

Author: Ikabelatrix
last update Last Updated: 2022-11-26 07:33:03
Suara derap langkah dari sepasang kaki yang beradu dengan lantai terdengar di sebuah koridor. Dengan mengulum senyum wanita itu terus berjalan menuju ke kamarnya sendirian. Helena tertawa kecil mengingat pembicaraan dengan Paula Genovese barusan.

Rupanya istri kedua Fyodor itu seorang yang menyenangkan. Mereka mempunyai banyak kesamaan. Helena berpikir bahwa sosok Paula seperti cerminan dirinya sebelum menjadi bagian dari klan Stamford. Berjiwa bebas, tetapi juga menyukai barang-barang langka serta mahal. Dan menikahi pria kaya menjadi pilihan untuk memuaskan hasratnya pada berbelanja. Itu bukan kesalahan. Sekali lagi, itu pilihan.

Akhirnya wanita itu sampai di depan pintu kamar tamu yang sementara ia tempati. Helena membuka pintu kemudian betapa terkejutnya ia mendapati putrinya bersandar di atas tempat tidur sambil melipat kedua tangannya.

"Grassiela? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Helena bingung.

Wanita muda itu tak merubah posisinya. Dia hanya tersenyum dan menjawab. "Men
Ikabelatrix

Maaf karena jarang update. Tp sy akan menyelesaikannya.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Broken Flower   123. The Price of a Choice

    Angin berembus ringan, namun ketegangan di antara keduanya jauh lebih tajam dari udara pegunungan. Dedaunan bergoyang pelan di sekitar mereka. James meraih tangan Grassiela sebelum wanita itu sempat melangkah pergi, seolah takut kehilangan. Lagi.Mereka saling menatap. Pandangan yang dulu pernah menyala karena cinta, benci, dendam, kini dipenuhi luka dan sisa-sisa rasa yang tak pernah benar-benar padam.“Masuklah,” ucap James lirih, suaranya lebih lembut dari sebelumnya. “Istirahatlah sebentar. Kau terlihat lelah.”“Aku tidak datang untuk itu,” sahut Grassiela, masih berusaha mempertahankan keteguhan suaranya. “Aku datang untuk permintaan yang tak kau penuhi.”“Kalau begitu seharusnya kau tak datang,” jawab James, lalu tanpa menunggu izin, dia membungkuk dan mengangkat Grassiela ke dalam pangkuannya.“James, turunkan aku...”“Jangan mencoba memberontak,” bisiknya tajam namun terdengar cemas. “Kau bahkan terlalu lemah untuk b

  • Broken Flower   122. Between Possession and Love

    Langit biru terbentang tanpa cela, hanya diwarnai oleh satu titik hitam yang membesar mendekat—sebuah helikopter pribadi tipe AgustaWestland AW109, elegan dengan lapisan logam mengilap dan logo kecil Sicaryovskaya di pintunya. Dari kejauhan, suara baling-baling memecah keheningan di atas perbukitan. Di bawahnya, tersembunyi di tengah rindangnya pepohonan pinus dan bunga mawar liar, berdiri sebuah bangunan megah bergaya klasik Eropa—bukan seperti penjara, melainkan seperti resort milik bangsawan yang sedang “mengasingkan diri.” Helikopter mendarat mulus di atas helipad pribadi di sisi timur kompleks. Angin dari putaran baling-baling menyingkap tirai-tirai tipis yang tergantung di gazebo dekat taman. Pintu helikopter terbuka. Turunlah Grassiela, perlahan namun tegas, mengenakan mantel wol merah panjang yang menutupi tubuhnya yang kini tengah hamil besar. Rambutnya diikat anggun, sepatu hak rendah menjejak ringan di tanah, wajahnya teduh namun kuat. Di belakangnya, Greta, seorang pela

  • Broken Flower   121. Power, Divided

    Ruang rapat utama di lantai tertinggi gedung Daxprom dipenuhi aroma kopi hangat dan kilauan cahaya matahari yang menembus jendela besar. Meja panjang dari kaca gelap membentang di tengah para eksekutif perusahaan, semuanya mengenakan setelan formal. Di ujung meja duduk Fyodor Draxler, penuh wibawa dengan tatapan yang berkharisma.Ia menatap sekeliling ruangan sebelum akhirnya membuka suara, “Sebelum kita mulai, izinkan saya memperkenalkan seseorang yang akan menjadi bagian penting dari arah baru Daxprom ke depan.”Semua mata tertuju pada Grassiela, yang duduk tenang di samping Fyodor. Mengenakan gaun formal putih selutut dan blazer biru muda, tampil anggun dan profesional. Senyumnya tipis, namun matanya memancarkan ketegasan.“Grassiela Draxler,” lanjut Fyodor, “adalah salah satu pemegang saham utama kini. Saya harap kalian semua menyambutnya dengan rasa hormat yang setimpal.”Tepuk tangan singkat terdengar. Beberapa wajah tampak menahan eksp

  • Broken Flower   120. Throne Without a King

    Sisa-sisa ketegangan masih menggantung di udara, tapi kini—menjadi lebih dingin. Lebih gelap. Pukulan terus mendarat di tubuh James. Tinju, tendangan, hentakan sepatu ke perut dan punggungnya—namun tak ada satu pun keluhan keluar dari mulutnya. James tetap diam. Tetap angkuh. Tanpa penyesalan. Meski tubuhnya diguncang rasa sakit, matanya tak tunduk. Bahkan dalam keadaan seperti ini, dia tetap menatap Grassiela seolah berkata: “Kau tak akan bisa menjatuhkanku.” Senyuman iblis itu masih ada di sudut bibirnya. Arogan. Tak gentar. Dan justru itulah… yang membakar emosi Grassiela. Dia memerintahkan para pengawalnya untuk terus memukuli suaminya tanpa ampun. "Sampah..," umpat Grassiela seperti bergumam. Matanya menatap nanar, tak percaya bahwa siksaan ini sama sekali tidak membuat James goyah. Para pengawal terus menghajarnya. Suara pukulan, desahan tertahan, dan hentakan kaki menggema di antara reruntuhan bangunan megah yang kini menjadi panggung pembalasan dendam. Gra

  • Broken Flower   119. Her Final Reign

    Iring-iringan mobil hitam melaju membelah jalanan Moscow. Sebuah jalan lengang menuju distrik khusus—wilayah yang hanya dihuni oleh orang-orang berkuasa, berdinding tinggi dengan lapisan keamanan berlapis, tak mudah ditembus oleh mata awam. Sirene pengawal tak berbunyi, tapi keberadaannya cukup memberi pesan bahwa yang lewat bukan orang sembarangan.Di dalam salah satu mobil itu, suasana begitu tegang. Grassiela duduk berhadapan dengan kedua orangtuanya. Helena tampak cemas. Jemarinya menggenggam erat clutch kecil di pangkuannya, sorot matanya tak pernah lepas dari wajah putrinya. Ketakutan yang menghantuinya sejak dulu belum juga reda.Bagaimana jika bajingan itu menyakitinya lagi? Pertanyaan itu terus berputar dalam benaknya, tapi tak mampu ia utarakan lagi.Sementara Grassiela duduk dengan tenang. Hanya matanya yang bergerak memandangi keluar jendela. Jalanan berwarna kelabu, pucat dalam pantulan lampu jalan yang remang. Ingatannya kembali ke masa

  • Broken Flower   118. In Silence, I Fight

    Lampu ruang keluarga menyala lembut, menciptakan suasana hangat yang kontras dengan ketegangan di dalamnya. Helena berdiri di depan jendela, memeluk tubuhnya sendiri, sementara Alfonso duduk tenang di sofa. Grassiela, yang baru saja menyampaikan niatnya untuk menemui James, berdiri di tengah ruangan seperti pusat badai.Keheningan seketika menggantung di udara.Helena membeku, matanya membelalak. Dalam sekejap, tubuhnya terasa lemas.“Apa yang kau katakan barusan?” suara Helena nyaris berbisik, seolah berharap dirinya salah dengar.Grassiela tidak mengulanginya. Ia hanya menatap ibunya dengan tenang.Helena menutup mulutnya dengan tangan, lalu menggeleng perlahan. “Tidak. Tidak, Grace. Kau pasti bercanda. Ini... ini gila.”Dengan menahan panik, ia berdiri di hadapan putrinya, kedua tangannya menggenggam lengan Grassiela seolah ingin menahannya agar tidak pergi ke mana-mana. "Kau tidak bersungguh-sungguh, kan? Katakan bahwa ini ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status